Kami telah berbuat dosa dan salah, kami telah berlaku fasik dan telah memberontak, kami telah menyimpang dari perintah dan peraturan-Mu,
dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri. Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau. TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya. Segenap orang Israel telah melanggar hukum-Mu dan menyimpang karena tidak mendengarkan suara-Mu. Sebab itu telah dicurahkan ke atas kami kutuk dan sumpah, yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, hamba Allah itu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Dia. Dan telah ditetapkan-Nya firman-Nya, yang diucapkan-Nya terhadap kami dan terhadap orang-orang yang telah memerintah kami, yakni bahwa akan didatangkan-Nya kepada kami malapetaka yang besar, yang belum pernah terjadi di bawah semesta langit, seperti di Yerusalem. Seperti yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, segala malapetaka ini telah menimpa kami, dan kami tidak memohon belas kasihan TUHAN, Allah kami, dengan berbalik dari segala kesalahan kami dan memperhatikan kebenaran yang dari pada-Mu. Sebab itu TUHAN bersiap dengan malapetaka itu dan mendatangkannya kepada kami; karena TUHAN, Allah kami, adalah adil dalam segala perbuatan yang dilakukan-Nya, tetapi kami tidak mendengarkan suara-Nya.
(Daniel 9: 5-14)
Daniel menaikkan doa pertobatan. Daniel menyadari sepenuhnya kesalahan bangsa dan tidak menyalahkan Tuhan atas keputusan penghukuman yang terjadi atas bangsa Israel. Jika ditanya apakah sebelum waktu penghukuman mereka tidak berdoa? Jelas mereka punya pemimpin rohani pastinya ada kegiatan ibadah dan doa seperti kondisi Indonesia sekarang ini. Tetapi permasalahannya bukan banyaknya doa atau kegiatan ibadah yang Tuhan minta. Tetapi perubahan hidup (pertobatan) yang Tuhan minta untuk mereka lakukan mulai dari pemimpin rohani sampai ke semua jemaat. Bangsa Israel telah gagal karena mulai dari pemimpin rohani sampai jemaat telah BUTA akan kesalahan, penyimpangan dan dosa mereka di hadapan Tuhan. Kesombongan membuat mereka merasa sudah benar bahkan MERASA Tuhan memberkati/ mendukung apa yang mereka kerjakan. Semestinya untuk mengingatkan/ menuntun orang buta ke jalan yang benar untuk menyelamatkannya dari jurang maut dibutuhkan suara yang keras/ TERIAKAN, maka Tuhan berbicara lewat profetik (suara kenabian). Celakanya ketika pesan nubuat disampaikan mereka menutup telinga, tidak mempercayai, mengeraskan hati meneruskan cara hidup mereka. Jika keadaannya sudah demikian maka tidak ada cara lain untuk menyelamatkannya selain Tuhan memakai tongkat didikan/ disiplin/ penghajaran/ hukuman untuk menyadarkan mereka akan dosa dan kesalahan mereka. Sampai pada titik mereka minta ampun karena begitu SAKITNYA pukulan dari tongkat Tuhan, sampai mereka menyadari kesalahan dan dosanya, sampai mereka berkomitmen berubah, sampai mereka sungguh-sungguh merendahkan diri mencari Tuhan, sampai mereka meratap untuk pemulihan barulah Tuhan menghentikan tangan-Nya menghajar bangsa yang tegar tengkuk ini.
Apakah nasib bangsa Indonesia akan mengulangi nasib bangsa Israel yang tegar tengkuk?
Apakah mesti harus dihajar dulu sampai luka parah/ berdarah darah baru mau bertobat?
Akankah Indonesia harus menerima hajaran dari Tuhan supaya tersadar akan kesalahan pemimpin rohani dan umat Tuhan selama ini?
Lebih baik merendahkan diri dan bertobat selagi tongkat didikan itu masih diacungkan dan belum diturunkan.
(oleh: Faith Ruddy)
dan kami tidak taat kepada hamba-hamba-Mu, para nabi, yang telah berbicara atas nama-Mu kepada raja-raja kami, kepada pemimpin-pemimpin kami, kepada bapa-bapa kami dan kepada segenap rakyat negeri. Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau. TUHAN, kami, raja-raja kami, pemimpin-pemimpin kami dan bapa-bapa kami patutlah malu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Engkau. Pada Tuhan, Allah kami, ada kesayangan dan keampunan, walaupun kami telah memberontak terhadap Dia, dan tidak mendengarkan suara TUHAN, Allah kami, yang menyuruh kami hidup menurut hukum yang telah diberikan-Nya kepada kami dengan perantaraan para nabi, hamba-hamba-Nya. Segenap orang Israel telah melanggar hukum-Mu dan menyimpang karena tidak mendengarkan suara-Mu. Sebab itu telah dicurahkan ke atas kami kutuk dan sumpah, yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, hamba Allah itu, sebab kami telah berbuat dosa terhadap Dia. Dan telah ditetapkan-Nya firman-Nya, yang diucapkan-Nya terhadap kami dan terhadap orang-orang yang telah memerintah kami, yakni bahwa akan didatangkan-Nya kepada kami malapetaka yang besar, yang belum pernah terjadi di bawah semesta langit, seperti di Yerusalem. Seperti yang tertulis dalam kitab Taurat Musa, segala malapetaka ini telah menimpa kami, dan kami tidak memohon belas kasihan TUHAN, Allah kami, dengan berbalik dari segala kesalahan kami dan memperhatikan kebenaran yang dari pada-Mu. Sebab itu TUHAN bersiap dengan malapetaka itu dan mendatangkannya kepada kami; karena TUHAN, Allah kami, adalah adil dalam segala perbuatan yang dilakukan-Nya, tetapi kami tidak mendengarkan suara-Nya.
(Daniel 9: 5-14)
Daniel menaikkan doa pertobatan. Daniel menyadari sepenuhnya kesalahan bangsa dan tidak menyalahkan Tuhan atas keputusan penghukuman yang terjadi atas bangsa Israel. Jika ditanya apakah sebelum waktu penghukuman mereka tidak berdoa? Jelas mereka punya pemimpin rohani pastinya ada kegiatan ibadah dan doa seperti kondisi Indonesia sekarang ini. Tetapi permasalahannya bukan banyaknya doa atau kegiatan ibadah yang Tuhan minta. Tetapi perubahan hidup (pertobatan) yang Tuhan minta untuk mereka lakukan mulai dari pemimpin rohani sampai ke semua jemaat. Bangsa Israel telah gagal karena mulai dari pemimpin rohani sampai jemaat telah BUTA akan kesalahan, penyimpangan dan dosa mereka di hadapan Tuhan. Kesombongan membuat mereka merasa sudah benar bahkan MERASA Tuhan memberkati/ mendukung apa yang mereka kerjakan. Semestinya untuk mengingatkan/ menuntun orang buta ke jalan yang benar untuk menyelamatkannya dari jurang maut dibutuhkan suara yang keras/ TERIAKAN, maka Tuhan berbicara lewat profetik (suara kenabian). Celakanya ketika pesan nubuat disampaikan mereka menutup telinga, tidak mempercayai, mengeraskan hati meneruskan cara hidup mereka. Jika keadaannya sudah demikian maka tidak ada cara lain untuk menyelamatkannya selain Tuhan memakai tongkat didikan/ disiplin/ penghajaran/ hukuman untuk menyadarkan mereka akan dosa dan kesalahan mereka. Sampai pada titik mereka minta ampun karena begitu SAKITNYA pukulan dari tongkat Tuhan, sampai mereka menyadari kesalahan dan dosanya, sampai mereka berkomitmen berubah, sampai mereka sungguh-sungguh merendahkan diri mencari Tuhan, sampai mereka meratap untuk pemulihan barulah Tuhan menghentikan tangan-Nya menghajar bangsa yang tegar tengkuk ini.
Apakah nasib bangsa Indonesia akan mengulangi nasib bangsa Israel yang tegar tengkuk?
Apakah mesti harus dihajar dulu sampai luka parah/ berdarah darah baru mau bertobat?
Akankah Indonesia harus menerima hajaran dari Tuhan supaya tersadar akan kesalahan pemimpin rohani dan umat Tuhan selama ini?
Lebih baik merendahkan diri dan bertobat selagi tongkat didikan itu masih diacungkan dan belum diturunkan.
(oleh: Faith Ruddy)
Comments
Post a Comment