Oleh: Bpk. Peter B, MA
PARA PENGIKUT KRISTUS HIDUP DAN BERJUANG UNTUK SUATU MISI: MENJADI PERWAKILAN-PERWAKILAN KERAJAAN ALLAH
'Apostelo' adalah kata asli dari yang diterjemahkan"mengutus" dalam Matius 10:16 dimana Yesus mengutus murid-murid-Nya bagi domba di tengah serigala. Dari kata itu ada kata 'apostolos' yang digunakan sebagai sebutan bagi rasul. 'Apostelo' artinya yang diperintahkan keluar atau yang disuruh pergi (melakukan suatu tugas). Jadi rasul dapat diartikan sebagai orang yang diperintahkan pergi atau yang diutus pergi melaksanakan misi yang diperintahkan kepadanya.
Kepada dua belas murid maupun kepada ketujuh puluh murid (Luk. 10:1-16) , Yesus memberikan perintah yang sama. Perintah yang sama juga diberikan kepada sekitar 400 murid-Nya sebelum Ia naik ke sorga. Dengan kata lain, meski sebutan "yang diutus" dilekatkan pada jabatan atau panggilan rasul, namun tugas dan fungsi sebagai orang-orang utusan melekat pada setiap pengikut Yesus. Kita semua adalah utusan-utusan-Nya. Diutus untuk apa? Untuk melakukan amanat ilahi. Menjadi perwakilan Kerajaan Allah. Menjadi saksi bahwa Yesus Kristus itu Tuhan dan Juruselamat. Memproklamasikan bahwa iblis telah kalah dan pekerjaan-pekerjaan mereka telah dihancurkan oleh kuasa Kristus.
"Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat.
Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.
"Lihat, Aku mengutus kamu… " (Matius 10:7-8, 16)
Menjadi saksi-saksi dan utusan Kristus bukan membela Tuhan atau pekerjaan-Nya. Justru dalam melaksanakan tugas itu, Tuhanlah yang akan menjadi pembela, pelindung, pemelihara dan penjaga setiap langkah kita. Oleh sebab itu, kuasa Tuhan justru paling nyata dan terbukti saat kita bergerak bersama Dia mengerjakan panggilan kita. Bukan seperti yang dipikirkan sebagian yang percaya bahwa Tuhan selalu membela dan melindungi mereka meski mereka menjalani hidup yang ceroboh dan semuanya sendiri, perlindungan dan pemeliharaan Tuhan berlaku saat kita mengikuti pimpinan-Nya kemana Dia pergi bagai domba yang akan selalu aman dan tenang sekalipun berada dalam lembah kekelaman (Maz. 23:4).
Bagian kita ialah menyatakan kuasa dan kasih-Nya pada dunia yang tertindas dan tersesat oleh permainan penguasa dunia yang gelap itu. Kita tampil sebagai duta yang siap sedia memberitahukan keberadaan Kerajaan Sorga itu sekaligus bertindak mendemonstrasikan otoritas kerajaan yang kita wakili.
Kerajaan yang kita wakili ialah Kerajaan Allah yang kita kenal sebagai Tritunggal yang Kudus. Itu sebabnya kita bukan hanya memperagakan kedahsyatan dan kuasa dari kerajaan sorgawi itu melalui mujizat dan tanda-tanda ajaib melainkan juga menyatakan sifat dan karakter kerajaan itu sendiri -yang berbeda dari budaya atau sistem yang berlaku di dunia sekarang ini.
Itulah sebabnya mengapa murid-murid Yesus tidak hanya diperintahkan menyembuhkan orang sakit, membangkitkan orang mati dan memberitakan kabar baik NAMUN JUGA DIPERINTAHKAN MEMILIKI GAYA HIDUP SEBAGAI ORANG-ORANG YANG DIUTUS, yang didasarkan pada prinsip-prinsip Kerajaan sesuai yang diteladankan Kristus sendiri. Dan ini bukan main-main. Kita dipanggil untuk MEMANTULKAN GAMBAR KRISTUS pada dunia seolah-olah Kristus sendiri yang hadir di tengah-tengah dunia sampai-sampai "barangsiapa menyambut kita, ia sama dengan menyambut Kristus" (Mat. 10:40).
Dunia harus melihat bukan hanya pekerjaan Tuhan yang penuh kuasa melalui kita namun suatu cara hidup yang berbeda sebagai orang-orang yang mengabdi dan menghamba pada Yesus.
Kita harus melayani dengan iman, tanpa kekuatiran akan hidup kita. Bukan seperti dunia yang selalu dicemaskan akan kebutuhan dan keperluan hidup jasmani sehari-hari.
Kita datang sebagai pembawa damai, bukan sebagai orang-orang yang memaksakan kehendak dan kemauan kita dengan cara-cara yang keras, memaksa dan mengadakan teror.
Jika pesan kita ditolak, lalu kita diusir bahkan dibawa ke depan pengadilan dengan tuduhan-tuduhan yang palsu, kita harus tetap menunjukkan kasih dan tidak membalas perlakuan tidak adil dan kejam terhadap kita. Berbeda dengan dunia yang selalu menuntut balas dan membenci yang tidak ramah pada mereka.
Suatu kehidupan yang aktif dan dijalani secara berbeda harus menjadi ciri khas pengikut-pengikut Kristus sejati. Mereka bergerak menjangkau dan memberkati orang-orang dimana mereka diutus dengan cara-cara yang Kristus tetapkan dan teladankan. Yang berkomitmen untuk mengiring Yesus tidak boleh hanya menjalani hidup seperti air mengalir. Tanpa kegiatan atau arah yang jelas, yang didasarkan pada 'pokoknya' melayani, pokoknya datang beribadah, pokoknya ikut tim misi dan pokoknya aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani atau sosial. Ada arah dan tujuan yang jelas dalam setiap pengutusan Kristus pada kita.
Merenungkan panggilan kita sebagai utusan-utusan Allah, maka kita seharusnya menyadari bahwa kita tidak dipanggil untuk menjalani kehidupan yang santai, tanpa kesibukan yang berarti selain menjalani semacam rutinitas-rutinitas agama, atau menjadi penonton para pendeta atau hamba Tuhan yang mengajar atau melayani di gereja. Kita ini diutus untuk menjalankan tugas sebagai wakil-wakil Kerajaan Allah. Sebelum tugas itu terlaksana, kita tidak boleh berhenti dan mengubah jadwal kita serta mengisi waktu kita dengan liburan dan wisata di dunia ini. Duta-duta besar diutus bukan untuk menikmati keindahan alam negara yang dikunjunginya. Ia sedang melaksanakan tugas yang harus dikerjakan bahkan diselesaikannya dari negara asal yang mengutusnya.
Kekristenan yang santai adalah kekristenan yang lupa diri, bodoh dan sesat. Karena mereka tidak menyadari mengapa mereka ditebus dan untuk tujuan apa mereka masih dikaruniai tahun-tahun kehidupan selama di bumi ini.
Pada sisi lain, disadarkan sebagai utusan-utusan sorgawi, hidup kita tidak semestinya fokus pada urusan-urusan dan kepentingan-kepentingan duniawi belaka. Itulah yang dimaksud Yesus supaya kita "mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya" (Mat. 6:33) dan "mencari dan memikirkan perkara-perkara yang di atas, bukan yang di bumi" (Kol. 3:1-2). Pengejaran perkara-perkara dunia menumpulkan kesadaran rohani kita akan kekekalan, alam dimana kita akan tinggal selama-lamanya setelah kehidupan di bumi. Ambisi mengumpulkan harta kekayaan di bumi dapat menyimpangkan dan menarik kita keluar dari jalur panggilan Tuhan yang utusan-utusan-Nya. Kerja keras kita demi mengejar target dan pencapaian kehidupan dunia yang nyaman tanpa disadari menggerogoti gairah dan semangat kita berjuang menjadi saksi-saksi dan prajurit Kristus.
"Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya" (2 Timotius 2:3-4)
Ya, sebagai prajurit adalah simbol lain dari panggilan kita sebagai orang-orang yang diutus. Dan sekali lagi, prajurit Tuhan bukan menjadi pembela Tuhan tetapi sebagai pelaksana tugas pengutusan di atas yaitu berjuang melawan pekerjaan kuasa kegelapan yang senantiasa bermaksud menghancurkan dan membinasakan banyak orang.
"karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara" (Efesus 6:12)
Selagi membaca ini semua, mungkin ada yang berpikir bahwa melayani dan berkecimpung di dunia rohani atau pelayanan adalah tugas hamba-hamba Tuhan, bukan tanggung jawab mereka yang bukan berprofesi sebagai rohaniawan atau pelayan Tuhan sepenuh waktu. Tentu saja itu tidak benar. Tuhan memanggil setiap murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-Nya. Siapa saja yang mau hidupnya berarti seharusnya menanggapi panggilan Tuhan. Bukankah kita digambarkan sebagai tubuh Kristus dengan berbagai-bagai anggotanya? Dan bukankah setiap anggota tubuh memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda tetapi bekerja sama bergerak demi melakukan sesuatu dan mencapai suatu tujuan dan hasil?
Demikianlah setiap kita dipanggil untuk mengetahui bagian kita sebagai anggota tubuh Kristus lalu berfungsi sebagaimana Tuhan menghendaki kita pergi melakukan sesuatu. Bukankah Yesus sendiri mengatakan bahwa selagi murid-murid itu menjalankan misi, akan ada orang-orang yang menyambut mereka? Dan bahwa Tuhan memberikan upah yang sama bagi mereka yang menyambut nabi-nabi dan orang yang benar?
"Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar.
Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya" (Matius 10:41-42)
Itu berarti setiap kita punya bagian dalam perjuangan memberitakan kabar baik dan menyatakan kemuliaan Tuhan di bumi. Tidak ada alasan maupun dalih bahwa itu bukan bagian kita sebab jika Tuhan memanggil kita, Dia pun akan melengkapi kita dan menunjukkan apa dan bagaimana yang harus kita kerjakan dalam menunaikan tugas itu.
Diutus. Berjuang. Hidup menghamba pada Kristus. Ambil bagian sebagai prajurit.
Itulah panggilan bahkan takdir kita sebagai orang-orang sorgawi. Mengikuti jejak Yesus yang hidup sebagai utusan Bapa demi misi menyelamatkan dunia, kita pun dipanggil memikul salib kita sebagaimana halnya Kristus memikul salib-Nya oleh karena perintah Bapa.
Pengikut-pengikut sejati yang menangkap panggilan dan pengutusan dari Kristus tidak mengenal kata malas, santai, berdiam diri, lemah atau kalah dalam hal-hal rohani. Mereka secara agresif menyerang kubu-kubu pertahanan iblis dan membalikkan keadaan. Tepat sebagaimana doa yang mereka naikkan, "Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga." Mereka berperang, berjuang, dan memenangkan kehendak Allah atas situasi-situasi yang ada dan mendatangkan kerinduan Tuhan menjadi kenyataan melalui doa dan pelayanan mereka.
Sebaliknya, yang tidak berjuang dalam kehendak Tuhan mungkin tergolong apa yang disebut "iman yang mencurigakan" itu seperti yang dikatakan Ralph Erskine, pengkhotbah abad 18, "Iman, tanpa kesukaran atau perjuangan, ialah iman yang perlu dicurigai; karena iman sejati itu berjuang, iman yang bergumul."
Dalam pemahaman ini, kita seharusnya mulai memeriksa diri dan melihat hidup kita.
Adakah kita telah hidup sebagai orang-orang yang diutus oleh kerajaan yang tidak tergoncangkan itu?
Adakah kita BERGERAK dan BERJUANG sebagai orang-orang yang diutus Tuhan dalam hidup kita?
Apakah kita sudah secara aktif menghancurkan pekerjaan iblis dengan mencari dan mendoakan kehendak Tuhan supaya jadi atas kehidupan kita, keluarga kita hingga keselamatan bangsa dimana kita hidup?
Atau… apakah kita selama ini masih menjalani hidup yang santai, mencari kenyamanan dan kemudahan dengan hanya sesekali berdoa, beberapa kali ikut ibadah dan menjalankan saja rutinitas jadwal pelayanan gereja bagi kita?
Pernahkah kita memikirkan dan menyadari betapa dahsyat kuasa, hikmat, talenta dan tugas yang jelas bagi setiap kita lalu mencari dan melaksanakan panggilan Tuhan itu dalam hidup kita?
Hari ini, akankah Anda dapat menjawab jika ditanyakan apakah yang sedang Anda perjuangkan karena Tuhan dalam hari-hari Anda sekarang ini?
Bagian 1 :
CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10)
Bagian 2 :
CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10)
Bagian 3 :
CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10)
Bagian 4 :
CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10)
Bagian 4 (1) - Selesai
Bagian 5 :
CERDIK SEPERTI ULAR, TULUS SEPERTI MERPATI (KAJIAN ALKITAB - MATIUS 10) Bagian 4 (2) - Selesai
Comments
Post a Comment