Skip to main content

TIDAK JUJUR PADA DIRI SENDIRI DAN DI HADAPAN TUHAN ITU…

Oleh Peter B, MA



Saat Roh Kudus berbisik di hati kita atas dosa-dosa kita, namun kita mengatakan bahwa itu dakwaan dan tuduhan dari iblis…

Tatkala kita berdoa dan mengambil waktu bersaat teduh lalu sebuah ayat menyentak batin serta menggoncang pikiran kita tapi kita berkata dalam hati, "Itu bukan aku. Aku baik-baik saja"

Kala seseorang memberikan masukan, kritik dan teguran pada kita namun kita membela diri, membantah, mendebatnya bahkan menyerang balik si penegur kita itu tanpa mempertimbangkan bahwa mungkin saja kita telah bertindak keliru selama ini…

Di saat bukti-bukti kesalahan kita dibeberkan di depan mata, namun kita tetap tidak mengakui sambil berdalih-dalih sambil melemparkan kesalahan kepada orang lain, situasi atau keadaan-keadaan di luar kita sebagai penyebabnya…

Sewaktu pesan demi pesan kebenaran datang pada kita namun kita enggan menyambutnya, menunda-nunda untuk melakukannya; tidak menguji dan mencari peneguhan kebenarannya, tapi berlambat-lambat untuk menaatinya…

Sewaktu seorang anak diberi nasihat oleh orang tuanya namun ia menutup hati dan pikirannya dan tidak mau mempedulikan dan memperhatikannya…

Di saat seorang suami diingatkan dengan cara yang penuh hormat oleh istrinya akan sikap dan tingkah lakunya yang melawan firman Tuhan namun sang suami menjadi tersinggung bahkan bangkit kemarahannya sehingga merendahkan istrinya itu…

Pada saat seorang istri diingatkan dan ditegur oleh suaminya akan sesuatu hal yang tidak tepat dari kelakuannya namun sang istri justru menolak dan melawan suaminya dengan bersikap keras kepadanya…

Ketika suatu khotbah di mimbar gereja menyampaikan pesan yang jelas menyinggung perbuatan kita yang telah jatuh dalam dosa tapi kita berkata, "Itu pesan untuk orang lain, bukan aku"…

Bila suatu pesan profetik (yang bersifat nubuatan) menyingkapkan pikiran, sikap hati dan perbuatan-perbuatan kita yang telah menyimpang dari kehendak Tuhan tetapi kita menanggapinya dengan sepi serta menganggapnya sebagai pandangan dari seorang manusia semata…

Pada saat suatu nubuatan terbukti mengandung kebenaran karena terjadi sesuai dengan yang disampaikan sebelumnya tetapi kita memilih menutup mata dan berkata bahwa itu bisa jadi suatu kebetulan saja, tanpa menyediakan hati untuk mendalaminya lebih lagi….

Apabila kita mendengar suatu pesan profetik yang penuh janji yang muluk-muluk atau dengan berani menetapkan waktu kedatangan Kristus kedua kalinya, yang kemudian semuanya tidak terbukti tetapi kita tetap mempercayai sang penyampainya dan menerima berbagai alasan-alasan yang dibuat untuk menutupi kegagalan dan kesalahan nubuatan mereka...

Pada waktu suatu pesan pengajaran dibukakan dalam pikiran kita sebagai suatu kebenaran sejati oleh Roh Kudus namun kita mengatakan bahwa karena itu tidak sesuai dengan yang kita yakini dan tidak seperti yang diajarkan di gereja kita, maka kita menolaknya dan memilih membuangnya jauh-jauh…

Ketika keadaan diri, keluarga, kota atau bangsa kita yang rusak dan bobrok disingkapkan Tuhan kepada kita namun kita mengatakan segala sesuatu masih tetap baik-baik saja dan tidak ada masalah yang berarti…

Tatkala kita digerakkan untuk melangkah dan taat akan suatu perintah Tuhan dimana kita yakin bahwa memang itulah yang terbaik tapi kita memikirkan yang lain dan melakukannya dengan cara kita sendiri…

Di kala kita mengetahui ada yang menyimpang dari pemimpin rohani kita  namun kita tetap mengikutinya dan membelanya habis-habisan...

Sewaktu kita menyangka bahwa kita telah melakukan banyak hal untuk Tuhan, pekerjaan dan kegerakan-Nya padahal kita hanya tahu sedikit saja atau tidak tahu apa-apa tentang bagaimana Tuhan bekerja…

Pada waktu kita merasa bahwa kita telah cukup rohani dan mengetahui banyak hal padahal masih sangat banyak yang belum kita pahami mengenai Tuhan dan rancangannya di hidup kita -dan kita lebih memilih berdiam diri tanpa berusaha mencari tahu dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan terkait hal itu…

Saat kita berpikir bahwa kita cukup taat dan sudah mencapai suatu posisi rohani yang melampaui kebanyakan orang padahal kita tidak benar-benar mengetahui ukuran-ukuran kerohanian sejati itu sendiri…

Di waktu kita berpikir bahwa kita telah mengikut Tuhan dan menjadi murid-Nya padahal kita tidak memiliki hubungan yang hidup dengan Dia…


Dan daftar ini terus bertambah apabila masih ada ketidaktulusan, ketidaklurusan dan penolakan melakukan introspeksi hati kita di hadapan Tuhan.

"Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,"
~ Wahyu 3:17


KITA MENOLAK JUJUR PADA DIRI KITA SENDIRI KARENA… 

Kita ini keras hati. Menolak untuk bertobat. Lebih memilih memegang erat kebiasaan lama kita meskipun itu merugikan kita daripada merangkul disiplin yang baru.

Kesombongan telah menyusup dan menguasai hati kita. Merasa tidak perlu menguji dan memeriksa diri. Memandang diri tidak ada kesalahan dan tidak perlu dikoreksi. Menolak merendahkan diri untuk belajar atau diajar jalan-jalan kebenaran san pengenalan akan Tuhan.

Kita malas menguji diri dan segala sesuatu. Mudah dipengaruhi oleh perkataan-perkataan manis dan kosong tapi melenakan hati dan menyesatkan pikiran. Kerap menjadi silau oleh karisma dan kebesaran nama seorang tokoh atau figur pemimpin. Tidak mencari dan menyelidiki dengan jelas lalu memutuskan mana yang benar dan teruji yang harus kita ikuti. Suka ikut-ikutan dan terpengaruh arus massa yang banyak itu.

Kita ini lebih suka mempercayai pikiran kita sendiri, walau terbukti keliru. Kita menolak hasil pengujian, fakta dan data yang terbentang di depan mata. Lebih percaya pendapat sendiri ketimbang menerima koreksi dan teguran.

Kita terbiasa berjalan mengikuti cara-cara kita sendiri. Menempuh jalan, yang sebenarnya jauh dalam lubuk hati kita ketahui tidak tepat, namun kita meneruskannya. Kita menawar-nawar perintah Tuhan dan melakukannya dengan sekehendak hati sendiri.

Sering tanpa sadar, kita gampang membuka hati terhadap kebohongan yang disampaikan pada kita, oleh sebab itu sesuai dengan keinginan dan kehendak kita. Lebih mudah menyuntikkan bius kebohongan pada pikiran kita daripada menerima kenyataan diri kita apa adanya.


TERHADAP SEMUANYA ITU KITA HARUS DATANG DALAM PERTOBATAN.
DENGAN mengaku di hadapan Tuhan bahwa kita telah berdosa, jatuh, gagal, hancur, kalah dan tidak mampu memulihkan dan memperbaiki hidup kita.
DENGAN kemudian disertai ketulusan dan kejujuran di hadapan Tuhan kita melangkah dalam ketaatan. Membayar seberapapun harganya untuk mengikut Kristus, melakukan yang diminta-Nya dari hidup kita.

Bersediakah Anda?

"maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.

~ Wahyu 3:18-20

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar