Skip to main content

HATI YANG MUNDUR


Oleh: Charles G. Finney
(Disunting dan disadur oleh Keith Green)




Artikel ini disunting dan disadur dari bab ke 21 buku “Revival Lecture” karya Charles G. Finney. Makna pengajarannya bagi gereja masa kini masih tetap sama seperti waktu mulai disampaikan pada tahun 1830-an. Kami berdoa agar Anda “membaca dan tersentuh”.

Pengajaran mengenai kebangunan rohani tak dapat kusampaikan secara lengkap dan sempurna bila aku tidak memperingatkan para petobat akan adanya bahaya kemunduran rohani atau kemurtadan rohani.

Dalam membahasnya saya  ingin membaginya atas beberapa bagian. Saya ingin menunjukkan:
1. Apa yang bukan kemunduran rohani?
2. Apa yang merupakan kemunduran rohani?
3. Apa gejala-gejala kemunduran rohani?
4. Apa saja akibat dari kemunduran rohani?
5. Bagaimana memulihkan atau menyembuhkannya?


YANG BUKAN KEMUNDURAN ROHANI
Kemunduran rohani tidak menyangkut masalah gairah/semangat dari perasaan religius. Tidak memiliki gairah rohani di hati Anda mungkin merupakan bukti bahwa hati Anda telah mundur, namun bukan penyebabnya.


KEMUNDURAN ROHANI – APAKAH ITU? –
  1. Meninggalkan pengabdian kepada Allah dan pelayananNya. Padahal faktor ini merupakan ciri pertobatan sejati.
  2. Meninggalkan kasih yang mula-mula (cinta pertama) kepada Yesus.
  3. Menarik diri dari penyerahan total kepada Allah, dan kini kembali hidup dikendalikan oleh roh menyenangkan diri sendiri.
  4. Orang yang rohaninya mundur mungkin secara lahiriah masih tampil sebagai orang yang rohani. Kita tahu bahwa tindakan luar yang sama baiknya mungkin saja dasar motivasinya berbeda, atau bahkan berlawanan sama sekali. Keakuan yang kental juga sering “berjubah” religius atau hal-hal rohani. Ada banyak hal yang menyebabkan orang yang mundur rohaninya tetap menjaga penampilan religiusnya, meskipun sebenarnya dalam jiwanya ia telah kehilangan kuasa rohani.


GEJALA-GEJALA KEMUNDURAN ROHANI
1.   Tidak ada kenikmatan spiritual. Kita selalu suka mengatakan dan melakukan sesuatu untuk menyenangkan orang yang paling kita cintai. Bila hati kita tidak mundur/murtad, maka persekutuan dengan Allah akan tetap terpelihara, sehingga ibadah rohani kita lakukan dengan hati senang. Lebih dari itu, persekutuan dengan Alllah juga menjadi sumber kekayaan dan kesinambungan berkat-berkat rohani. Bila kita tidak lagi menikmati pelayanan bagi Allah, penyebabnya adalah kita memang sebenarnya tidak melayani Dia.

2.   Formalitas lahiriah dalam mempraktekkan agama.Apa yang diucapkan dan dilakukan orang yang mundur rohani benar-benar dari kebiasaan dan bukan dari pancaran kehidupan rohaninya. Ketika ia berdoa dalam kelompok doa, ungkapan formalitasnya akan dingin dan tanpa emosi. Semua ini menyingkapkan tidak adanya ketulusan dalam pelayanan rohani yang dilakukannya. Keadaan seperti ini tidak mungkin terjadi bila dalam hatinya masih ada iman yang hidup dan semangat Ilahi yang sejati.

3.   Emosi yang tidak terkendali. Bila hati kita penuh kasih, maka sifat alami yang timbul adalah sabar dan manis. Bila suatu saat terjadi hal yang keterlaluan sehingga lepas kendali, maka hati yang penuh kasih akan cepat mengaku kesalahan, merasa hancur dan bertobat dalam kerendahan hati yang sejati. Bila yang ada pada diri Anda adalah emosi yang mudah terusik, mudah tersinggung dan tidak dapat mengendalikan diri, maka Anda tahu hati Anda mundur.

4. Tidak tertarik pada percakapan rohani. “Karena yang diucapkan mulut meluap dari hati” (Matius 12:34). Bila hati kita penuh kasih, maka tidak ada percakapan yang lebih manis daripada percakapan tentang Kristus dan pengalaman kehidupan kristiani kita.

5.  Mengejar kesukaan duniawi. Hal yang paling menyenangkan orang rohani adalah segala sesuatu yang membawa jiwanya makin dekat dengan Allah. Hati yang penuh cinta akan Tuhan akan “cemburu” terhadap segala hal yang mengganggu/menghalangi persekutuan dengan Allah. Bila kita tidak lagi menyukai persekutuan dengan Allah lebih daripada hal-hal duniawi, maka dengan sedih kita harus tahu bahwa kita mundur rohani.

6.  Tidak tertarik pada ladang misi. Bila Anda kehilangan rasa tertarik pada pekerjaan misi dan usaha-usaha untuk menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang di negara-negara lain serta tidak memiliki kerinduan akan pertobatan jiwa-jiwa di mana saja di dunia ini, maka Anda tahu Anda telah undur rohani.

7.  Tidak tertarik pada usaha-usaha untuk menjangkau mereka yang miskin dan memerlukan bantuan. Bila Anda pernah sungguh-sungguh bertobat, pastilah Anda pernah memiliki rasa tertarik yang amat besar untuk menyokong usaha-usaha derma kristiani. Jiwa yang bertobat pasti amat tertarik dan tersentuh oleh semua bentuk kegiatan kemanusiaan untuk menjangkau sesama demi memperbaiki martabat, menolong dan menyelamatkan umat manusia. Perwujudannya bisa dalam bentuk melengkapi kebutuhan-kebutuhan mereka yang papa dan memerlukan bantuan, atau pendek kata, dalam segala hal yang baik untuk diucapkan dan dilakukan. Seberapa jauh Anda kehilangan rasa tertarik ini membuktikan seberapa jauh Anda mundur.

8. Tidak tertarik pada kelahiran bayi rohani. Malaikat-malaikat di surga bersukacita atas pertobatan satu orang berdosa. Lalu apakah tidak ada sukacita di antara orang-orang kudus di bumi ketika ada orang-orang yang datang kepada Kristus dan menjadi bayi-bayi rohani yang baru lahir dalam kerajaanNya? Bila seseorang mengaku dirinya Kristen namun tidak memiliki rasa tertarik yang membara terhadap pertobatan orang lain, maka ia seorang yang mundur rohani dan munafik. Ia mengaku sebagai orang yang rohani, padahal bukan.

9.  Mencari-cari kesalahan, pengeritik. Watak cepat menyalahkan orang lain, tidak percaya terhadap perhatian dan motif baik orang lain. Juga merupakan roh yang tidak percaya pada karakter Kristen dan apa yang dikatakan orang-orang Kristen. Keadaan pikiran seperti ini tersingkap dalam bentuk kata-kata kasar dan bentuk-bentuk ucapan menghakimi orang lain. Jelas keadaan ini tidak sesuai dengan hati yang penuh kasih. Bila roh menghakimi muncul dalam diri orang yang mengaku Kristen, maka Anda tahu hatinya mundur.

10.Menuruti keinginan diri. Yang saya maksud adalah kecenderungan memuaskan selera, hawa nafsu dan “keinginan daging dan pikiran” (Efesus 2:3). Tingginya selera terhadap makanan seringkali merupakan ciri paling menonjol dari kemunduran rohani dibandingkan dengan ciri lain. Sayang sekali hanya sedikit orang Kristen yang menyadarinya. Perintah Allah mengatakan, “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31). Banyak orang Kristen melupakan perintah Allah ini. Jadi mereka makan dan minum sekedar untuk menyenangkan dirinya. Banyaknya orang yang terjerat oleh “meja makan” nya lebih besar daripada yang disadari oleh Gereja. Amat banyak orang yang menghindarkan diri dari meneguk minuman keras akan memuaskan dirinya dengan makanan. Kuantitas maupun kualitas pemuasan dalam hal makan dan minum ini membuktikan bahwa mereka hanya mengikuti selera mereka. Pemuasan diri dengan makan banyak-banyak makan ini mengancam tubuh maupun jiwa kita. Bila Anda melihat seorang Kristen yang “amat rakus makan” maka Anda sedang melihat seorang yang mundur rohaninya.

11.Tidak hadir pada kebaktian doa karena alasan sepele.Bagi orang Kristen, tak ada pertemuan yang lebih penting daripada pertemuan doa. Bila kita memiliki kerinduan berdoa, maka kita tidak hadir hanya bila terjadi hal-hal penting yang amat mendesak. Bila kunjungan atau ajakan seorang teman bertepatan jadwal persekutuan doa saja bisa menghalangi Anda, maka hal ini merupakan bukti kuat bahwa sebenarnya Anda tidak sungguh-sungguh ingin pergi ke pertemuan ibadah doa. Dapatkah kunjungan atau ajakan yang sama ini membatalkan rencana mengadiri pesta nikah, piknik, atau acara-acara menyenangkan lainnya? Yang nyata adalah kemunafikan dalam hal berpura-pura rindu akan ibadah doa padahal hal sepele saja bisa menghalangi kehadiran Anda.

12.Mengabaikan persekutuan doa keluarga hanya karena alasan yang sepele. Hal yang sama dengan no. 11. Bila Anda mencintai Tuhan, sebagai orang Kristen Anda tidak akan bersedia menghapus saat berdoa dan membaca Alkitab bersama keluarga. Bila seorang Kristen bersedia mencari-cari alasan untuk menjauhi ibadah keluarga, maka ini merupakan bukti yang meyakinkan bahwa hatinya telah mundur.

13.Doa pribadi dianggap sebagai kewajiban ketimbang dianggap sebagai kehormatan. Selalu janggal dan aneh bagi saya bila mendengar orang Kristen berbicara bahwa doa adalah kewajiban. Sebenarnya merupakan kehormatan bahwa kita diijinkan datang kepada Allah dan memohon segala hal yang kita perlukan. Tetapi berdoa karena kita harusberdoa, bukan karena kita bolehberdoa, sungguh merupakan hal yang menyedihkan, sekaligus merupakan ciri yang pasti dari hati yang mundur.

14.Tak ada roh doa. Bila kasih kepada Kristus masih tetap segar dalam jiwa kita, maka Roh Allah akan menyatakan diri sebagai Roh anugerah dan Roh permohonan doa. Ia akan menaruh kerinduan yang kuat dalam jiwa kita, ya…kerinduan akan keselamatan orang-orang berdosa dan pengudusan orang-orang Kristen. Bila roh doa mati dalam diri kita, maka ini tandanya bahwa hati kita mundur. Bila cinta pertama kita terhadap Tuhan masih tetap ada, maka kita pasti ditarik oleh Roh Kudus untuk bergumul dalam peperangan doa.

15.Kemunduran rohani seseorang sering terungkap dalam cara orang itu berdoa. Contohnya memanjatkan doa seperti dalam keadaan terhukum (karena adanya rasa bersalah), atau cara berdoa yang mirip dengan cara berdoa orang berdosa yang belum bertobat. Pengakuan-pengakuan dan tuduhan-tuduhan yang diungkapkan dalam doa mungkin akan dianggap oleh orang lain sebagai hal-hal yang tidak dimengerti olehnya. Tidak ada iman dan kasih di dalam hatinya, sebaliknya ia lebih yakin akan keadaan berdosanya. Jauh di lubuk hatinya ia menyadari keadaan dirinya yang tidak diperkenan Allah. Menghadiri pertemuan doa dari orang-orang yang mundur rohani seringkali me) te3mbuat kita tercengang, dan saya memohon maaf karena harus mengatakan bahwa banyak persekutuan doa gereja juga keadaannya tidak berbeda jauh. Doa-doa yang disampaikan mencerminkan ketakutan, keraguan dan kecilnya iman, bahkan tidak ada iman sama sekali. Mereka akan berputar-putar berdoa untuk pertobatan dan penyesalan diri. Semua itu mengungkapkan kemunduran rohani mereka.

16.Kurang tertarik mengejar kesucian. Jika Anda orang Kristen, Anda tentunya pernah merasa bahwa dosa adalah sesuatu yang dibenci oleh jiwa Anda. Anda pernah memiliki kerinduan yang sukar diungkapkan dengan kata-kata, ya… kerinduan untuk lepas dari dosa untuk selamanya. Segala sesuatu yang menerangi Anda untuk mengerti bagaimana hidup dalam kekudusan merupakan hal yang amat penting dan berharga. Bila Anda tidak lagi perduli tentang “bagaimana hidup dalam kekudusan” atau hal ini tidak menarik lagi bagi Anda, penyebabnya adalah hati Anda mundur.

17.Tidak ada rasa tertarik terhadap Firman Allah.Mungkin tak ada bukti lebih tajam dan pasti daripada bukti ini. Hilangnya rasa tertarik pada Alkitab. Bila hati kita penuh kasih maka bagi kita tidak ada buku yang lebih mulia daripada Alkitab. Namun bila kasih sirna dari hati kita, maka Alkitab menjadi tidak menarik, bahkan seringkali menjemukan. Tak ada lagi iman untuk menerima janji dalam Alkitab, sebaliknya keyakinan berdosalah yang tersisa sehingga menakutkan dan membuat kita terancam.


AKIBAT KEMUNDURAN ROHANI
“Orang yang murtad hatinya menjadi kenyang dengan jalannya” (Amsal 14:14).

1. Orang yang mundur rohani penuh dengan kesalahannya sendiri. Segala sesuatu dalam kehidupannya serba salah. Ia tidak berjalan dengan Allah lagi. Ia tidak dipimpin Roh Kudus, tetapi berjalan dalam kegelapan. Dalam keadaan ini ia pasti jatuh dalam pelbagai kesalahan besar: kesalahan dalam bisnis, kesalahan dalam pergaulan dan hubungan dengan sesama, kesalahan dalam memanfaatkan waktu, menggunakan lidah, mengelola uangnya. Segalanya serba salah selama ia masih dalam keadaan mundur/murtad.

2.   Orang yang mundur rohani penuh dengan perasaan-perasaanya sendiri. Dulu ia pernah mengalami kedamaian dan ketentraman dalam Roh Kudus. Kini ia hidup dalam kegelisahan, tidak puas dengan dirinya dan orang lain. Kehidupan seseorang yang mundur secara rohani sering amat berat. Ia sering gelisah, mencari-cari kesalahan, cepat tersinggung dan menyinggung perasaan orang lain dalam segala hal. Ia telah meninggalkan Tuhan, dan kini ia merasa seperti berada di neraka.

3.  Orang yang mundur rohani penuh dengan kata-katanya sendiri. Seorang yang hatinya mundur tidak akan dan tidak dapat mengendalikan ucapannya. Lidah adalah anggota tubuh yang tidak terkuasai serta penuh racun yang mematikan (Yakobus 3:8). Kata-katanya menyebabkan dirinya terjerat dalam pelbagai kesulitan. Ia tidak akan bebas bila ia tidak datang kembali kepada Allah.

4. Orang yang mundur rohani penuh perhatian terhadap kepentingannya sendiri. Ia menjadi egois. Dirinya dan harta miliknya amat diperhitungkan sebagai milik pribadi, dan ia berusaha untuk mengelola segalanya berdasarkan kepandaiannya untuk kepentingan dirinya. Akibatnya, perhatian untuk dirinya akan bertambah berlipat ganda dan memburunya seperti banjir.

5.   Orang yang mundur rohani penuh dengan nafsunya. Selera dan gairah yang dulu terkendali kini merajalela. Karena telah terpendam demikian lama, maka kini nafsunya lebih keras dan buas. Nafsu-nafsu hewani ini akan terus meledak sehingga ia sendiri tercengang dibuatnya. Ia akan heran ketika mendapatkan dirinya dikuasai dan diperbudak oleh nafsunya sendiri lebih daripada sebelumnya.

6.  Orang yang mundur rohani penuh dengan kesulitan dan masalah. Dulu ia berusaha menjauhi pencobaan, kini ia malah mendekatinya. Ia membawa dirinya terjerumus ke dalam pelbagai pencobaan. Ia tidak berdamai dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan gereja, maupun dengan dunia. Sementara ia mengeluh karena dicobai dari segala penjuru, ia juga terus-menerus membuat segalanya bertambah buruk karena ulahnya sendiri.

7.    Orang yang mundur rohani penuh kegelisahan. Ia akan kuatir tentang dirinya, bisnisnya, reputasinya, ya… kuatir segalanya! Ia telah menarik kembali semua hal yang dulu diserahkan kepada Allah. Karena tidak memiliki iman, dan karena tidak mampu menguasai peristiwa-peristiwa yang terjadi maka ia kuatir terhadap masa depannya. Kegelisahan ini merupakan akibat yang tak bisa dihindarkan, ya… akibat dari kegilaan dan kebodohannya meninggalkan Allah.

8.   Orang yang mundur rohani penuh dengan prasangka.Kerinduannya untuk mengerti dan melakukan hal yang benar kini sirna. Secara alami ia akan melawan setiap prinsip kebenaran yang menyerang roh egoisnya. Ia berikhtiar keras untuk membenarkan diri. Ia tidak mau membaca atau mendengar apapun yang menegur keadaan hatinya yang mundur. Ia akan menghakimi setiap orang yang menegur atau mengoreksinya. Ia akan menganggap orang itu sebagai musuhnya, lalu memagari dirinya, menutup matanya rapat-rapat agar cahaya kebenaran tidak masuk, berdiri memasang kuda-kuda dalam sikap mempertahankan diri, serta mengkritik segala hal yang mungkin membongkar dirinya.

9.  Orang yang mundur rohani penuh dengan penipuan diri. Karena matanya jahat, maka gelaplah seluruh tubuhnya (Mat 6:23). Hampir dapat dipastikan orang yang mundur rohaninya akan jatuh ke dalam pelbagai penipuan diri dalam hal prinsip dan doktrin hidup. Karena berkecimpung dalam kegelapan, maka ia pasti menelan amat banyak kebohongan dan penipuan. Setiap jenis bidat dan setiap selubung penipuan akan mendapat tempat dalam dirinya serta menguasainya. Setiap orang akan melihat hal ini dalam diri orang yang mundur. Bukankah begitu?

10.Orang yang mundur rohani hidupnya penuh dengan kehilangan. Ia menganggap segala yang ada padanya sebagai miliknya sendiri: waktunya, pengaruh kedudukannya, reputasinya, dan… segalanya. Kehilangan sesuatu diperhitungkan sebagai kehilangan hal yang benar-benar miliknya. Karena ia meninggalkan Tuhan dan karena ia tidak dapat menguasai peristiwa yang terjadi, maka ia akan merasakan penderitaan karena kehilangan berbagai hal dalam segala segi kehidupannya. Ia kehilangan damai sejahtera. Ia kehilangan miliknya. Ia kehilangan banyak waktu. Ia kehilangan reputasinya. Ia kehilangan kesaksiannya sebagai orang Kristen, dan bila ia membiarkannya terus… jiwanya akan hilang!

11.Orang yang mundur rohani akan penuh dengan perasaan menyalahkan diri sendiri. Dulu ia menikmati kasih Allah, dan kemudian ia meninggalkannya, karena itu ia merasa terhukum dan bersalah dalam segala hal. Ketika berusaha menjalankan kewajiban-kewajiban agama, ia merasa hatinya tidak sejalan dengan perbuatannya, dan karenanya ia menyalahkan dirinya. Jika ia mengabaikan kewajiban agama, ia tentu juga merasa bersalah. Bila membaca Alkitab, ia merasa Alkitab menunjuk kesalahannya. Jika tidak membaca Alkitab, ia merasa bersalah. Jika ia pergi ke pertemuan gereja, dalam pertemuan itu ia merasa terhukum. Jika tidak pergi, ia merasa bersalah. Jika ia berdoa sendirian, bersama keluarganya, atau dalam persekutuan/kebaktian, ia tahu bahwa ia tidak tulus hati dan karenanya ia merasa bersalah. Jika tidak berdoa, ia juga merasa bersalah. Segala sesuatu menyalahkannya! Hati nuraninya membara melawan dirinya. Badai rasa terhukum membuntutinya kemanapun ia pergi!


LANGKAH PEMULIHAN HATI
1.  Berusahalah mengingat kapan dan bagaimana anda mulai jatuh. Ingatlah kembali dan bandingkan dengan cermat keadaan Anda sekarang dan keadaan ketika Anda berjalan dengan Allah dulu.

2.   Pandanglah keadaan Anda saat ini dengan jujur dan seadanya. Jangan tunda lebih lama lagi konflik dan pertentangan Anda dengan Allah. Anda seharusnya sejalan denganNya.

3.     Bertobatlah dan lakukanlah lagi hal yang pertama Anda lakukan dulu (Wahyu 2:5).

4. Janganlah sekedar mengusahakan perubahan lahiriah. Mulailah dengan perubahan hati Anda, yakni membawa hati Anda benar di hadapan Allah segera. Serahkan diri Anda secara mutlak kepadaNya sehingga Anda tidak ragu-ragu lagi apakah Anda diperkenan Allah ataukah tidak.

5. Jangan bersikap seperti orang berdosa yang yakin dirinya berdosa lalu berpikir bahwa Anda harus “memperbaiki diri” sebelum datang kepada Kristus. Mengertilah bahwa dengan datang kepada Kristus, Anda sudah menjadi lebih baik! Apapun kesukaran yang Anda rasakan, ketahuilah dengan kepastian penuh bahwa sebelum Anda bertobat dan menerima kehendakNya tanpa syarat apapun, maka Anda tidak akan menjadi lebih baik, dan segalanya akan bertambah buruk. Sebelum Anda melemparkan diri Anda ke dalam belas kasihanNya yang mutlak, artinya Anda kembali kepada Allah, maka Ia tidak akan menerima apapun dari Anda dan dari tangan Anda. 

6.  Jangan menganggap diri Anda sudah benar, karena dalam hati Anda tahu bahwa Anda tidak benar. Hati nurani Anda menuduh Anda, dan Anda tahu Allah juga layak menghukum Anda. Jika Anda menganggap Allah membenarkan Anda dalam keadaan demikian, hati nurani Anda tetap tidak dapat membenarkan hal ini. Segeralah datang kepada Allah sebagai orang berdosa, karena memang demikianlah keadaan Anda. Akuilah sepenuh hati dan bukalah semua ha memalukan serta semua hal yang merupakan tanggung jawab Anda, dan bawalah semua itu kepada Tuhan. Percayalah bahwa sekalipun Anda telah berkeliaran jauh meninggalkan Allah, namun Ia tetap masih mengasihi Anda. Ia mengasihi Anda dengan kasihNya yang kekal, dan saat ini dengan kebaikan kasihNya bahkan sedangmenarik Anda datang kepadaNya.

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar