Skip to main content

TINDAKAN BELAS KASIHAN (2)



Oleh: Peter B,


 “Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada Faedahnya bagiku.” (1 Korintus 13:3)

Jika kita ingin mengetahui tindakan bagaimanakah yang termasuk dalam tindakan belas kasihan yang dikenan oleh Allah, maka pertama-tama kita harus mendasari tindakan itu dengan agape. Seperti apa yang telah kita pelajari bersama mengenai “agape” yaitu kasih yang tanpa syarat dan pamrih, kasih dalam ukuran yang tertinggi, kasih yang memberi dan berkorban bagi siapa saja, dengan kasih yang demikianlah kita mulai menunjukkan belas kasihan kepada orang lain. Setiap tindakan yang dilandasi oleh agape adalah tindakan belas kasihan. Sebaliknya tindakan sehebat apapun. Sedermawan apapun, semulia apapun di pandang orang banyak tetapi tidak didorong oleh agape, sama sekali bukan merupakan tindakan belas kasihan. Itulah yang diungkap oleh Rasul Paulus di awal penjelasannya mengenai agape ini:

Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku” (1Korintus 13:1-3)

Inti dari tindakan belas kasihan bukan merupakan tindakan itu sendiri melainkan apa yang mendorong atau menyebabkan dilakukannya tindakan itu. Setiap penyembah sejati mempraktekkan tindakan belas kasihan dalam hidupnya dan itu disebabkan karena kasih Allah, yang adalah agape, itu telah mengalir dan terus mengalir dalam kehidupan mereka. Kasih itu sendiri yang menguasai mereka, mendorong, menggerakkan, memotivasi mereka untuk membagikan kasih itu kepada semua orang.

Perbuatan-perbuatan baik itu mulia. Namun itu baru akan berharga di mata Allah apabila didasari oleh kasih yang benar, yang tulus bagi semua orang karena ia sungguh-sungguh mengasihi Allah dan semua orang bukan karena ia mengasihi dirinya, mengharapkan pahala, bermaksud mendapat pujian, ingin memperoleh penghormatan, atau karena ia ingin menebus dosa kesalahannya di masa lalu. Jika tindakan itu dimotivasi kasih yang mengharapkan upah untuk diri sendiri, kasih itu tidak murni lagi. Itu bukan kasih agape karena pada dasarnya ia tidak mengasihi orang lain. Belas kasihan tidak ada padanya untuk orang lain, melainkan untuk kepentingan-kepentingannya sendiri.

Bentuk-bentuk Nyata Tindakan Belas Kasihan

Apabila kasih sempurna Allah itu telah memenuhi hati kita, itu akan mengekspresikan diri dalam berbagai ragam bentuk. Tidak setiap orang melakukan seperti yang dilakukan oleh Ibu Theresa dalam menyatakan tindakan belas kasihan. Mengapa demikian? Apakah orang yang lain, yang tidak menyatakan belas kasihan seperti Ibu Theresa, tidak memiliki belas kasihan atau tidak mampu menyatakan belas kasihan itu dalam tindakan mereka? Tentu saja tidak, Jawabannya adalah karena setiap orang adalah unik. Setiap orang memiliki ciri khas, panggilan, karunia, tujuan hidup, rencana Tuhan yang khusus bagi setiap mereka. Berbelas kasihan kepada orang lain tidak harus ditunjukkan melalui suatu cara yang khusus. Ini akan menjadi suatu penekanan yang ekstrim terhadap suatu karunia yang sesungguhnya tidak semua orang yang memilikinya. Mereka yang rindu menyatakan belas kasihan namun tidak dapat menyatakannya seperti Ibu Theresa akan merasa sangat bersalah dan frustrasi yang seumur hidupnya akan dihantui rasa bersalah.

Yesus pun tidak mengajarkan pernyataan tindakan belas kasihan dalam satu cara yang khusus. Mari kita lihat beberapa kilas kehidupan serta pengajaran Kristus:
1.      Dalam Matius 25:37-40: “Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lalukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” Dalam pengajaran Yesus melalui perumpamaan ini, kita mengetahui bahwa tindakan belas kasihan memang harus dinyatakan di dalam menolong mereka yang menderita, tertekan, kekurangan, dalam keadaan terjepit. Ini pulalah yang dilakukan oleh Ibu Theresa. Ini juga yang seringkali ditafsirkan sebagai satu-satunya tindakan belas kasihan yang dikenan oleh Tuhan. Sayangnya, kita tidak boleh menekankan satu atau dua bagian penting dalam Alkitab untuk menjadikannya suatu ukuran yang baku. Kita harus melihat seluruh Alkitab jika hendak mengetahui seluruh standard Allah.

2.      Dalam Markus 6:34: “Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka” Dalam nast ini kita mengetahui bahwa Yesus, didorong oleh belas kasihan, melayani orang banyak. Dalam ayat-ayat selanjutnya, Yesus memang memberikan makan kepada lima ribu orang itu, tetapi perhatikanlah bahwa itu bukan hal pertama yang dilakukan Yesus terhadap orang banyak itu. Yang Yesus lakukan dalam peristiwa itu, pertama-tama, saat hatiNya digerakkan oleh belas kasihan adalah memberikan pengajaran. Jelas sekali ini merupakan hal yang berbeda dengan Matius 25:37-40 di atas, meskipun pada dasarnya didorong oleh belas kasihan yang sama.

3.      Satu contoh lagi, dalam Lukas 7:13-14: “Dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!” Sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hal anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” Ini adalah peristiwa Yesus membangkitkan anak janda dari kota Nain. Yesus mengatakan kepada ibu janda itu supaya jangan menangis. Tetapi perhatikan, bukannya Yesus memberikan kata-kata penghiburan, pelayanan konseling, memberikan makanan atau pakaian, membiayai pemakaman anak itu, atau memberikan pengajaran mengenai kebangkitan orang mati kepada janda itu. Uniknya adalah Yesus membangkitkan anak janda itu! Digerakkan oleh belas kasihan yang sama, Yesus melakukan tindakan yang berbeda.

Apa maksud dari ketiga contoh tadi? Bagaimanakah tindakan belas kasihan itu sesungguhnya? Kita akan segera mempelajari lebih jauh. Amin.

(Diambil dari warta Worship Center edisi 32 – 16 Agustus 2002)








Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar