Skip to main content

MENYAMBUT GELOMBANG SELANJUTNYA



Oleh: Peter B, MA



Banyak orang yang sependapat bahwa tahun-tahun terakhir ini waktu serasa berjalan lebih cepat daripada tahun-tahun sekitar 100 tahun, misalnya. Mengapa demikian? Tidak ada jawaban yang memuaskan untuk itu. Ada yang berpendapat bahwa ini karena mobilitas (pergerakan-pergerakan) hidup yang semakin padat dan cepat, khususnya di perkotaan. Selain itu, ada pula yang berpendapat bahwa akhir zaman semakin mendekat dan sebagainya. Tetapi apapun pendapat yang diberikan, fakta yang di hadapan kita adalah kita telah memasuki tahun yang baru, tahun 2002. Satu tahun lagi telah berlalu, apa yang telah kita capai hingga saat itu?

Momen pergantian tahun seringkali disepakati sebagai suatu momen di mana kita meninggalkan apa yang telah di belakang kita, melihat ke depan dan masuk dalam awal yang baru. Tahun yang baru dianggap pula sebagai tahapan yang baru. Demikian pula dengan Tuhan kita. Setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, hingga setiap tahun Ia membuat sesuatu yang baru. Ada tahapan yang baru dalam kegerakanNya. Ia menginginkan kemajuan terus menerus serta perkembangan yang tidak pernah berhenti.

Dengan memasuki tahun yang baru, kita juga memasuki tahap baru dalam kehidupan rohani, pelayanan dan keikutsertaan kita dalam kegerakan Tuhan. Inilah musim yang baru dalam kita mengiring Tuhan. Adakah kita masih turut serta dalam kegerakanNya? Apakah kita siap untuk menyambut rencanaNya di tahun ini? Apakah kita mengetahui bagaimana tetap bertahan dalam pusat kehendakNya di tahun 2002 ini? Doa saya adalah supaya tidak seorangpun di antara pembaca yang ketinggalan akan gelombang lawatanNya yang akan datang.

Kita akan belajar bagaimana rasul-rasul yang pertama menangkap kegerakan Tuhan selanjutnya. Mari melihat dalam Kisah para Rasul 1. Penuturan Lukas (penulis Kitab Kisah Rasul) diawali dengan kisah Yesus yang telah bangkit dan menampakkan diri kepada murid-muridNya. Kunci kitab ini dimulai dari perintah dan janji Kristus kepada murid-muridNya untuk mereka tetap tinggal di “Yerusalem, dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa..” yaitu baptisan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:4-5). Rupanya, ini belum dimengerti sepenuhnya oleh para murid sehingga mereka bertanya pertanyaan yang sama yang dulu sering mereka tanyakan sewaktu Yesus melayani di tengah-tengah banyak orang. Akhirnya, Yesus memberikan penegasan pada murid-muridNya bahwa mereka “akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun atasmu dan kamu akan menjadi saksiKu di Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kisah Para Rasul 1:8).

Tugas para murid adalah jelas. Mereka harus menantikan pencurahan Roh Kudus di Yerusalem serta menerima kuasa dari tempat yang Mahatinggi. Itulah suatu masa yang baru dalam kehidupan para rasul. Mereka yang semula mengiring Yesus kemana saja Ia pergi, kini harus mempersiapkan diri untuk bekerja sama dengan Roh Kudus, Pribadi ketiga dari Allah. Mereka harus mengkondisikan diri untuk masuk dalam tahap dan kegerakan Allah selanjutnya yaitu pencurahan Roh Kudus secara besar-besaran. Pada akhirnya, mereka berhasil menangkap kegerakan Allah tersebut dan kebangunan rohani (revival)yang pertama di dunia pun terjadilah! Pertanyaannya, bagaimana mereka mempersiapkan diri? Apakah yang bisa kita pelajari?

Pada saat mereka mendapat perintah Yesus maka mereka mempersiapkan diri untuk masuk dalam masa yang baru dalam pelayanan mereka. Mereka mempersiapkan diri dengan:

1. Sehati dalam pengharapan
Di hari yang cerah itu, mereka melihat Guru dan Tuhan mereka melayang naik dan hilang di balik awan. Seakan tidak percaya, beberapa orang terdiam, tercengang keheranan sehingga cukup lama mereka tidak bergerak dan meninggalkan tempat itu. Hingga akhirnya seorang malaikat berkata, “…Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga” (Kisah Para Rasul 1:11).Kenangan 3 Tahun lebih bersama Yesus, tidak akan pernah terhapuskan dari ingatan mereka, tetapi ada pengharapan baru dalam hidup mereka. Dalam satu pengharapan, mereka pulang dan dengan penuh keyakinan bahwa mereka akan melihat Kristus lagi. Ia akan datang kedua kali bagi umatNya yang setia dan ada dalam rencanaNya. Karena satu pengharapan itulah mereka menangkap visi Tuhan yang baru. Tanpa pengharapan akan kedatangan Tuhan, kita tidak akan dapat bertekun untuk mengejar Dia.

2. Sehati dalam Visi
Semula para murid tercerai berai, mereka berjalan sendiri-sendiri bahkan ada yang mulai kembali ke dalam profesi lama mereka. Tetapi saat Tuhan memberikan janji pencurahan Roh Kudus, tidak sedikitpun mereka melihat ke arah yang lain. Mereka tahu bahwa inilah saatnya Tuhan bergerak dengan gelombang yang baru, angin lawatan yang segar akan dihembuskan. Itulah visi baru dari Tuhan untuk hidup mereka. Oleh karena itu, mereka menyatukan tujuan mereka untuk menangkap kerinduan Tuhan tersebut. Setiba di Yerusalem, tidak ada yang menyimpang ke jalan yang lain. Mereka semuanya, ya seluruhnya, naik ke ruang atas dan menanti-nantikan Tuhan di sana (Kisah Para Rasul 1:13a). Tanpa visi yang murni daripada-Nya, kita akan tersesat dan berakhir dengan kekecewaan.

3. Sehati dalam kerinduan
Di balik janji pencurahan Roh Kudus, Tuhan menyatakan secara tidak langsung akan masa depan mereka. Para murid yang setia dan menanti-nantikan janjiNya akan menjadi saksiNya, untuk menyatakan kemuliaan-Nya hingga ke ujung bumi. Mengetahui hal tersebut, para murid menyerahkan diri mereka untuk menjadi alat kemuliaan bagi Tuhan. Tanpa ada kerinduan yang besar untuk hidup bagi kemuliaan Tuhan, mustahil kita mengetahui apa yang menjadi kerinduanNya. Kerinduan untuk menjadi berkat adalah modal dasar kita menangkap kegerakanNya yang begitu cepat.
4. Sehati dalam tindakan
Kegerakan Tuhan yang baru tidak dapat datang begitu aja. Visi yang diberikan tidak begitu saja akan menjadi kenyataan. Bahkan kedatangan Tuhan yang kedua kali tidak terjadi secara otomatis. Ada harga untuk semua itu. Harga itu dibayar dalam kerja keras. Para murid diperintahkan untuk menantikan Tuhan, maka mereka pun bertindak untuk menanti. Mereka mulai berdoa. Mereka bertekun berdoa dan terus berdoa, sampai janji itu diberikan. Kegerakan Tuhan dapat terjadi jika ada orang yang mau membayar harga lawatan itu. Itulah orang-orang yang mau bertindak dan bergerak bagi Tuhan. Sia-sia saja janji Tuhan akan pencurahan besar-besaran tanpa ada tidakan nyata untuk menyambutnya.

Saudara, kunci utama di sini adalah kesehatian. Kesehatian antara kita dengan Tuhan dan kesehatian kita dengan saudara-saudari kita. Tanpa kesatuan di dalam pengharapan, visi, kerinduan dan tindakan, pastilah ada yang tertinggal kegerakanNya. Cepat atau lambat mereka yang tidak dapat bersatu pasti terlempar keluar dari rencanaNya yang kudus. Di awal yang baru ini, mari bersatu menyambut gelombang lawatan Tuhan yang lebih dahsyat lagi. Kita akan ada di pusat kehendakNya dan kita akan mengalir bersama Dia. Amin.

(Diambil dari warta Worship Center edisi 01– 4 Januari 2002)

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar