Skip to main content

MENGANDALKAN KASIHNYA

(Renungan dari kitab Mazmur 13)
Oleh: Bp. Peter B. K.
 
“Tetapi aku, kepada kasih setiaMu aku percaya, hatiku bersorak-sorak  karena penyelamatMu” (Mzm 13:6)
 

      Masa – masa kritis. Tidak pernah ada seorangpun di dunia ini tidak pernah menghadapi masa-masa kritis. Masa – masa itu begitu berat, penuh pergumulan, penderitaan bahkan seringkali segala sesuatu begitu gelap. Itulah saat – saat dimana seringkali keputusasaan menyerang dan harapan hidup lenyap bagaikan uap. Perasaan tertekan, stress dan ditinggalkan seakan – akan menjadi makanan hari demi hari. Yang lebih tidak mengenakkan, krisis ternyata dapat menyerang di segala bidang kehidupan. Baik kehidupan pribadi, keluarga, suatu lingkungan, wilayah kota / desa bahkan suatu negara. Dan itu bisa meliputi krisis dalam segi ekonomi, politik, sakit penyakit, bencana alam dsb, sungguh suatu masa – masa yang gelap. (Omong – omong bukankah bangsa kita juga masih bergumul untuk keluar dari krisis, bukan?).
Pertanyaan yang penting bagi kita ialah : Bagaimana kita bisa bertahan dan tetap kuat saat melewati masa – masa krisis itu? Bagaimana kita dapat keluar sebagai pemenang atas krisis tersebut?
Sekali lagi kita belajar dari Daud dan tidak salah jika kita belajar dari dia. Daud adalah langganan krisis. Sepanjang hidupnya berkali – kali ia melewati krisis bahkan hingga yang terberat sekalipun. Yang mengherankan, ia bertahan dan akhirnya menyelesaikan “pertandingan” dengan baik. Akhir hidupnya ditulis dengan kata, “kemudian matilah Daud pada waktu telah putih rambutnya lanjut umumnya, penuh kekayaan dan kemuliaan….” (1Taw 29:28). Yah, Daud ternyata tidak hanya piawai menghadapi dan menangani raksasa; ia terbukti juga cukup mahir mengatasi krisis – krisis dalam hidupnya.
                Jika membaca Mzm13, lagu itu dibuka dengan keluhan dan “kekecewaan” kepada Tuhan. Penderitaan yang sedemikian berat seringkali membuat kita tidak kuat. Kekuatan manusia telah habis, daya tahan sudah menipis sehingga seruan kita menjadi, “Berapa lama lagi, TUHAN…? “(Mzm 13:2-3). Yah, sampai kapan? Mengapa seakan – akan Tuhan begitu jauh, seperti tidak ada? Tidak pedulikah Tuhan? Memang penderitaan dan krisis yang begitu lama dapat membuat orang menjadi lemah dan pahit khususnya kepada TUHAN. Daud sempat mengalaminya tetapi mungkin inilah perbedaan banyak orang dengan DAUD : Daud terus berdoa kepada TUHAN (sedangkan yang lain berhenti berdoa dan tinggalkan Tuhan)!
Satu hal penting adalah kita perlu tahu bahwa krisis sama seperti berjalan dalam kegelapan. Bayangkanlah saat malam hari, saat kita sedang bekerja di satu meja menulis sesuatu; tiba – tiba listrik padam dan kegelapan datang begitu mendadak dan begitu pekat. Itulah krisis. Di saat – saat gelap seperti itu – apalagi jika sendirian – kita  seringkali tidak tahu harus berbuat apa. Seluruh pekerjaan terhenti dan kita hanya bisa menunggu lampu menyala kembali. Sambil menunggu kita bisa memasang lilin sebagai penerang sementara.
Tetapi, bagaimana jika kegelapan itu begitu lama? Mesir pernah mengalami 3 hari 3 malam gelap total di zaman Musa. Bagaimana jika terjadi seperti itu bahkan lebih lama dari itu? Lilin akan habis dan penerang lain tidak cukup memadai; padahal kita harus terus bergerak dan bekerja? Syukurlah, bagi orang Mesir tiada harapan tapi bagi kita harapan itu tidak pernah hilang.
Kembali kepada Daud, ternyata ia punya rahasia kemenangan atas krisis. Tempat sandaran Daud pada waktu – waktu itu ialah apa yang disebut KASIH SETIA TUHAN. Tahukah saudara apa arti kasih setia dan tahukah engkau Allah kita memiliki kasih setia itu (yang begitu berlimpah -  lihat Mazmur 103:8)? Daud mengenal persis akan Allahnya, (beruntunglah engkau yang mengenal Allah) dan ia tidak ragu – ragu lagi bahwa pastilah Allah yang menjadi sandarannya itu akan menolongnya.
KASIH SETIA BERARTI KASIH YANG TIDAK BERKESUDAHAN. BUKAN KASIH SESAAT TAPI KASIH YANG KUAT YANG TERUS BERTAHAN MENGHADAPI TANTANGAN, UJIAN DAN PENCOBAAN; YANG TERUS MENGALIR MELEWATI RINTANGAN  DAN HAMBATAN. ITULAH KASIH YANG TERUJI DAN TAK TERPENDAMKAN OLEH APAPUN! KASIH MANUSIA BELUM LAYAK DISEBUT KASIH SETIA, TETAPI PUJI TUHAN, ALLAH KITA MEMILIKI KASIH SETIA ITU.
Bagi Daud, kasih setia Allah – kasihnya yang tak pernah berubah itu menjadi jaminannya untuk bertahan bahkan keluar dari krisis. Mengapa? Karena jika dulu Allah tidak pernah meninggalkannya tetapi menolongnya, maka Daud dapat percaya bahwa karena kasih Allah yang setia itu maka ia akan melakukan lagi. Kesabaraan dan kasih manusia ada batasnya. Hari ini seseorang atau sesuatu bisa menjadi andalan dan sandaran kita tetapi belum tentu besok mereka akan melakukan hal yang sama untuk kita. Tetapi, kasih setia Tuhan dapat menjadi andalan kita di segala situasi di sepanjang masa kehidupan kita.
Ada satu orang lagi yang melewati masa krisis dan lulus dengan nilai terbaik. Orang itu bernama Yeremia. Meski ia meratap dalam krisis yang begitu parah tetapi sama seperti Daud – ia mengandalkan kasih setia Tuhan. Dengarkan pengakuannya : “jiwaku … tertekan dalam diriku, tetapi hal – hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap : Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis – habisnya rahmatNya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaanMu” ( Rat 3:20-23).

Banyak orang berkata angka 13 adalah angka sial. Mazmur 13 juga digubahkan masa-masa sial Daud. Pendapat orang bahwa 13 angka sial mungkin benar (bagi mereka) tetapi ternyata itu tidak sepenuhnya benar bagi Daud, si penyembah sejati. Tuhan ingin kita meneladani Daud bukan dunia. Seperti Daud kita akan mengubah angka sial itu menjadi angka keberuntungan kita. Saya ucapkan selamat bagi engkau yang beruntung! Amin



Comments

Popular posts from this blog

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

SIKAP DAN PANDANGAN KITA YANG SEHARUSNYA TERHADAP NUBUAT /PENGLIHATAN: MENANGGAPI PESAN PROFETIK YANG DISAMPAIKAN OLEH CINDY JACOB DI MEDIA SOSIAL

Oleh: Didit I. Beberapa hari ini saya mendapatkan kiriman cukup banyak dari rekan-rekan di media sosial tentang nubuatan dari Cindy Jacob terkait Bapak Ahok. Menanggapi pesan nubuatan dari Cindy Jacob yang disebarkan di media sosial tersebut, Tuhan menggerakkan saya untuk mengajak rekan-rekan dan seluruh umat Tuhan untuk bersama menguji pesan yang disampaikan oleh Cindy Jacob dan mencari kehendak Tuhan dalam pesan tersebut. Pesan profetik yang disampaikan oleh Cindy Jacob seperti gambar di bawah ini: Sesuai dengan 1Tesalonika 5:19-22, kita tidak boleh memandang rendah setiap nubuatan namun juga tidak boleh langsung menerimanya mentah-mentah, sebaliknya kita harus mengujinya. Ini berarti sikap kita terhadap setiap nubuatan/penglihatan adalah menampungnya untuk kemudian diuji sesuai dengan cara dan prinsip Firman Tuhan dan mencari maksud serta tujuan pesan nubuatan/penglihatan tersebut. Penting di sini untuk bersikap netral/tidak berprasangka terlebih dahulu terhadap setiap pesan nubuata