Skip to main content

WASPADA DAN BERJAGA-JAGA AKAN DAMPAK NEGATIF LIMPAHNYA INFORMASI ROHANI


Oleh: Peter B, MA



Tidak ada masa yang seperti ini sepanjang sejarah peradaban manusia.
Inilah masa dimana informasi dibuka seluas-luasnya. Seolah dihubungkan sebuah pipa raksasa dengan keran super besar pada ujungnya, maka derasnya pengetahuan dialirkan sehingga bukan lagi menjadi sesuatu yang sulit diperoleh. Begitu era internet dimulai sekitar lima belas tahun yang lalu derasnya laju berbagai informasi seolah tak lagi terbendung.

Di masa sekarang ini, kita dapat membaca tulisan-tulisan para filsuf yang ditulis ribuan tahun yang lalu, atau mempelajari kembali tafsiran bapa-bapa gereja hingga khotbah pendeta ternama di abad 19, hingga trend terkini atau kejadian di belahan dunia yang jauh dan terpencil, yang belum pernah sekalipun kita dengar nama dan keberadaannya.

Dalam hal rohani, kita pun gelagapan ketika gelombang besar informasi, pengajaran, pesan profetik, artikel, tulisan, ulasan, renungan, sampai berita-berita penginjilan di berbagai belahan dunia membanjiri keberadaan kita. Kapan saja kita memasuki dunia maya, kita menemukan berbagai sumber pengetahuan melalui berbagai media. Dalam format tertulis, audio, video, bahkan siaran-siaran live yang bisa kita tonton langsung pada saat itu maupun hingga beberapa jam atau beberapa hari setelah itu. Kita ini seperti Benyamin, anak terakhir Yakub, yang sedang makan beserta saudara-saudaranya bersama Yusuf yang menjadi raja muda di Mesir waktu itu (Kejadian 43:34; 45:22). Kita mendapatkan berkali-kali lipat porsi makanan rohani daripada orang Kristen manapun yang pernah ada sebelum kita. Kita kelimpahan hal-hal rohani. Kita kebanjiran informasi rohani. Kita kekenyangan memakannya. Kita kesulitan mencernanya.

Oleh karena itulah, kita seharusnya waspada dan berhati-hati akan hal-hal ini sementara di hadapan kita disuguhkan beraneka ragam makanan rohani yang dapat kita konsumsi setiap hari.
Jangan sampai makanan rohani yang berlimpah ruah ini berdampak negatif apalagi fatal bagi manusia rohani kita.

Itu sebabnya, ketika di hadapan kita disajikan begitu banyak makanan maka kita harus memiliki hikmat bagaimana menyikapinya secara benar:


1)Jangan sampai salah memilih makanan

Tidak semua makanan itu bergizi dan baik untuk tubuh kita. Berbagai penelitian dan riset membuktikan bahwa makanan-makanan tertentu berbahaya bagi tubuh. Ada yang tidak boleh dicampur sekaligus saat memakannya. Ada juga yang tidak baik dikonsumsi terus menerus dalam jangka panjang. Demikian pula dengan porsi makannya yang tidak seimbang. Semuanya dapat berdampak pada tubuh kita.

Begitu pula dengan makanan rohani yang dibagikan dan kita konsumsi tiap hari, yang dengan mudah sekarang kita peroleh di dunia maya. Sudah seharusnya kita tidak menelan mentah-mentah dan asal menerimanya sebagai konsumsi rohani. Kita harus memperhatikan apa dampak makanan tersebut bagi manusia rohani kita. Kita semestinya tahu memilih dan memilah makanan rohani kita.

Apakah nantinya saat kita menerimanya kita akan semakin sehat, makin kuat, makin intim dengan Tuhan atau hanya terasa mengenyangkan sesaat tapi tidak menampakkan pertumbuhan rohani, pengenalan akan Tuhan apalagi kedekatan pergaulan dengan Tuhan?


2) Jangan sampai kebingungan sehingga tidak makan

Bermacam-macamnya jenis makanan di hadapan kita dapat membingungkan. Kita kesulitan memilih yang mana yang hendak kita makan, mana yang hendak kita nikmati lebih dulu dan mana yang kira-kira yang lezat dan baik bagi tubuh kita.
Jika sebagian orang berpikir lebih dulu sebelum mengkonsumsi suatu makanan (seperti misalnya ia memperhatikan apakah kandungan makanan tsb mengandung banyak lemak, terlalu banyak gula dsb) maka yang demikian pula seharusnya lebih lagi kita perhatikan bagi manusia rohani kita.

Kita seharusnya tidak menjadi bingung melihat beraneka ragam makanan rohani yang bisa kita dapatkan. Ada Roh Kudus dalam diri kita yang dapat kita andalkan untuk menuntun dan memimpin kita menunjukkan akan seharusnya makanan rohani yang bergizi dan baik bagi roh kita. Kita dapat bertanya, berkonsultasi, berdiskusi dan menantikan petunjuk-Nya bagi kita. Dengan mengambil waktu untuk merenungkan pesan-pesan yang kita terima bersama Roh Kudus, maka kita akan diperjelas mana yang merupakan pesan yang murni dari sorga dan mana yang bukan. Ada pentingnya juga kita selalu belajar untuk menguji segala sesuatulun sehingganya kita tidak mudah dibingungkan dengan berbagai hal yang berdesakan untuk menjejali pikiran kita.

Orang-orang dewasa tahu memilih mana yang baik untuk dikonsumsi setiap hari, sebab melalui pengalaman dan waktu mereka belajar mengetahui mana yang baik bagi diri mereka. Kebingungan kita seringkali hanya merupakan tanda bahwa kita masih kanak-kanak rohani :
sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,
~ Efesus 4:14

Beberapa orang karena kebingungan memutuskan menolak semua hal yang berbau rohani. Inipun kesalahan fatal sebab dengan tidak makan sama sekali, kita membawa manusia rohani kita makin lemah dan mati.

Meskipun arus informasi bisa menyesatkan, tapi Tuhatika akan meninggalkan anak-anak-Nya yang mengharapkan tuntunan dan arahan dari pada-Nya


3) Jangan hanya mencicipi di sana sini

Melihat begitu banyaknya jenis makanan di depan mata yang menarik hati, sedangkan kemampuan kita menghabiskan semuanya itu terbatas maka tak pelak akan ada suatu dorongan di hati untuk menikmati semuanya dengan hanya memakannya sedikit-sedikit saja. Dengan kata lain, karena ingin merasakan semuanya, kita memilih untuk mencicipi masing-masing makanan sedikit saja.

Tentu saja itu merupakan salah satu cara menyiasati kondisi dimana makanan yang tersedia begitu banyak. Namun demikian, itu mungkin berlaku dalam suatu situasi pesta atau even tertentu. Dalam keseharian, kita harus makan sampai cukup kenyang untuk kebutuhan energi bagi aktivitas sehari-hari. Karena itu tak mungkin kita hanya mencicipi makanan saja setiap hari. Kita harus makan dengan porsi yang tepat.

Dalam hal makanan rohani, kita tidak bisa hanya membaca sedikit di sini, merenung sedikit pembahasan rohani tertentu di sana, lalu mencoba melakukan sedikit di sana sini. Kita perlu makan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan kesehatan kita setiap harinya. Itulah sebabnya kita harus tahu bagaimana makan dengan porsi yang pas, yaitu dengan menangkap satu dua pesan yang kita yakin dimana Tuhan berbicara kepada kita, mendalaminya dengan merenungkannya, lalu mendisiplin diri melakukannya. Seandainya itu belum benar-benar kita pahami, ada baiknya kita fokus pada bagian itu hingga kita cukup jelas dan mantap untuk menghidupinya. Mengetahui hal-hal rohani sedikit-sedikit saja tidak akan banyak membawa pertumbuhan yang berarti bagi kita. Itu serupa anak yang sehari-hari jajan di mana-mana, menikmati makanan² ringan tetapi menolak makan berat yang semestinya. Kerohanian yang kita miliki pun kurang nutrisi yang baik sehingga manusia rohani kita lemah dan seringkali bermasalah karena gizi yang kurang lengkap.

Sudah waktunya kita tidak coba-coba makanan ringan setiap hari atau merasa sudah tahu rasa makanan rohani tertentu sehingga merasa tidak perlu lagi memakannya (padahal yang kita rasakan dan ketahui hanya sebagian kecil saja tentang hal itu) tetapi kita perlu mendalami pokok-pokok rohani yang penting bagi kita, yang akan terus memperkuat otot-otot manusia roh kita.


4) Jangan makan dengan buru-buru dan tidak mengunyahnya

Limpahnya makanan dapat membuat seseorang menjadi tidak sabaran. Apalagi jika hatinya ingin menikmati semua makanan yang ada di hadapannya itu. Ia akan makan terburu-buru untuk segera mengambil lagi makanan lainnya, sesuai yang diinginkannya. Dan seperti sudah kita ketahui, makan dengan terburu-buru tidak baik bagi kita.

Dengan makan terburu-buru, maka kita kesulitan mencerna dengan semestinya. Itu akan mempersulit bagian-bagian tubuh yang lain untuk mengolah dan mengubahnya menjadi zat-zat yang bermanfaat bagi tubuh kita. Lebih lanjut, itu dapat berakibat melukai atau merusak organ tubuh yang lain, yang seharusnya tidak terjadi jika kita mengkonsumsi makanan dengan cara yang benar.

Makanan rohani yang diterima secara tergesa-gesa juga tidak akan membawa manfaat bagi tubuh kita. Efeknya justru akan merusak dimana jika kita tidak mencernanya dengan semestinya, itu akan membuat kita salah paham, kebingungan, menjadi tertekan, salah tafsir dan sebagainya, yang semuanya cenderung membawa kerusakan dan hambatan daripada mendorong pertumbuhan rohani kita.

Kita sering terburu-buru menerima firman karena merasa kekurangan waktu atau berpikir bahwa firman itu tidak terlalu penting atau tidak bersangkut paut dengan kondisi kita sehingga merasa itu bukan untuk kita. Ini bentuk kebodohan rohani. Sebab setiap kali firman Tuhan yang murni masuk di hati kita, jika kita mau merenungkannya, Roh Kudus yang adalah roh hikmat dan wahyu akan membuat kita mengerti jalan-jalan Tuhan. Firman itu akan menerangi hati kita pada saatnya, ketika kita tidak cepat-cepat berhenti merenungkannya karena merasa sudah tahu dan mengerti (meskipun sebenarnya tidak demikian adanya).

Tuhan, di waktu pagi Engkau akan mendengarkan aku; di pagi hari aku akan membawa perkarku kepada-Mu, lalu menunggu engan penuh harap akan jawaban (daripada-Mu) 
Mazmur 5:4 (NET)


5) Jangan sampai terlalu kenyang dengan berbagai menu hingga menjadi lelah dan muak untuk makan

Sejumlah besar makanan di depan mata, jika dinikmati hampir tanpa batas dapat menyebabkan perut terasa penuh dan terlalu kenyang dalam pengertian yang tidak sehat. Tidak jarang yang mengalaminya menjadi mual bahkan memuntahkan kembali makanan yang semula telah masuk dalam tubuhnya itu. Membuatnya tak ingin mengkonsumsi apapun lagi untuk beberapa waktu lamanya.

Kita harus makan secara cukup kenyang sehingga rasa lapar dan haus kita hilang namun tidak boleh terlalu kenyang sehingga kita kehilangan rasa lapar dan haus yang semestinya.

Hal yang sama dapat terjadi saat kita terlalu banyak makan makanan rohani yang tidak semestinya. Kita dapat kebanjiran informasi yang seharusnya tak terlalu kita perlukan, belum lagi dengan munculnya berbagai pengajaran yang berbeda-beda satu sama lain dengan beragam topik si dalamnya.

Beberapa orang, tanpa sadar, telah mengembangkan suatu rasa muak dengan firman Tuhan sehingga rasa lapar dan haus itu hilang secara perlahan hingga akhirnya lenyap sama sekali. Mereka menjadi bosan dengan pesan-pesan rohani yang banyak itu, yang berputar di sekitar hal-hal yang sama tetapi tanpa mendapatkan makanan rohani yang menyegarkan dan menguatkan jiwanya. Sesuatu yang sangat mungkin terjadi di media-media sosial maupun mimbar-mimbar gereja yang menyampaikan pesan-pesan monoton hari ke hari hingga tahun ke tahun sampai-sampai pendengarnya bosan dan tak ingin lagi mendengarnya. Tidak heran jika kemudian jemaat mengalihkan perhatian pada acara atau program yang lain di gereja, dimana firman perlahan-lahan tak lagi menjadi fokus dalam pertemuan-pertemuan ibadah.

Gembala yang baik menyediakan rumput yang hijau (Mazmur 23:2), setiap hari. Bukan rumput kering, rumput sisa, atau rumput yang didapat secara sembarangan. Tuhan Yesus sebagai gembala yang baik pasti menyediakan rumput hijau yang segar bagi kita domba-domba-Nya. Sudah selayaknya jika kita atau pelayan-pelayan-Nya memiliki hubungan yang hidup dengan Dia, kita akan menikmati asupan makanan terbaik dari Tuhan yang telah menyatakan diri sebagai gembala yang baik.


6) Jangan sampai keracunan atau menjadi sakit

Mengkonsumsi berbagai makanan sekaligus dapat sangat berbahaya. Berbagai elemen bahan makanan dapat tercampur menjadi satu begitu rupa sehingga membentuk suatu zat yang tidak baik untuk tubuh. Tidak jarang orang bisa keracunan makanan. Apalagi jika yang dimakan merupakan makanan-makanan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan kebersihan dan kesegarannya.

Asupan rohani pun bisa membawa dampak buruk bagi kesehatam rohani kita. Yang sekilas tampaknya seperti pesan rohani yang bermutu tapi jika kita tidak menyadari ada masalah di dalamnya, dalam jangka panjang itu akan membawa kita kepada kondisi sakit rohani yang parah. Ada pesan-pesan melalui artikel, khotbah atau nubuatan yang sifatnya meracuni pikiran dan hati, yang tidak membawa kepada pengenalan yang benar akan Tuhan. Yang tampaknya menekankan kemakmuran, kesuksesan dan pencapaian mimpi selama di dunia, tetapi jika diteliti lebih lanjut sebenarnya bukan demikian yang Tuhan tetapkan dan janjikan.

Sebagai contoh, pesan-pesan yang bersifat mengarahkan kita kepada pancapaian materi dan besar di mata dunia beserta segala pesan motivasi-motivasi untuk mencapainya, sekalipun disampaikan dengan dasar ayat-ayat firman Tuhan, sangat berbahaya untuk kemajuan rohani yang betul, yang sesuai dengan rancangan Tuhan semula atas anak-anak-Nya.
Secara sederhana, kita wajib bertanya mengenai standar kesuksesan duniawi sebab jika dengan ukuran itu kita dipandang meraih keberhasilan, tidakkah Juruselamat kita, Allah yang turun sebagai manusia, sebenarnya menjalani kehidupan yang gagal dengan cara kematian yang demikian? Tidakkah Dia tidak pernah mencapai segala kesuksesan yang banyak dijanjikan para motivator bahwa semua orang bisa mencapainya?

Di sinilah kita harus berjaga-jaga dan waspada supaya roh kita tidak teracuni dan dipengaruhi dunia ini.


7) Ambillah makanan-makanan yang bergizi, yang memberikan kesehatan dan kekuatan rohani yang sesungguhnya

Di zaman Musa, orang Israel di padang gurun diberi makan manna. Mereka harus mengambilnya tiap-tiap hari sesuai kebutuhan mereka.

Ketika embun itu telah menguap, tampaklah pada permukaan padang gurun sesuatu yang halus, sesuatu yang seperti sisik, halus seperti embun beku di bumi.
Ketika orang Israel melihatnya, berkatalah mereka seorang kepada yang lain: "Apakah ini?" Sebab mereka tidak tahu apa itu. Tetapi Musa berkata kepada mereka: "Inilah roti yang diberikan TUHAN kepadamu menjadi makananmu.
Beginilah perintah TUHAN: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa."
Demikianlah diperbuat orang Israel; mereka mengumpulkan, ada yang banyak, ada yang sedikit.
Ketika mereka menakarnya dengan gomer, maka orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan. Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya.
Manna untuk masing² sehari

~ Keluaran 16:14-18

Dikatakan, setiap orang mengumpulkan dan memakannya menurut keperluannya. Inilah takaran yang baik. Ada yang makan banyak, ada yang makan sedikit. Tetapi semua sesuai dengan kebutuhannya.

Demikianlah seharusnya kita makan secara rohani. Kita makan seperlunya sesuai kadar yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kita. Tidak terlalu banyak. Tidak terlalu sedikit. Tetapi roti sorgawi yang menjadi bagian kita hari itu kita terima dan nikmati dengan segala ucapan syukur dan sukacita dari Tuhan. Dengan cara seperti itulah kita akan hidup. Baik dari roti jasmani, lebih-lebih dari manna -suatu rhema, perkataan-perkataan yang hidup dari Tuhan bagi kita. Kita bisa memperolehnya dari membaca Alkitab dan perenungan secara pribadi, aturlah menemukan sumber-sumber makanan rohani yang kita rasakan menjadi sarana Tuhan berbicara jauh ke dalam hati kita, atau dengan belajar bersama dan berdiskusi dengan rekan² seiman atau hamba-hamba Tuhan tentang hal-hal yang dapat membawa kita masuk dalam pengenalan lebih dalam akan rencana Tuhan di hidup kita.

Membiasakan menerima porsi makanan rohani yang tepat setiap hari membawa pada suatu gaya hidup seorang murid yang belajar setiap hari di ruang kelasnya. Sikap seperti ini akan menjadikan kita berakar kuat di dalam Tuhan. Menembus jauh ke bawah supaya dapat tumbuh ke atas. Kita akan tumbuh subur menjadi tanam-tanaman Tuhan yang membawa kemanfaatan yang besar bagi sesama. Yang batangnya kuat, akarnya berguna, daunnya menjadi obat, bunganya memperindah dan buahnya menjadi makanan dan kekuatan.

Sama seperti tumbuh-tumbuhan yang memasak makanan dan mencukupkan dirinya dari lingkungan sekitarnya, demikian di taman Tuhan kita ditanam supaya makan dengan sewajarnya sehingga berbuah-buah bagi kemuliaan-Nya.


8) Jangan tergesa-gesa membagikan atau merekomendasikan suatu makanan

Makanan yang kita nikmati bisa jadi terasa lezat bagi kita. Meski demikian, alangkah baiknya jika itu diteliti lebih dulu. Ada banyak makanan rohani yang disediakan secara hampir tak terbatas secara online hari-hari ini, dimana kitapun turut membagikannya.

Pertanyaannya, sudah termasuk makanan sehatkah itu? Apakah kita sedang benar-benar berbagi berkat rohani atau racun rohani?
Apa kira-kira kata orang ketika suatu kali Anda merekomendasikan sebuah tempat makan atau suatu menu tertentu yang ternyata kemudian terbukti tidak membawa dampak yang baik bagi yang memakannya?

Rekomendasi kita seharusnya pada makanan-makanan bergizi dan bermutu yang membawa kebaikan bagi semua. Makanan rohani yang kita bagikan pun seharusnya telah terbukti menjadi pesan-pesan yang membawa orang pada keintiman dan persekutuan lebih dalam dengan Tuhan. Bukan sebaliknya, dimana banyak orang dibingungkan, disesatkan, dijerumuskan atau dibawa kepada jerat-jerat kerohanian yang palsu.

Berhati-hatilah selalu saat membagikan suatu pesan rohani. Jika itu tak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, kita malah akan menjadi alat kerusakan dan kutuk daripada berkat.


9) Jangan tergoda untuk menjadi sombong dengan mengklaim makanan-makanan yang Anda bagikan adalah buatan Anda sendiri

Salah satu jebakan terbesar terkait era online hari ini ialah bahwa informasi yang berputar seringkali tak dapat diketahui mana yang benar dan salah atau darimana sumber asalnya. Orang menggunakan segala cara untuk menarik perhatian bagi dirinya. Termasuk dengan menampilkan kesan-kesan yang menunjukkan dirinya tampak lebih luar biasa daripada kenyataannya.

Dalam hubungan dengan berkat-berkat rohani, limpahnya makanan rohani tak jarang membuat kita tergoda ketika kita menemukan suatu pesan yang penting dan menawan hati lalu ingin membagikannya kepada yang lain. Membagikan makanan rohani adalah satu hal sedangkan membagikannya sedemikian rupa untuk mencari perhatian, pengakuan dan penghormatan manusia adalah hal lain. Inilah ekses (efek negatif) dari media sosial era informasi sekarang ini. Orang mendapat saluran dan wadah untuk menunjukkan dirinya pada dunia. Sekalipun itu tak selalu dalam kejujuran dan keaslian.

Makanan rohani dari Tuhan yang diterima dan disiapkan dengan tulus lalu dibagikan tanpa biaya di media sosial sudah selayaknya dihargai dengan memberikan pengakuan yang selayaknya pada para penulisnya dan yang tentu tidak boleh kita lupakan: supaya nama Tuhan saja yang dimuliakan.

Biar hati kita senantiasa tulus dan fokus pada kemuliaan nama Tuhan saja, maka berkat-berkat rohani terbaik akan menjadi alat yang penuh kuasa untuk meninggikan nama Tuhan atas muka bumi.


10) Makanlah dengan cara yang diajarkan Tuhan

Pesan-pesan yang mengandung kebenaran firman harus kita erlakukan sebagaimana Tuhan perintahkan.

Ia tidak memerintahkan kita sekedar membacanya, mengumpulkannya, mengkhotbahkannya, atau membagi-bagikannya.

Pertama-tama, Ia memerintahkan kita merenungkannya. Siang dan malam (Mazmur 1:3; Yosua 1:8) Lalu menjadikannya bahan pembicaraan dan mengajarkannya kepada keluarga kita dan murid-murid Tuhan lainnya (Ulangan 4:6-9). Untuk kemudian hidup di dalamnya. Menjadi pelaku-pelaku firman, bukan hanya pendengar saja (Yakobus 1:22).

Untuk mendapatkan manfaat terbaik dan terbesar dari firman Tuhan, kita seharusnya tak sekedar membaca atau meresponnya dengan tanda "Like" atau perkataan "Amin" saja. Kita perlu merenungkannya lebih lanjut. Mencari dan menyelami untuk menemukan apa yang tersimpan di hati Tuhan. Tanpa merenungkan dan melakukannya, kita akan terjebak dalam kondisi-kondisi rohani yang agamawi, yang menyangka hidup kita telah berkenan di hadapan Tuhan HANYA dengan berkecimpung dan bersinggungan dengan hal-hal rohani setiap hari, padahal hati dan hidup kita masih jauh dari yang Tuhan rindukan. Sekedar membaca dan mengumpulkan pengetahuan rohani, tidak akan membawa kita lebih rohani sebab kerohanian sejati dimana manusia rohani kita dibaharui hari ke sehari lahir dari persekutuan dan pergaulan kita dengan Tuhan, bukan dari rajinnya kita membaca atau mendengar hal-hal rohani.

Proses merenungkan juga bukan proses cepat-cepat dan sekedarnya. Merenungkan berarti mencernanya sampai lembut (bagaikan sapi yang memakan rumput atau memamahbiak) supaya akhirnya makanan itu dapat dicerna (yaitu dipahami dengan tepat) dan menjadi kekuatan rohani yang sesungguhnya.

Proses merenungkan firman, menyelaminya hingga melakukannya merupakan tanggapan yang harus menjadi kebiasaan kita setiap hari. Dengan cara demikianlah, setiap asupan rohani yang Tuhan berikan pada kita mencapai tujuannya: kesehatan dan kebugaran rohani kita di dalam Dia (Efesus 6:10)


PENUTUP
Bagaimana kita makan setiap hari menentukan kesehatan, kondisi tubuh bahkan rentang usia kita.
Demikian pula cara kita menerima makanan rohani. Seseorang akan menjadi sehat, kuat dan mampu melakukan perkara-perkara besar bersama Tuhan jika manusia rohaninya segar, kuat dan terlatih -yang kesemuanya hanya dapat dimungkinkan dengan mengkonsumsi makanan rohani yang sehat dan dengan cara yang tepat.

Biarlah kita didapati Tuhan sebagai anak-anak-Nya yang bijak yang tahu bagaimana memilah makanan yang sesuai dengan kehendak Bapa.

Biarlah hati-Nya disukakan oleh sebab anak-anak-Nya tumbuh secara sehat dan siap ambil bagian dalam pekerjaan Bapa, demi kepentingan dan kemuliaan nama-Nya.

Adakah Anda termasuk salah satu dari anak-anak-Nya itu?

Salam revival
Indonesia penuh kemuliaan-Nya

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar