RUMAH KESUKAAN TUHAN (Diambil dari buku “Rumah Kesukaan Tuhan” ditulis oleh Tommy Tenney) - Bagian ketiga
Daud Tertarik pada Nyala Api Biru
“Ketika Daud mulai berbicara tentang hal membawa Tabut Perjanjian kembali ke Yerusalem, ia tidak tertarik pada kotak penutup emas dengan barang-barang yang ada di dalamnya. Dia tertarik pada nyala api biru yang berkobar di antara sayap kerubim di atas tabut itu. Itulah yang diinginkannya, karena ada sesuatu mengenai nyala api itu yang menegaskan bahwa Tuhan hadir. Dan ke mana pun kemuliaan atau pernyataan hadirat Tuhan berada, maka akan ada kemenangan, kuasa dan berkat. Keintiman dengan Tuhan akan membawa “berkat”, tetapi mengejar “berkat” tidak selalu membawa pada keintiman.”
Tuhan Merasakan dengan Sangat Kuat
Pengejaran Daud akan Hadirat-Nya
Entah bagaimana, Daud menangkap sesuatu tentang esensi Tuhan, sesuatu yang tampaknya tidak dimiliki oleh siapa pun. Saya tidak mengerti bagaimana semuanya ini terjadi, namun saya benar-benar mengetahui bahwa gairah Daud akan hadirat Tuhan adalah sesuatu yang sangat penting — saya hanya berharap bahwa itu bersifat menular. Semenjak siang hari yang gerah di West Monroe, Louisiana itu, saya telah mendengar sebuah petunjuk dari surga: “Jika engkau membangunnya, Aku akan datang.”
Ingatlah bahwa Daud adalah satu-satunya pria yang digambarkan seperti ini dalam Alkitab: “Aku telah mendapat Daud anak Isai, seorang jang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendakKu.’ (Kis. 13:22b. Didukung oleh teks asli perjanjian baru dan teks ibrani untuk 1Samuel 13:14) Saya yakin bahwa ada dua arti dan frase tersebut, “berkenan di hati-Ku.” Interpretasi standarnya adalah bahwa Daud adalah seorang yang “serupa” hati Tuhan atau “yang hatinya serupa” dengan hati Tuhan.
Saya juga meyakini bahwa Daud adalah seorang pria yang secara terus-menerus “mencari” hati Tuhan. Ia adalah seorang pemburu Tuhan, seorang pengejar hadirat Tuhan yang nyata. Kesungguhannya untuk membawà tabut perjanjian ke Yerusalem adalah sebuah bukti nyata tentanggairahnya akan Hadirat Tuhan.Interpretasi kedua ini didukung oleh deskripsi Daud yang tiada taranya tentang perjalanan rohaninya yang intim bersama Tuhan
dalam Kitab Mazmur.
dalam Kitab Mazmur.
Saya tidak akan terlalu detail, namun ada banyak kesarnaan antara tabernakel Daud, kabah yang dibangun oleh Salomo, dan tabernakel Musa.7 Tabernakel Musa dan kabah Salomo memiliki ciri utama tiga area ini: halaman luar, Tempat Kudus, dan Tempat Mahakudus. Sebuah selubung yang sangat besar (semacam korden tebal pada zaman kita) terbentang melintas di tabernakel untuk memisahkan Tempat Kudus dan Tempat Mahakudus di mana tabut perjanjian diletakkan.
Tuhan tidak pernah menyukai selubung itu. Ia harus mengenakannya, namun Ia tidak menyukainya. Ketika Yesus mati di kayu salib di Kalvari, Tuhan merobek selubung tersebut mulai dari atas hingga ke bawah di kabah Herodes di Yerusalem. Ia merobeknya sedemikian rupa sehingga tirai tersebut tidak pernah mungkin dijahit kembali. Ia membenci tirai Selubung itu sebagaimana seorang narapidana memberi pintu sel penjaranya! Tirai selubung tersebut mewakili dinding, batas yang memisahkan-Nya dan umat manusia. Sampai pada hari itu di Kalvari, Tuhan harus bersembunyi di balik tirai untuk mempertahankan hidup manusia yang telah jatuh ke dalam dosa yang datang untuk menyembah-Nya dalam kekudusan-Nya.
Aku Lelah Dipisahkan dan Anak-anak-Ku
Mungkin hal yang hilang adalah kunci kemurahan ini: Tabernakel Daud adalah satu-satunya dan tabernakel-tabernakel ini yang tidak memiliki tirai selubung. Kunci ini bisa mulai membongkar kepingan-kepingan hikmat yang paling penting sepanjang masa: Tuhan benar-benar tidak ingin dipisahkan dari kita. Bahkan, Ia akan melakukan segala sesuatu yang mungkin untuk menghancurkan berbagai hal yang memisahkan dan menyembunyikan diri-Nya dan kita. Ia membenci dosa karena dosa memisahkan. Tuhan bertindak begitu jauh untuk merobek “selubung” tubuh Anak-Nya di Kalvari. Pada saat yang sama, tangan-tangan yang tidak kelihatan merobek selubung di Bukit Sion, seolah-olah berkata, “Aku tidak akan pernah menginginkan selubung ini dijahit kembali! Aku lelah dipisahkan dari anak-anak-Ku.”Allah tidak hanya menginginkan jam-jam kunjungan bersama anak-anak-Nja. Ia ingin berada bersama anak-anakNya selamanya!Ia “telah...merubuhkan tembok pemisah.”(Efesus 2:14b).
Pada masa itu, jika Raja Daud terbangun di tengah malam karena tidak bisa tidur, ia bisa mendengar mazmur, pujian, dan gemerincing cymbal (sejenis alat musik berupa dua piring kuningan yang diadu, gembreng) yang berasal dari tabernakel. Ia bisa melihat ke lereng bukit yang berdekatan dengan tempat tinggalnya dan melihat bayangan kaki-kaki yang menari di sekeliling tabut perjanjian, yang diterangi oleh kerlap-kerlip nyala lilin dan lampu-lampu.
Mungkin pada saat seperti inilah ia menulis:
Mari, pujilah TUHAN, hai semua hamba TUI-IAN, yang datang melayani di rumah TUHAN pada waktu malam. Angkatlah tanganmu ke tempat kudus dan pujilah TUHAN” (Mazmur 134:1-2)
Comments
Post a Comment