Skip to main content

SAATNYA MENGANDALKAN TUHAN SEMATA

Oleh Peter B, MA



Mengamati kondisi terakhir di Indonesia, terus terang saya melihat dan merasakan bahwa Tuhan akan kembali membawa kita dalam kegoncangan yang lainnya. Yang terutama ketika kegoncangan itu terjadi, kita harus memastikan kita tidak turut tergoncang oleh kegoncangan itu.
Kegoncangan juga berarti keadaan yang lebih sukar dan tidak menentu yang dapat berdampak mengalirkan kekuatiran, kecemasan, ketakutan, tekanan, kepanikan dan kebingungan yang besar.

Media-media sosial mencerminkan secara tidak langsung kondisi kejiwaan anak-anak bangsa pada umumnya. Naiknya Gubernur baru Jakarta, seolah merobek kembali luka Pilkada yang belum lagi mencapai proses kesembuhannya malah kini berpotensi menjadi infeksi yang semakin parah dan bisa menjadi luka sosial yang meradang dan membusuk. Apalagi ditambah sikap-sikap dari acara pelantikan kemarin yang tak dapat ditutup-tutupi, meskipun dibungkus dengan retorika yang manis tetapi dalam prakteknya masih banyak diwarnai perbuatan-perbuatan bernuansa SARA.
Tak terbayangkan bagaimana situasi semacam ini akan berlangsung bertahun-tahun lamanya, yang tidak hanya mempengaruhi 1 provinsi saja namun wilayah-wilayah Indonesia lainnya termasuk pemerintah pusat yang dipimpin Jokowi. Betapa tidak, kemarin hampir bersamaan dengan acara pelantikan, sekelompok massa telah melakukan demo anarkis di depan hotel Alexis untuk menuntut pembubarannya.
Hal ini menjadi suatu pertanda bahwa kelompok-kelompok pendukung gubernur yang sekarang tidak akan tinggal diam begitu saja apabila gubernurnya tidak melaksanakan rencana-rencana dan tujuan kehendak mereka yang sudah mendukungnya, yang notabene berasal dari kelompok garis keras dan pemain politik elit yang tetap menginginkan Indonesia dalam cengkeramannya.


Saya sebenarnya telah mengetahui bahwa pasca kekalahan Ahok, Indonesia tidak akan menjadi lebih tenang dan tentram. Mengetahuinya Pergolakan dan permusuhan telah terjadi begitu tajam. Dan semuanya dimanfaatkan untuk mengadakan kekacauan yang lebih besar dengan menggulingkan pemerintahan yang sah sekarang ini. Inilah rencana iblis atas Indonesia. Tak seorangpun dengan jelas mengetahuinya. Harus kita akui, kita telah memakan umpan si jahat yang kini telah menyeret kita pada kehancuran yang lebih besar lagi.
Namun meski telah memperkirakan akan hal ini, tetap saja secara manusiawi terharu biru mengamati mengalami serta mengalami secara langsung hari hari ini.

Di tengah kondisi yang tampaknya semakin muram ini, sudah seharusnya kita menyadari bahwa pengharapan satu-satunya bagi kita adalah Tuhan yang sanggup menjaga kita keluar dengan selamat dari segala kegoncangan dunia.
Meskipun mungkin kita sendiri yang menjadi penyebab dari krisis dan kegoncangan itu, dalam kasih karunia-Nya, Ia masih bersedia yang akan menolong kita dari segala kesukaran, jika kita mau berpaling pada-Nya untuk jalan keluar.

Sudah waktunya kita tidak lagi menyelesaikan krisis yang begitu parah ini dengan cara dan pikiran kita sendiri.
Naiknya seorang pemimpin yang tidak kita inginkan untuk memimpin kita dengan cara-cara penuh ketidakadilan merupakan pertanda bahwa kita tidak boleh lagi mengandalkan figur manusia pemimpin sehebat apapun dia, termasuk saat ini terhadap presiden kita, yang mungkin dipandang sebagai gerbang terakhir harapan menuju Indonesia baru.

Inilah saatnya kita datang kepada-Nya dan mulai mendengarkan Dia. Menyerahkan seluruh beban di pikiran dan hati kita kepada Dia yang tahu menggantikannya dengan damai sejahtera dan sukacita. Terlebih penting, kita menyediakan hati yang terbuka dan siap sepenuh hati melakukan apa yang dikehendaki-Nya, jika itu pada akhirnya dapat menjadi jawaban  bagi pemulihan bangsa kita tercinta.

Jika kita mau mengambil tanggung jawab untuk pemulihan ini maka mungkin saja tidak mudah menjalaninya namun itu lebih baik daripada harus menanggung hajaran demi hajaran yang semakin keras karena kekerasan hati kita.

Marilah kita tidak lagi berdoa untuk memperoleh kenyamanan hidup dan kemudahan segala sesuatu. Inilah waktunya kita membayar harga pemulihan. Dengan merendahkan diri dan mengakui kesalahan kita. Dengan mencari wajah Tuhan, bukan hanya tangan-Nya. Dengan berdoa. Dengan mengubah apa yang tidak berkenan di hadapan Tuhan dan mulai melakukan apa yang menyenangkan hati-Nya.

Ini tidak akan berhenti saya suara kan sampai kita benar-benar melakukannya sebagai alat-alat perubahan ilahi atas Indonesia.

Kiranya Tuhan menolong kita semua.

Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan.

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar