Skip to main content

MEMAHAMI DAN MENANGGAPI PANGGILAN TUHAN DALAM HIDUP ANDA - Amos 7: 7-17

 (khotbah Persekutuan Doa Profetik Worship Center Ministry oleh Peter Bambang)


Dalam nats kita membaca ada dua orang yang berhadapan. Keduanya mengaku sebagai hamba Tuhan –namun hanya satu yang asli.  Keduanya berbicara atas nama Tuhan dan menegaskan lambang-lambang rohani –namun yang satu memang diutus Tuhan, sedangkan yang lain hanya penampilan luar belaka. Yang satu nabi Amos, yang satu imam Amazia.
Oleh karena itu kita akan belajar mengenai kehidupan dua orang ini, hamba yang palsu dan hamba yang sejati mengenai bagaimana memahami dan menanggapi panggilan Tuhan dalam hidup kita.

BELAJAR DARI TELADAN NABI AMOS
1.    Panggilan Tuhan dialamatkan kepada semua orang dari segala latar belakang, bukan karena latar belakang keluarga, keturunan, atau karena pendidikan dan pengalaman tertentu (7:14).
Perhatikan : Amos sebelumnya adalah peternak, penggembala kambing dan pemungut buah ara hutan -suatu pekerjaan yang jauh berbeda dengan panggilan Tuhan dalam hidupnya (apa kena mengena seorang pemungut buah dengan nabi Tuhan?)
Ini merupakan fakta alkitabiah yang jelas, nyata dan tidak dapat disangkal. Pertanyaan terbesar yang ditanamkan di benak banyak orang Kristen adalah pertanyaan yang terus meragukan apakah kita dapat dipakai oleh Tuhan."

2.    Panggilan Tuhan hanya dapat dikerjakan oleh hati yang rela dan bersedia menjadi alat Tuhan (7:15). 
Tanpa hal ini kita hanya akan berakhir sebagai orang-orang yang mengaku memiliki panggilan Tuhan padahal kita hanya berpura-pura hidup dalam panggilan Tuhan.
Perhatikan : meskipun tidak diakui oleh Amos bahwa ia seorang nabi, Tetapi hari ini Amos tercatat dalam sejarah sebagai seorang nabi Tuhan yang luar biasa karena ia rela meninggalkan hidup lamanya demi meraih panggilan Tuhan dalam hidupnya.
“Banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih” artinya bisa jadi hampir semua orang dipanggil untuk mengabdi kepada Tuhan namun kenapa hanya sedikit yang dipilih untuk mengerjakan panggilan Tuhan?  Karena hanya sedikit yang rela untuk membayar harga bagi mengejar panggilan Tuhan.

3.    Kita tidak dapat memilih bentuk tugas dan panggilan yang telah ditetapkan bagi kita (Ef. 4:7).
Bagian kita adalah menerima dan taat karena percaya kepada Tuhan, yang telah merancang kita dan yang tahu yang terbaik bagi kita.
Perhatikan : Amos tidak pernah mengetahui dan menginginkan sebelumnya bahwa ia akan melayani sebagai seorang nabi namun ia dengan taat dan setia mengerjakannya
Roma 12:3 àukuran iman.  Mengapa disebut ukuran iman? Itu artinya Tuhan telah menetapkan untuk masing-masing kita suatu tingkatan iman yang telah disesuaikan dengan tugas pelayanan yang akan kita tanggung.  Kurang dari ukuran ini, kita tidak akan menggenapi panggilan kita; berusaha melebihi ukuran ini kita akan melakukan hal-hal di dalam pelayanan yang keluar dari jalur rencana Tuhan (baca : menjadi hamba Tuhan sesat)
Panggilan Tuhan itu besar namun terbatas dan teratur atau tertib. Itu sebabnya ketika seorang menjelaskan panggilannya maka itu merupakan sesuatu yang khusus, jelas bahkan tajam (lih. 1 Tim. 2:7; 2 Tim 1:11)

4.    Demi mematuhi panggilan Tuhan tersebut, maka kita harus bersedia melepaskan apapundemi melihat panggilan Tuhan dalam hidup kita digenapi (7:14-15).
Perhatikan : Amos meninggalkan tanah kelahirannya (tanah Tekoa), pekerjaannya, penghasilannya, kehidupan nyamannya, bahkan merelakan kelemahan-kelemahan sifat pribadinya diubah demi mengerjakan panggilan Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan membayar harga dalam mengikut dan melayani Tuhan.
Illustrasi : mendaftar peserta American Idol, mereka meninggalkan pekerjaan mereka; mendaftar jadi capres, mereka melepaskan jabatan dan pekerjaan; mencari nafkah dan bekerja, mengorbankan rasa nyaman menganggur dan bersantai di rumah dsb. Melepaskan segala sesuatu bagi Tuhan masih terlalu kecil dibandingkan melayani Tuhan kita, sang raja segala raja.

5.    Panggilan Tuhan harus dikerjakan dengan berani, dalam suatu roh yang takut akan Tuhanlebih dari rasa takut kepada apapun dan siapapun : terhadap ketakutan atau kekuatiran pribadi, kuasa kegelapan, hubungan darah, otoritas agama, maupun otoritas pemerintahan (7:8-12,16-17).
Perhatikan : Amos menyampaikan pesan Tuhan (berarti ia sedang mengerjakan panggilannya) tanpa ragu, tanpa takut, terus melangkah bersama Tuhan apapun ancaman dan bahaya yang ada di hadapannya (bahkan ketika ia berhadapan dengan kekuatan politik maupun agamawi sekalipun)
Kompromi tidak pernah menjadi suatu ciri pelayan Tuhan sejati.  Karena tidak berkompromilah, Amos menghadapi segala kesulitan, tantangan, dan penderitaan dalam melayani Tuhan. Selain iman serta keberanian, perlu ditambahkan pula komitmen, ketekunan, dan ketabahan dalam menanggung beban panggilan Tuhan dalam hidup kita

BELAJAR DARI KEBODOHAN IMAM AMAZIA
1.  Panggilan Tuhan bukan merupakan masalah formalitas tampilan-tampilan pelayanan namun lahir dari hubungan pribadi dengan Tuhan (7:10).
Perhatikan :  Amazia adalah seorang imam (yang mengaku sebagai pelayan Tuhan) di kota yang merupakan pusat ibadah 10 suku Israel namun jelas dia tidak sedang melayani Tuhan.  Pesan Tuhan disampaikan ternyata bukan oleh imam namun orang biasa yang dipanggil oleh Tuhan.
Pelayanan yang benar dimulai dari hati Tuhan yang kemudian menggerakkan hamba-hamba-Nya untuk menunaikan tugas daripada-Nya –bukan karena adanya lowongan pekerjaan, dorongan/keinginan untuk melayani, atau ajakan dari pemimpin rohani sekalipun

2.    Pelayanan yang tidak didasari panggilan yang lahir dari hubungan serta pengenalan pribadi akan Tuhan menyebabkan pelayanan tersebut menyimpang bahkan bertentangan dengan kehendak Tuhan maupun kegerakan Tuhan yang sejati.  Itu berkembang menjadi suatu pola-pola dan sistem-sistem yang mati yang disebut sistem agamawi (7:10-11,13).
Perhatikan : Amazia sama sekali tidak mengetahui apa kehendak dan maksud Tuhan untuk bangsanya malah ia menjadi penentang rencana dan kehendak Tuhan, hanya karena nubuatan dari Tuhan mengandung pesan teguran yang keras!
Itu sebabnya banyak pelayanan yang tampak rohani dari luar dan kejauhan namun ternyata dalam kenyataan prakteknya justru banyak bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran firman Tuhan yang murni dan sejati.
Itu karena melayani Tuhan bukan seperti yang dipikirkan orang-orang selama ini dengan aktif dalam kegiatan rohani gereja melainkan kita melayani satu Pribadi yang memiliki hati, perasaan, kesukaan pribadi dsb.  sehingga ini memerlukan pengenalan yang khusus dan pribadi.

3.    Pelayanan yang benar dibuktikan dengan steril dari kepentingan-kepentingan pribadi(7:12).
Perhatikan : bagi Amazia, pelayanan dipandang sebagai kegiatan dan sarana mencari makan belaka.
Melayani Tuhan tidak sama dengan bekerja sehari-hari.  Itu harus berdasarkan kerinduan dan kasih kepada Tuhan.  Pelayanan yang disusupi pencarian keuntungan pribadi dengan cepat akan merusak pandangan kita terhadap pekerjaan Tuhan maupun cara kita melayani Tuhan.

4.    Panggilan pelayanan yang dilakukan di luar hati Tuhan dengan cepat akan memegahkan atau meninggikan hal-hal yang selain Tuhan, sekalipun masih mengatasnamakan dan menyebut-nyebut nama Tuhan (7:13).
Perhatikan : Amazia membanggakan jabatannya sebagai imam yang bekerja di istana, kebesaran istana raja bahkan kemuliaan tempat ibadah yang notabene semuanya bukan kemuliaan Tuhan.
Sebagai hamba-hamba Tuhan, kita dipanggil untuk memuliakan, meninggikan dan bermegah akan Tuhan.  Itulah meterai kita sebagai seorang hamba Tuhan yang dipanggil untuk melayani Dia

5.    Panggilan Tuhan sejati akan ditandai dengan perlawanan dan pertentangan oleh mereka yang mengaku sebagai pelayan atau hamba Tuhan, yang mengaku mengetahui dan mengerti rencana Tuhan (7:16).
Perhatikan : Pelayanan Amos dipersulit, ditentang bahkan dilarang oleh Amazia.  Namun Amos telah siap menghadapi apapun demi melaksanakan panggilan Tuhan.
Pertanyaannya bukan “apakah kita akan menghadapi tantangan?” namun “apakah kita siap menghadapi segala tantangan bahkan dari orang-orang yang mengaku sebagai hamba Tuhan sekalipun”?

KESIMPULAN
Panggilan Tuhan dalam hidup kita harus lahir dari dasar hubungan pribadi dengan Tuhan, kemudian disambut dengan kerelaan, iman keberanian, ketabahan, ketekunan menanggung beban pelayanan termasuk segala persiapan yang diperlukan untuk menjadikan panggilan tersebut berhasil.  Kesemuanya dijalani dengan sepenuhnya memandang kepada Allah yang setia, yang telah memanggil kita (1 Tes. 5:24; 2 Tes. 3:1-3).
 

    

Comments

  1. Terimakasih atas penjelasannya.
    Penjabarannya sangat tepat, namun sulit ditemukan dlam pelayanan zaman ini.

    ReplyDelete
  2. Sangat memberkati. Tapi ada satu hal saya mau tanyakan, ada tertulis berani "bayar harga". Harga apa yang harus kita bayar, Yesus mati bagi kita. Kalau mau bayar ya kematian-Nya harus dibayar dengan kematian juga kan....
    Sekedar meluruskan
    God Bless Us

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar