Oleh : Peter B, MA
Mungkin tidak ada ayat yang lebih sering dikutip terkait pengujian nubuatan seperti nats dalam Ulangan 18:20-22 :
Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkarya demi nama allah lain, nabi itu harus mati.
Jika sekiranya kamu berkata dalam hatimu: Bagaimanakah kami mengetahui perkataan yang tidak difirmankan TUHAN? —
apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN; dengan terlalu berani nabi itu telah mengatakannya, maka janganlah gentar kepadanya.
Bagi kalangan Kristiani yang masih mengakui dan meyakini karunia Roh maupun pelayanan nubuat, hampir selalu akan merujuk kepada pernyataan taurat di atas apabila ditanya perihal menguji atau membedakan mana nubuat yang bisa dipercaya atau yang berasal dari Tuhan dan mana yang bukan. Ayat ini kerap dikutip begitu saja tanpa didalami secara jelas apa yang dimaksudkannya dan apakah ada hubungan dengan ayat-ayat lain dalam Alkitab terkait hal yang serupa.
SALAH SATU TANDA YANG PALING MEMBEDAKAN
Dapatlah dikatakan bahwa Ulangan 18:22 merupakan pernyataan yang paling terang-terangan atau eksplisit dari Tuhan dalam hal memberikan petunjuk akan apa yang menjadi pembeda paling utama antara perkataan yang benar-benar berasal dari Tuhan sendiri dengan yang sekedar mengaku-ngaku berasal dari-Nya.
Jika didalami, sejatinya nats tersebut mengandung banyak rahasia terkait pelayanan seorang nabi..
Dikatakan dalam nats tersebut "apabila seorang nabi berkata demi nama TUHAN dan perkataannya itu tidak terjadi dan tidak sampai, maka itulah perkataan yang tidak difirmankan TUHAN".
Dengan kata lain, seorang nabi yang menyatakan bahwa ia sedang menyampaikan perkataan dari Tuhan dinilai dari APAKAH YANG DISAMPAIKANNYA ITU KEMUDIAN BENAR-BENAR MENJADI KENYATAAN ATAU TIDAK. Jika sungguh-sungguh terjadi, maka pastilah Tuhan yang memang berbicara; namun jika itu tidak terjadi maka "ia sudah terlalu berani mengatakannya".
Berbagai terjemahan Alkitab menuliskan pengertian yang beragam dengan apa yang disebut "ia sudah terlalu berani mengatakannya".
Itu diterjemahkan antara lain sebagai :
"telah berkata dengan sombongnya",
"berbicara atas namanya sendiri",
"mengatakan pikirannya sendiri",
"rekaan mereka sendiri",
"telah berbicara dengan gegabah",
"telah berbicara dengan lancang",
"menyampaikan sesuatu yang dianggapnya benar padahal belum terbukti demikian",
"telah berbicara dengan terlalu percaya diri tanpa dasar dan alasan yang tepat",
"mengarang-ngarang atau membuat-buatnya",
"berbicara dalam otoritasnya sendiri",
"menyampaikan ide-idenya sendiri", dan
"secara keliru mengklaim dirinya berbicara atas nama Tuhan"
Berbicara mengatasnamakan TUHAN padahal ia sedang menyampaikan pikiran dan isi hatinya sendiri merupakan suatu tindakan yang sangat lancang, yang tidak memandang sama sekali akan kedudukan dan otoritas Tuhan. Orang yang tanpa rasa takut mengaku mewakili Tuhan dan menyatakan sebagai orang yang menyampaikan suara Tuhan namun sebenarnya perkataan itu berasal dari dirinya sendiri, berarti telah menyamakan dirinya dengan Tuhan (itu sebabnya salah satu pengertian dari perbuatan tersebut adalah "berkata-kata dengan sombongnya").
Tidaklah mengejutkan apabila orang yang demikian harus dilawan dengan tegas. Terhadapnya, Tuhan menjatuhkan hukuman mati (lihat Ulangan 18:20). Jelas bukan perkara main-main dalam menyampaikan pesan-pesan yang diklaim berasal dari Tuhan sendiri. Semua harus dilakukan dalam suatu sikap yang penuh hormat pada Dia, dalam suatu rasa takut akan Dia, dengan penuh kerendahan hati dan kehati-hatian supaya jangan sampai pikiran dan maksud hatinya sendiri yang disampaikan.
Lalu aku berkata: "Aduh, Tuhan ALLAH! Bukankah para nabi telah berkata kepada mereka: Kamu tidak akan mengalami perang, dan kelaparan tidak akan menimpa kamu, tetapi Aku akan memberikan kepada kamu damai sejahtera yang mantap di tempat ini!"
Jawab TUHAN kepadaku: "Para nabi itu bernubuat palsu demi nama-Ku! Aku tidak mengutus mereka, tidak memerintahkan mereka dan tidak berfirman kepada mereka. Mereka menubuatkan kepadamu penglihatan bohong, ramalan kosong dan tipu rekaan hatinya sendiri.
Sebab itu beginilah firman TUHAN mengenai para nabi yang bernubuat demi nama-Ku, padahal Aku tidak mengutus mereka, dan yang berkata: Perang dan kelaparan tidak akan menimpa negeri ini —: Para nabi itu sendiri akan habis mati oleh perang dan kelaparan!
~ Yeremia 14:13-15 (TB)
Kembali pada pembeda utama suatu nubuat.
Disyaratkan bahwa nubuatan yang disebut berasal daripada-Nya haruslah terjadi, harus menjadi suatu realita yang pada akhirnya dapat dilihat, dirasakan serta dialami orang-orang yang menjadi obyek dari nubuatan itu.
Mengapa harus demikian?
Sebab TUHAN tidak pernah keliru. Ia itu mahatahu dan mampu melihat apa yang ada jauh di masa depan, akan rentang waktu yang belum dijalani manusia atau bahkan semesta. Dan karena Ia tahu dengan pasti dan tepat, Ia dapat menyampaikan secara persis apa yang akan terjadi, bahkan mengenai akhir dari seluruh zaman. Itu sebabnya yang disampaikan-Nya pasti akan terjadi, sebab Ia telah mengetahuinya sebelumnya.
Masih ada sisi yang lain. Perkataan-Nya tentang masa depan pasti terjadi karena Ia mampu menjadikannya kenyataan. Kuasa-Nya lebih dari sanggup untuk membuatnya terjadi seperti yang diperkatakan-Nya.
Dan karena Ia tidak pernah melakukan suatu kecerobohan serta tak pernah gagal melakukan segala sesuatu, Ia pun tidak pernah menyesal terhadap apapun yang telah dilakukan-Nya, termasuk atas manusia.
"Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu, dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.
~ Ayub 42:2 (TB)
Takkan pernah Tuhan akan berada pada suatu posisi dimana Dia tersipu-sipu malu untuk kemudian terburu-buru meminta maaf atas perkataan atau perbuatan-Nya yang kurang pertimbangan, yang spontan dilontarkan tanpa berpikir maupun yang terkesan emosional.
Tidak akan pernah.
Itu sama sekali bukan gaya-Nya.
Dalam kesempurnaan-Nya, Ia senantiasa tepat --setepat-tepatnya. Ia pasti benar --selalu benar dan terbukti pada akhirnya benar. Itulah sebabnya Ia disebut TUHAN yang layak disembah, satu-satunya yang lengkap dan sempurna dalam apapun yang terpancar dari-Nya.
Dan jika Alkitab beberapa kali menuliskan bahwa Dia pernah menyesal, itu sama sekali bukan menunjukkan karena Ia berbuat kesalahan atau ada suatu kekeliruan ada pada-Nya. Pada manusia, ciptaan yang segambar dengan Dialah, kesalahan itu ada. Penyesalan Tuhan seperti yang digambarkan dalam Kejadian 6:5-6 maupun Keluaran 32:14 lebih menggambarkan pada sikap kecewa Tuhan kepada umat-Nya daripada kepada diri-Nya yang telah menciptakan, menebus dan memanggil mereka.
Sebab:
Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan anak manusia, sehingga Ia menyesal. Masakan Ia berfirman dan tidak melakukannya, atau berbicara dan tidak menepatinya?
~ Bilangan 23:19 (TB)
Allah bukan manusia yang mudah khilaf dan jatuh dalam kecerobohan.
Dihubungkan dengan perkataan-perkataan nubuat yang disampaikan demi nama-Nya, maka sudah merupakan sesuatu yang selayaknya jika itu DIBEDAKAN DENGAN SUATU TANDA YANG SANGAT JELAS. Yaitu SUATU KEPASTIAN DAN KENYATAAN BAHWA NUBUAT ITU DIGENAPI ATAU TERJADI.
Beberapa contoh di sini antara lain :
Tentang Yerobeam, raja pertama Israel :
Maka Aku akan mendatangkan malapetaka kepada keluarga Yerobeam. Aku akan melenyapkan dari pada Yerobeam setiap orang laki-laki, baik yang tinggi maupun yang rendah kedudukannya di Israel. Aku akan menyapu keluarga Yerobeam seperti orang menyapu tahi sampai habis.
~ 1 Raja-raja 14:10 (TB)
Digenapi :
Segera sesudah ia menjadi raja, ia membunuh seluruh keluarga Yerobeam; tidak ada yang bernafas yang ditinggalkannya hidup dari pada Yerobeam, sampai dipunahkannya semuanya, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan hamba-Nya Ahia, orang Silo itu,
~ 1 Raja-raja 15:29 (TB)
Tentang Baesa, raja Israel :
Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Yehu bin Hanani melawan Baesa, bunyinya:
"Oleh karena engkau telah Kutinggikan dari debu dan Kuangkat menjadi raja atas umat-Ku Israel, tetapi engkau telah hidup seperti Yerobeam dan telah menyuruh umat-Ku Israel berdosa, sehingga mereka menimbulkan sakit hati-Ku dengan dosa mereka,
maka sesungguhnya Aku akan menyapu bersih Baesa dan keluarganya, kemudian Aku akan membuat keluargamu seperti keluarga Yerobeam bin Nebat.
Siapa yang mati dari pada Baesa di kota, akan dimakan anjing dan yang mati dari padanya di padang akan dimakan burung yang di udara."
~ 1 Raja-raja 16:1-4 (TB)
Digenapi :
Demikianlah Zimri memunahkan seluruh keluarga Baesa, sesuai dengan firman TUHAN yang diucapkan-Nya kepada Baesa dengan perantaraan nabi Yehu,
~ 1 Raja-raja 16:12 (TB)
Tentang kematian Ahab, raja Israel :
Katakanlah kepadanya, demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah membunuh serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan menjilat darahmu."
~ 1 Raja-raja 21:19 (TB)
Tetapi jawab Mikha: "Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!" Lalu disambungnya: "Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!"
~ 1 Raja-raja 22:28 (TB)
Digenapi :
Tetapi seseorang menarik panahnya dan menembak dengan sembarangan saja dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian ia berkata kepada pengemudi keretanya: "Putar! _Bawa aku keluar dari pertempuran, sebab aku sudah luka."
Tetapi pertempuran itu bertambah seru pada hari itu, dan raja tetap ditopang berdiri di dalam kereta berhadapan dengan orang Aram itu, sampai ia mati pada waktu petang. Darahnya mengalir dari lukanya ke dalam palung kereta.
Kira-kira pada waktu matahari terbenam terdengarlah teriakan di sepanjang barisan tentara itu: "Masing-masing ke kotanya, masing-masing ke negerinya!
Raja sudah mati!" Maka pulanglah mereka ke Samaria, lalu mereka menguburkan raja di Samaria.
Ketika kereta itu dicuci di tepi telaga Samaria, maka darah raja dijilat anjing, sedang perempuan-perempuan sundal mandi di tempat itu, sesuai dengan firman TUHAN yang telah diucapkan-Nya.
~ 1 Raja-raja 22:34-38 (TB)
Tentang tempat kelahiran Yesus:
Mereka berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada tertulis dalam kitab nabi:
Dan engkau Betlehem, tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda, karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel."
~ Matius 2:5-6 (TB)
Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.
~ Mikha 5:1 (TB)
Digenapi :
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem
~ Matius 2:1 (TB)
Tentang cara kelahiran Yesus :
Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
_Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
"Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" — yang berarti: Allah menyertai kita._
~ Matius 1:20-23 (TB)
Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.
~ Yesaya 7:14 (TB)
Digenapi :
Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,
tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.
~ Matius 1:24-25 (TB)
Tentang bagaimana kehidupan Yesus sewaktu masih bayi :
Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."
~ Matius 2:14-15 (TB)
Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.
~ Hosea 11:1 (TB)
Digenapi :
Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya:
"Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati."
Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel.
~ Matius 2:19-21 (TB)
Tentang ditangkap dan diserahkannya Paulus kepada bangsa-bangsa lain :
Setelah beberapa hari kami tinggal di situ, datanglah dari Yudea seorang nabi bernama Agabus.
Ia datang pada kami, lalu mengambil ikat pinggang Paulus. Sambil mengikat kaki dan tangannya sendiri ia berkata: "Demikianlah kata Roh Kudus: Beginilah orang yang empunya ikat pinggang ini akan diikat oleh orang-orang Yahudi di Yerusalem dan diserahkan ke dalam tangan bangsa-bangsa lain."
~ Kisah Para Rasul 21:10-11 (TB)
Digenapi :
Maka terjadilah perpecahan besar, sehingga kepala pasukan takut, kalau-kalau mereka akan mengoyak-ngoyak Paulus. Karena itu ia memerintahkan pasukan untuk turun ke bawah dan mengambil Paulus dari tengah-tengah mereka dan membawanya ke markas.
Lalu prajurit-prajurit itu mengambil Paulus sesuai dengan yang diperintahkan kepada mereka dan membawanya pada waktu malam ke Antipatris.
Pada keesokan harinya mereka membiarkan orang-orang berkuda dan Paulus meneruskan perjalanan, dan mereka sendiri pulang ke markas.
Setibanya di Kaisarea orang-orang berkuda itu menyampaikan surat itu kepada wali negeri serta menyerahkan Paulus kepadanya.
Dan setelah membaca surat itu, wali negeri itu menanyakan Paulus dari propinsi manakah asalnya. Dan ketika ia mendengar, bahwa Paulus dari Kilikia,
ia berkata: "Aku akan memeriksa perkaramu, bila para pendakwamu juga telah tiba di sini." Lalu ia menyuruh menahan Paulus di istana Herodes.
~ Kisah Para Rasul 23:10, 31-35 (TB)
Singkatnya, APA YANG DISAMPAIKAN SEBAGAI PERKATAAN NUBUAT, KHUSUSNYA YANG BERHUBUNGAN DENGAN HAL-HAL YANG AKAN TERJADI, HARUS DIGENAPI ATAU MENJADI KENYATAAN SEBAGAI PERNYATAAN KEMAHATAHUAN DAN KEMAHAKUASAAN TUHAN.
BUKAN ASAL DIGENAPI ATAU TERJADI
Meskipun prinsip sederhana di atas tampak telah cukup jelas, itu belumlah mencakup seluruh pemahaman mengenai prinsip pengujian nubuatan yang keempat ini.
Masih ada yang perlu kita perhatikan. Ada nats-nats lain yang wajib kita pertimbangkan untuk dapat menguji dengan lebih tepat ketika menggunakan prinsip ini:
1) Perkataan yang dikatakan sebagai nubuat tidak bisa dianggap benar dari Tuhan dengan semata-mata menjadi suatu kenyataan. Ada pesan dan pengertian dari Tuhan yang melatarbelakangi atau yang merupakan alasan maupun tujuan mengapa nubuat tersebut disampaikan.
Perhatikanlah ayat berikut ini :
Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat,
dan apabila tanda atau mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya,
maka janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu.
TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus berpegang pada perintah-Nya, suara-Nya harus kamu dengarkan, kepada-Nya harus kamu berbakti dan berpaut.
Nabi atau pemimpi itu haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu, yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari rumah perbudakan — dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.
~ Ulangan 13:1-5 (TB)
Diandaikan dalam nats di atas, ada seorang nabi yang muncul di tengah-tengah umat Tuhan. Jika ia disebut nabi, tentu ia seorang yang dianggap sebagai pembawa pesan Tuhan. Jika ia kemudian memberitahukan tentang suatu tanda atau mujizat tetapi ternyata kemudian tanda itu sungguh-sungguh terjadi MAKA ITU BELUM DIANGGAP SAH ATAU PASTI MENUNJUKKAN IA BERASAL DARI TUHAN. Masih perlu diamati lebih jauh. Oleh karena ayat tersebut mensyaratkan bahwa meskipun tanda ajaib yang diberitahukan digenapi tetapi apabila pesan yang disampaikan bersama dengan penggenapan tanda ajaib itu mengarahkan orang untuk menyembah illah yang lain dan untuk mengabdi kepada ilah itu, maka nabi itu bukan diutus oleh Tuhan.
Maksudnya adalah, tergenapinya suatu nubuat harus dibarengi pesan yang membawa orang untuk menyembah dan mengabdi kepada TUHAN, Allah Israel, satu-satunya Allah yang benar, yang dalam Perjanjian Baru telah menyatakan diri melalui gambar Anak-Nya, Yesus Kristus.
Suatu tanda ajaib tanpa disertai pernyataan yang membawa pendengar atau obyek dari pesan tersebut untuk berpaling serta datang mendekat pada Tuhan bisa jadi merupakan tipuan atau samaran dari si jahat yang menyaru sebagai malaikat terang supaya umat Tuhan tidak pernah sampai pada perjumpaan dan persekutuan dengan Tuhan namun pada perkara-perkara lain yang kemudian lebih dikagumi dan dicari daripada Tuhan sendiri.
Pada bagian ini, kita harus memahami aspek lain dari pelayanan profetik, yang bukan sekedar menyampaikan suatu pesan yang nantinya akan menjadi kenyataan namun kita pun perlu menelisik lebih dalam akan motif dan tujuan pesan tersebut disampaikan oleh sang pembawa pesan.
Mengenai tujuan pelayanan profetik, kita akan membahasnya dalam langkah atau kunci yang selanjutnya terkait menguji nubuatan.
2) Perkataan nubuat yang harus digenapi TERUTAMA ditekankan pada pesan-pesan nubuatan yang mengandung janji-janji berkat atau menjanjikan suatu keadaan sejahtera bagi umat Tuhan
Kitab Yeremia adalah salah satu kitab penting terkait pelayanan kenabian. Banyak pelajaran serta prinsip-prinsip pelayanan profetik di dalamnya khususnya pada bagian-bagian perbandingan antara nabi sejati dengan nabi palsu.
Dalam salah satu perjumpaan Yeremia dengan nabi-nabi palsu, tercatat adegan berikut ini :
Dalam tahun itu juga, pada permulaan pemerintahan Zedekia, raja Yehuda, dalam bulan yang kelima tahun yang keempat, berkatalah nabi Hananya bin Azur yang berasal dari Gibeon itu kepadaku di rumah TUHAN, di depan mata imam-imam dan seluruh rakyat:
"Beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Aku telah mematahkan kuk raja Babel itu.
Dalam dua tahun ini Aku akan mengembalikan ke tempat ini segala perkakas rumah TUHAN yang telah diambil dari tempat ini oleh Nebukadnezar, raja Babel, dan yang diangkutnya ke Babel.
Juga Yekhonya bin Yoyakim, raja Yehuda, beserta semua orang buangan dari Yehuda yang dibawa ke Babel akan Kukembalikan ke tempat ini, demikianlah firman TUHAN! Sungguh, Aku akan mematahkan kuk raja Babel itu!"
~ Yeremia 28:1-4 (TB)
Nabi Hananya bernubuat di rumah TUHAN dan di hadapan seluruh rakyat. Waktu itu ada juga nabi Yeremia. Kedua-duanya dipandang sebagai nabi Tuhan. Masalahnya nubuat mereka berbeda bunyinya. Hananya menubuatkan "keadaan kerajaan Yehuda akan membaik" dengan dikembalikannya perabotan bait Allah yang dirampas ke Babel serta dipulangkannya raja untuk memerintah seperti sedia kala. Yeremia yang mendengar itu, mengatakan hal yang berbeda. Bukan hanya pada saat itu, namun sebelum itu Yeremia telah menyampaikan bahwa Yehuda akan ditawan, keadaan orang-orang yang memilih bertahan di sana dan menolak dibuang ke Babel akan sengsara karena kondisi di kerajaan itu semakin terpuruk dan hancur. Yeremia juga mengatakan bahwa raja Babel akan menjadi penguasa bangsa-bangsa dan yang mau tunduk kepadanya akan lebih baik keadaannya (lihat Yeremia 27).
Itu sebabnya mendengar ada seseorang yang mengaku nabi dan mendengar suara Tuhan seperti Hananya, Yeremia segera merespon dalam ketidaksetujuan.
Nabi TUHAN itu berkata,
"Amin! Moga-moga TUHAN berbuat demikian! Moga-moga TUHAN menepati perkataan-perkataan yang kaunubuatkan itu dengan dikembalikannya perkakas-perkakas rumah TUHAN dan semua orang buangan itu dari Babel ke tempat ini.
Hanya, dengarkanlah hendaknya perkataan yang akan kukatakan ke telingamu dan ke telinga seluruh rakyat ini:
Nabi-nabi yang ada sebelum aku dan sebelum engkau dari dahulu kala telah bernubuat kepada banyak negeri dan terhadap kerajaan-kerajaan yang besar tentang perang dan malapetaka dan penyakit sampar.
Tetapi mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh TUHAN."
~ Yeremia 28:6-9
Meskipun terkesan mengaminkan nubuatan Hananya, Yeremia memberikan suatu pernyataan yang keras -suatu kebenaran yang tak mungkin dibantah para pendengarnya. Dari situ pula kita dapat mengetahui suatu prinsip penting dalam menilai suatu nubuatan.
Yeremia menekankan bahwa banyak nabi sebelum dia yang Tuhan telah bangkitkan SECARA UMUM telah kerap kali bernubuat DENGAN PESAN-PESAN YANG KERAS BERISI TEGURAN, PERINGATAN, HARDIKAN ATAU HAJARAN TUHAN YANG DIGAMBARKAN DALAM NUBUATAN AKAN DATANGNYA BENCANA ATAU MALAPETAKA. Dan memang faktanya demikian. Sejak nabi Samuel, Natan, Elia dan banyak nabi-nabi lainnya, mereka menghadap para raja dengan pesan-pesan yang memekakkan telinga dan memerahkan wajah. Suatu bukti bahwa pesan tersebut berasal dari raja di atas segala raja, penguasa di atas segala penguasa, yang dengan penuh otoritas menyampaikan titahnya kepada raja-raja manusia yang menerima otoritas karena kemurahan hati-Nya.
Intinya, tidak banyak pesan-pesan berbunga-bunga, penuh janji muluk-muluk akan suatu masa depan yang indah dan makmur keluar dari mulut Tuhan, LEBIH-LEBIH YANG DISAMPAIKAN DENGAN MUDAHNYA tanpa ada pemaparan yang jelas mengapa ada pesan berupa janji yang sedemikian bagi umat Tuhan!
Pesan yang semacam itulah rupanya yang disampaikan oleh Hananya. Dan pesan semacam itu pula yang ditentang Yeremia. Sebab pesan nubuatan berupa janji pada dasarnya diucapkan Tuhan BERDASARKAN SUATU SYARAT TERTENTU YANG HARUS DILAKUKAN SEBAGAI BAGIAN KEWAJIBAN DARI UMAT-NYA (ATAU HAMBA-NYA) UNTUK MEMPEROLEH PENGGENAPAN JANJI ITU. Apabila syarat tersebut dipenuhi maka janji Tuhan pasti menjadi suatu kenyataan.
Dan harus demikian. Allah bukan pribadi pengobral janji. Dia ada bukan untuk menuruti atau memuaskan hati ciptaan-Nya. Dia pun bukan Bapa yang suka memanjakan anak-anak-Nya dengan melalaikan didikan kepada mereka. Dia memberkati setiap yang dikenan-Nya dan yang memegang teguh perjanjian untuk hidup dalam komitmen kepada-Nya. Dan di atas segalanya, terkait berkat-berkat yang siap dilimpahkan-Nya, mengapakah Dia harus memberikan banyak janji terkait itu apabila Ia sendiri adalah Allah yang kaya dengan kebaikan, berkat dan kemurahan -yang pasti dilimpahkan-Nya sebagai ganjaran bagi umat-Nya yang berlaku taat kepada-Nya. Atas kesungguhan dan kesetiaan umat-Nya, sudah pasti janji-janji terbaik yang pernah disampaikan-Nya akan digenapkan-Nya, bahkan lebih daripada yang dapat orang pikirkan!
Lalu masuklah raja Daud ke dalam, kemudian duduklah ia di hadapan TUHAN sambil berkata: "Siapakah aku ini, ya Tuhan ALLAH, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?
Dan hal ini masih kurang di mata-Mu, ya Tuhan ALLAH; sebab itu Engkau telah berfirman juga tentang keluarga hamba-Mu ini dalam masa yang masih jauh dan telah memperlihatkan kepadaku serentetan manusia yang akan datang, ya Tuhan ALLAH.
~ 2 Samuel 7:18-19 (TB)
Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu.
~ 2 Samuel 12:8 (TB)
Tetapi seperti ada tertulis: "Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
~ 1 Korintus 2:9 (TB)
Oleh karena Allah tidak mudah membuat janji, maka tidak mengherankan apabila Yeremia menekankan bahwa nubuat yang terutama harus digenapi adalah nubuat-nubuat yang menjanjikan berkat atau keadaan-keadaan yang baik kepada umat Tuhan dengan begitu mudahnya :
Tetapi mengenai seorang nabi yang bernubuat tentang damai sejahtera, jika nubuat nabi itu digenapi, maka barulah ketahuan, bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh TUHAN."
Ringkasnya, adalah benar bahwa setiap nubuat yang disampaikan atas nama Tuhan harus digenapi, sebagai bukti bahwa pesan tersebut berasal dari Yang Mahatahu. Dan pembuktian ini terutama atau pertama-tama digunakan untuk menilai dan menguji pesan-pesan yang menjanjikan kemudahan dan berkat-berkat. Jika itu terjadi, maka jelaslah bahwa itu berasal dari Tuhan, tetapi jika tidak maka itu merupakan penipuan dan usaha mengarahkan jiwa-jiwa umat Tuhan kepada perkara dusta. Mereka yang bernubuat dengan cara demikian akan menerima ganjaran yang setimpal dari Tuhan sendiri. Dalam Perjanjian Lama, Tuhan menghukum mati nabi-nabi palsu ini. Suatu gambaran akan kematian rohani yang akan menimpa mereka yang berani berbicara dusta mengatasnamakan Tuhan sendiri.
Kemudian nabi Hananya mengambil gandar itu dari pada tengkuk nabi Yeremia, lalu mematahkannya.
Berkatalah Hananya di depan mata seluruh rakyat itu: "Beginilah firman TUHAN: Dalam dua tahun ini begitu jugalah Aku akan mematahkan kuk Nebukadnezar, raja Babel itu, dari pada tengkuk segala bangsa!" Tetapi pergilah nabi Yeremia dari sana.
Maka sesudah nabi Hananya mematahkan gandar dari pada tengkuk nabi Yeremia, datanglah firman TUHAN kepada Yeremia:
"Pergilah mengatakan kepada Hananya: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah mematahkan gandar kayu, tetapi Aku akan membuat gandar besi sebagai gantinya!
Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Kuk besi akan Kutaruh ke atas tengkuk segala bangsa ini, sehingga mereka takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel; sungguh, mereka akan takluk kepadanya! Malahan binatang-binatang di padang telah Kuserahkan kepadanya."
Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya: "Dengarkanlah, hai Hananya! TUHAN tidak mengutus engkau, tetapi engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta.
Sebab itu beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku menyuruh engkau pergi dari muka bumi. Tahun ini juga engkau akan mati, sebab engkau telah mengajak murtad terhadap TUHAN."
Maka matilah nabi Hananya dalam tahun itu juga, pada bulan yang ketujuh.
~ Yeremia 28:10-17
3) Meskipun tidak selalu terjadi, nubuatan yang berkaitan dengan penghukuman dan malapetaka ada kalanya tidak menjadi kenyataan atau tertunda sekian lama penggenapannya
Meneliti lebih jauh akan catatan Alkitab, paling tidak ada dua nubuatan yang seharusnya terjadi atau digenapi dengan segera tetapi kemudian tidak terjadi maupun tertunda penggenapannya.
Yang pertama, adalah nubuat nabi Yunus untuk Niniwe.
Kita melihat dalam Yunus 3:4, Yunus menyampaikan pesan dari Tuhan, suatu nubuatan, bahwa empat puluh hari dari sejak ia menyampaikan pesan itu "Niniwe akan ditunggangbalikkan". Kita mengetahui kemudian bahwa itu tidak terjadi sehingga membuat Yunus menjadi kecewa dan kesal hatinya pada Tuhan. Mengenai sebab mengapa nubuat itu tidak terjadi, atau dapat dikatakan pula bahwa Tuhan tidak melakukan seperti yang dinubuatkan-Nya melalui Yunus, kita diberitahu tahu alasannya :
Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Niniwe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?"
~Yunus 4:11 (TB)
Jadi bukan tanpa alasan Tuhan tidak melaksanakan firman-Nya tetapi oleh karena pertobatan orang-orang Niniwe secara massal. Itulah yang membuat-Nya tergerak oleh belas kasihan yang besar sehingga Ia mengurungkan niat untuk menghukum kota itu.
Penjelasan Tuhan disertai bukti-bukti yang dapat dilihat mengenai pertobatan kota itu, seharusnya cukup bagi Yunus (dan juga kita) untuk memahami sudut pandang Tuhan serta keputusan Tuhan sehingga kita dapat sehati dan sepikiran dengan Dia akan keputusan-Nya tidak menggenapkan nubuat seperti yang disampaikan melalui nabi-Nya.
Yang kedua, adalah nubuatan para nabi di zaman Manasye, raja Yehuda, yang pada dasarnya digenapi juga pada akhirnya tetapi sebenarnya mengalami penundaan akan penggenapannya.
Dalam 2 Raja-raja 21:10-15 dikatakan :
Kemudian berfirmanlah TUHAN dengan perantaraan para hamba-Nya, yakni para nabi:
"Oleh karena Manasye, raja Yehuda, telah melakukan kekejian-kekejian ini, berbuat jahat lebih dari pada segala yang telah dilakukan oleh orang Amori yang mendahului dia, dan dengan berhala-berhalanya ia telah mengakibatkan orang Yehuda berdosa pula,
sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan malapetaka atas Yerusalem dan Yehuda, sehingga setiap orang yang mendengarnya akan bising kedua telinganya.
Dan Aku akan merentangkan atas Yerusalem tali pengukur sama seperti atas Samaria dan tali unting-unting sama seperti atas keluarga Ahab; dan Aku akan menghapuskan Yerusalem seperti orang menghapus pinggan, yakni habis dihapus, dibalikkan pula menungging.
Aku akan membuangkan sisa milik pusaka-Ku dan akan menyerahkan mereka ke dalam tangan musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi jarahan dan menjadi rampasan bagi semua musuh mereka,
oleh karena mereka telah melakukan apa yang jahat di mata-Ku dan dengan demikian mereka menimbulkan sakit hati-Ku, mulai dari hari nenek moyang mereka keluar dari Mesir sampai hari ini."
Dengan segala kejahatan dan kekejian yang dilakukan Manasye, tampaknya Tuhan sudah sampai pada batas kesabaran-Nya. Sesungguhnya Ia siap melampiaskan murka-Nya atas Yehuda dan Yerusalem. Saat Manasye tutup usia, ia digantikan anaknya, Amon, yang memerintah tidak lama, hanya sekitar dua tahun saja. Cucu Manasye kemudian naik tahta. Dialah Yosia.
Sangat mungkin malapetaka besar itu terjadi di zaman Yosia. Tetapi inilah perkataan Tuhan setelah Yosia memilih mencari Tuhan :
Maka pergilah imam Hilkia, Ahikam, Akhbor, Safan dan Asaya kepada nabiah Hulda, isteri seorang yang mengurus pakaian-pakaian, yaitu Salum bin Tikwa bin Harhas; nabiah itu tinggal di Yerusalem, di perkampungan baru. Mereka memberitakan semuanya kepadanya.
Perempuan itu menjawab mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel! Katakanlah kepada orang yang menyuruh kamu kepada-Ku!
Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan malapetaka atas tempat ini dan atas penduduknya, yakni segala perkataan kitab yang telah dibaca oleh raja Yehuda;
karena mereka meninggalkan Aku dan membakar korban kepada allah lain dengan maksud menimbulkan sakit hati-Ku dengan segala pekerjaan tangan mereka; sebab itu kehangatan murka-Ku akan bernyala-nyala terhadap tempat ini dengan tidak padam-padam.
Tetapi kepada raja Yehuda, yang telah menyuruh kamu untuk meminta petunjuk TUHAN, harus kamu katakan demikian: Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Mengenai perkataan yang telah kaudengar itu,
oleh karena engkau sudah menyesal dan engkau merendahkan diri di hadapan TUHAN pada waktu engkau mendengar hukuman yang Kufirmankan terhadap tempat ini dan terhadap penduduknya,* bahwa mereka akan mendahsyatkan dan menjadi kutuk, dan oleh karena engkau mengoyakkan pakaianmu dan menangis di hadapan-Ku, Aku pun telah mendengarnya, demikianlah firman TUHAN,
sebab itu, sesungguhnya Aku akan mengumpulkan engkau kepada nenek moyangmu, dan engkau akan dikebumikan ke dalam kuburmu dengan damai, dan matamu tidak akan melihat segala malapetaka yang akan Kudatangkan atas tempat ini." Lalu mereka menyampaikan jawab itu kepada raja.
~ 2 Raja-raja 22:14-20 (TB)
Jelas sekali bahwa Tuhan menyatakan Dia "mengecualikan" Yosia dari malapetaka yang hendak didatangkan-Nya atas bangsanya oleh karena (lagi-lagi sama seperti yang dilakukannya pada Niniwe) pertobatan dari sang raja, yang memang terbukti disaksikan seluruh rakyatnya bahkan bangsa-bangsa di sekitarnya.
Merujuk pada dua contoh di atas, tampaknya pesan nubuatan yang berkenaan dengan akan datangnya malapetaka atau bencana kadangkala tidak terjadi sebagaimana yang dinubuatkan terutama karena adanya faktor perubahan hati (baca : pertobatan) dari mereka yang menjadi gentar akan kecelakaan yang akan menimpa oleh sebab karena murka Tuhan atas mereka.
Ini menyiratkan kepada kita akan hati Tuhan. Sejatinya, Ia tidak pernah senang menyampaikan pesan kemurkaan. Ia ingin umat-Nya menjadi umat yang dengar-dengaran dan taat oleh karena kasih kepada Dia Tetapi kenyataan yang ada seringkali merupakan kebalikan dari itu. Banyak kali umat-Nya memalingkan wajah dari-Nya. Tak terhitung banyaknya Tuhan diabaikan untuk kemudian umat yang dikasihi-Nya itu melakukan apa saja yang dikehendaki hati mereka bahkan tanpa segan melakukan apa yang jahat di mata-Nya. Dan sebagai Allah yang adil, ada batas bagi kasih karunia-Nya ketika Ia harus menegakkan keadilan dan menuntut pembalasan atas mereka yang ditindas dengan semena-mena. Ketika kesabaran-Nya dipermainkan, Ia bersikap lebih keras. Pertama-tama, Ia akan memilih nabi-nabi-Nya untuk meneriakkan jeritan dan kegusaran hati-Nya itu -yang barangkali mungkin itulah kesempatan-kesempatan terakhir bagi yang diperingatkan, sebelum tangan-Nya teracung menjatuhkan penghajaran demi pertobatan umat-Nya.
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah!
~Wahyu 3:19 (TB)
"Tetapi sekarang juga," demikianlah firman TUHAN, "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."
Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.
Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu.
~ Yoel 2:12-14 (TB)
KESIMPULAN
Apa yang dinubuatkan Tuhan melalui hamba-hamba-Nya haruslah terjadi oleh karena itu keluar dari mulut Yang Mahakudus, yang tak pernah berlaku ceroboh, grusa-grusu, apalagi melakukan kekhilafan atau kesalahan fatal.
Apa yang disampaikan Tuhan, akan terbukti merupakan perkataan penuh otoritas dari Penguasa di atas segala penguasa, pencipta dan pemilik semesta ini, tatkala perkataan itu terjadi sebagaimana telah diujarkan para nabi-Nya.
Terhadap pesan-pesan profetik yang kemudian tidak terjadi dan tidak ada penjelasan secara profetik yang menerangkan mengapa hal tersebut tidak terjadi, maka sudah sepatutnya kita menolak nubuatan semacam itu, membuangnya jauh-jauh dari hati dan pikiran kita.
Dan terhadap orang-orang yang bernubuat dengan lancang sedemikian, sudah sepatutnya kita memberikan teguran yang tegas serta memperingatkan akan jiwanya yang akan mengalami kematian rohani jika tidak segera mengakui kesalahannya dan bertobat dari kekurangajatannya di hadapan Tuhan.
Sudah seharusnya kita berhati-hati menyampaikan pesan dari Yang Mahatinggi, Mahabesar dan Mahakuasa. Berbicara mewakili Tuhan bukan perkara enteng dan asal-asalan. Ada pertanggungjawaban di hadapan jemaat lebih-lebih Tuhan apabila kita tampil menyatakan diri sebagai penyambung suara Tuhan.
Kiranya hikmat Tuhan dilimpahkan kepada kita semua.
SALAM REVIVAL
INDONESIA PENUH KEMULIAAN TUHAN
SERI PENGAJARAN TERKAIT MENGUJI NUBUAT:
POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 1) 3 TIGA PRINSIP DASAR SEBELUM MULAI MENGUJI
POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 2) LANGKAH PENGUJIAN 1 : KESELARASAN DENGAN PRINSIP-PRINSIP DALAM FIRMAN TERTULIS YANG MURNI DAN TERUJI
POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 3) LANGKAH PENGUJIAN 2 : KESAKSIAN ROH KUDUS DALAM KITA
POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 4) LANGKAH PENGUJIAN 3 : KESELARASAN ISI PESAN DENGAN KARAKTER TUHAN SENDIRI
POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN (Bagian 4) LANGKAH PENGUJIAN 4 : PENGGENAPAN DARI NUBUATAN
Comments
Post a Comment