Oleh : Peter B, MA
Pagi ini, entah bagaimana, saya menemukan suatu video di youtube yang berisi pembahasan dari seorang wartawan terkenal di New York, Malcolm Gladwell, mengenai kisah Daud dan Goliat (bisa dilihat videonya di https://youtu.be/ziGD7vQOwl8). Informasi detail yang diberikannya menambah pengetahuan dan wawasan baru dalam kisah heroik Daud ini.
Gladwell menyampaikan dua fakta terbaru berdasarkan data-data mutakhir yang makin memperjelas situasi pada saat itu. Antara lain :
1) Daud bukan hanya bermodal keberanian dan kenekadan dalam menghadapi Goliat. Ia mempersiapkan suatu strategi berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya dalam bertarung, yang membuatnya yakin bahwa jika ia melakukannya bersama Tuhan, ia akan beroleh kemenangan;
2) Goliat sejatinya tidak semenakutkan yang terlihat. Dari fakta-fakta Alkitab, digabungkan dengan data ilmu pengetahuan modern, Goliat sebenarnya mengidap acromegaly, suatu kondisi pertumbuhan fisik yang tidak wajar, yang membuatnya tumbuh lebih cepat dan lebih tinggi sehingga menyerupai raksasa dalam penampilannya. Ini dialami oleh setiap orang yang mengalami kelainan tersebut. Di sisi lain, kelemahan dari pengidap acromegaly ini adalah bahwa mereka memiliki kesulitan melihat dalam jarak yang jauh. Dengan kata lain, mereka rabun jauh karena ada semacam tumor yang tumbuh di otak mereka. Dapatkah disimpulkan bahwa Goliat sebenarnya hanya mampu bertarung ketika musuhnya berada di dekatnya. Dalam jarak yang cukup jauh, ia sama sekali tidak berdaya.
Dari dua fakta di atas, kita dapat belajar dari Daud. Hikmat Tuhan turun menerangi setiap fakta di atas menjadi suatu pesan rohani yang penting bagi kita semua.
Banyak yang mengumpamakan kisah Daud versus Goliat memiliki kaitan dengan bagaimana orang menghadapi suatu tantangan atau kesulitan yang besar dalam hidupnya.
Kebanyakan orang, melihat masalah atau persoalan yang menimpanya dan menjadi lemah. Mereka memilih untuk berdiam dan merasa tidak berdaya. Sama seperti Saul dan seluruh prajurit Israel. Mereka terintimidasi. Takut. Merasa tidak mampu berbuat apa-apa. Kecil hati. Semakin kehilangan harapan.
Dari Daud, kita bisa belajar suatu pendekatan yang berbeda dalam menghadapi suatu tantangan.
1) Daud menghadapi segala tantangan bersama-sama dengan Tuhan. Tuhan adalah kekuatannya. Terangnya dan keselamatannya, juga benteng hidupnya (Mazmur 27:1). Bersama-sama dengan Tuhan, jelas sekali Daud menjadi pribadi yang jauh lebih kuat dan perkasa daripada manusia biasa. Selama ia mengandalkan Tuhan, ia tak kenal takut dan tak terkalahkan.
2) Daud mengamati segala sesuatu dengan seksama untuk kemudian mencari hikmat dari Tuhan untuk menyelesaikan "masalah" yang ada. Di sinilah seringkali orang gagal melakukannya. Mereka hanya melihat jalan buntu. Di pikiran mereka, persoalan hidup itu telah menjepit mereka dan mereka merasa mustahil mengalahkannya. Sama seperti tentara Israel melihat Goliat dan langsung berpikir, "Kita tidak akan mampu. Musuh terlalu besar. Dia hebat sekali. Kita mustahil menang. Yang pasti, kita semua pasti dibinasakan."
Kebanyakan orang begitu fokus pada detail masalah mereka sampai-sampai mereka lupa pada detail-detail pengalaman mereka, pengetahuan mereka, modal yang mereka miliki, bakat mereka, koneksi dan hubungan-hubungan yang mereka miliki atau bahkan pada iman dan pengalaman mereka bersama-sama dengan Tuhan sebelumnya. Mereka begitu terintimidasi dengan semuanya dan yang hanya bisa mereka pikirkan adalah, "Aku pasti celaka. Aku pasti mati."
Tidak demikian dengan Daud. Ia dengan tenang mengamati musuhnya. Dengan apa adanya, tidak melebih-lebihkan atau memandangnya terlalu remeh. Dia melihat kemungkinan-kemungkinan. Lalu ia berharap pada Tuhan yang telah menyertai dan menerangi jalannya menjaga domba-domba gembalaannya. Ia telah melihat berkali-kali hewan-hewan buas lari sebagai bukti bahwa Tuhan menyelamatkannya. Tuhan telah mengajarnya bertarung dan berperang. Untuk mempertahankan dirinya maupun hewan-hewan lemah yang dilindunginya. Sebaliknya daripada melihat seperti orang Israel melihat lalu menjadi ketakutan melihat perawakan Goliat, Daud melihat sang raksasa dengan cara berbeda : postur lawannya yang tinggi besar itu menjadikan sang rival sebagai sasaran yang lebih mudah untuk dibidik!
Dari sini, semakin jelas bagi kita mengapa Daud sangat yakin bisa memenangkan pertarungan, bukan?
Seperti Daud, seharusnya kita menempatkan masalah kita pada porsinya dan mencari kemungkinan-kemungkinan mengatasinya. Lebih daripada sekedar meratapi nasib dan terus merengek-rengek di hadapan Tuhan supaya Dia membereskan masalah kita dan melenyapkannya begitu saja, kita seharusnya dengan tenang berdiam di hadirat Tuhan dan membiarkan Sang Penasihat Agung menunjukkan langkah-langkah yang bisa kita lakukan. Hikmat-Nya akan dikaruniakan-Nya kepada kita. Jika kita mengikuti tuntunan-Nya, Ia pasti menuntun dan membawa kita di jalan kemenangan. Mengandalkan Tuhan berarti bukan duduk manis dan menyuruh-nyuruh Tuhan mengubah keadaan kita begitu saja. Mengandalkan Tuhan berarti menanti-nantikan Dia, mencari Dia dan petunjuk-Nya lalu melangkah sesuai dengan apa yang disampaikan-Nya kepada kita itu. Jika Ia mau kita berdiam diri, kita harus diam (lihat Keluaran 14:14) tetapi jika Ia mau kita bergerak, kita harus melangkah seperti yang dikehendaki-Nya.
3) Kita harus terus menyesuaikan perspektif kita atas kesukaran-kesukaran yang kita hadapi. Beberapa orang terjerat hutang yang menggunung karena kondisi ekonomi yang tidak stabil. Yang lain mengalami vonis penyakit yang berat dan prediksi usia yang tak akan lama. Ada pula yang menghadapi masalah keluarga yang pelik. Daftar ini bisa terus bertambah dengan variasi yang tak terkira banyaknya. Meskipun demikian, seperti Goliat yang tampak menyeramkan, sesungguhnya masalah kita bisa jadi tak sedemikian menakutkannya. Kita dibekali kemampuan oleh Tuhan untuk bertahan hidup. Dan bersama-sama dengan Tuhan, kita menghadapi semuanya dalam kekuatan ekstra.
"Hanya kuatkan dan teguhkanlah hatimu," demikian pesan Tuhan tiga kali banyaknya kepada Yosua saat hendak masuk Tanah Kanaan dan menghadapi raksasa-raksasa di sana. Ya, kita harus membuang rasa kecil hati, tawar hati, lemah hati dan mental underdog untuk menerima janji kemenangan dari Tuhan. Sebaliknya, kita harus yakin bahwa apa yang ada di dalam kita, yaitu Roh Kudus-Nya, lebih besar daripada roh-roh dunia ini sekalipun mereka tampak menakutkan. Dia yang menyertai kita jauh lebih banyak dan lebih perkasa daripada yang hendak menjatuhkan kita. Akan cinta Tuhan, kita tidak boleh goyah. Kasih-Nya menjaga kita dan membuat kita LEBIH DARI PEMENANG!
"Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita."
~ Roma 8:37 (TB)
Salam revival!
Indonesia penuh Kemuliaan-Nya
Comments
Post a Comment