Skip to main content

HIKMAT TUHAN DAN ORANG BODOH


Oleh : Peter B, MA




Amsal 24:7 (BIMK)
Orang bodoh tidak dapat menyelami hikmat. Ia tidak dapat berkata apa-apa kalau orang sedang membicarakan hal-hal penting.

Amsal 24:7 (TL)
Bahwa terlalu payah bagi orang bodoh memutuskan perselisihan, sebab itu janganlah ia membuka mulutnya dalam majelis bicara yang di pintu gerbang.

Amsal 24:7 (TB)
Hikmat terlalu tinggi bagi orang bodoh; ia tidak membuka mulutnya di pintu gerbang.

Pintu Gerbang pada masa bangsa-bangsa di Perjanjian Lama adalah tempat dimana para pemimpin-pemimpin kota berunding atau bermusyawarah untuk memutuskan sesuatu. Semacam pertemuan rapat tingkat tinggi untuk membicarakan masalah-masalah kemasyarakatan pada saat itu.

Dalam Amsal di atas dikatakan bahwa di pintu gerbang, saat hal-hal pelik dibicarakan dan untuk itu dibutuhkan hikmat untuk dapat menyelami dan memahami persoalan hingga mencari solusinya, ORANG BODOH KESULITAN MEMAHAMI SEMUANYA ITU. Hikmat terlalu tinggi bagi mereka. Mereka tidak pernah memiliki atau mengusahakannya.

Dampaknya, mereka tidak bisa berbicara apa². Mereka hanya diam saja karena tidak tahu harus menyampaikan pemikiran yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Dengan berdiam diri, bahkan mereka mungkin masih diperhitungkan sebagai orang bijak (lihat Amsal 17:28)

Ini bukan berarti bahwa banyak berbicara itu berhikmat. Sama sekali tidak. Ada orang-orang bodoh yang keblinger. Tidak sadar diri. Dalam kebodohannya mereka mengoceh begitu rupa yang justru semakin menunjukkan kebodohan mereka sendiri (lihat Amsal 15:2)

Dan sepertinya kita sudah sampai pada masa dimana orang-orang bodoh tidak lagi malu untuk berkata-kata dan berkomentar semaunya sendiri. Dan, sedihnya,  Indonesia dipenuhi orang-orang semacam ini. Orang-orang bodoh yang tidak memahami apa-apa namun berani berkomentar seolah-olah mereka paling tahu, paling benar, menghujat kesana kemari dan memandang pemikirannya merupakan solusi terbaik bagi berbagai masalah yang ada. Ini berlaku di semua level kehidupan. Baik terkait masalah pribadi sampai pada permasalahan² bangsa.

Alangkah baiknya apabila kita belajar untuk mempelajari dan menyelami segala sesuatu dengan seksama. Mencari dan mendengar dari berbagai sumber. Menguji segala sesuatu. Dan yang terbaik di antara semuanya, kita mencari Tuhan dan berdiam diri di kaki-Nya. Mendengar apa yang hendak disampaikan-Nya kepada kita terkait masalah yang sedang terjadi dan sedang kita hadapi.

Jangan menjadi orang bodoh (yang suka disebut plonga plongo itu). Apalagi menjadi orang bodoh yang sok -sesuatu yang lebih menyedihkan dan memuakkan daripada orang bodoh yang berdiam diri.

Hendaklah kita tidak mudah terbawa emosi apalagi dalam kebodohan. Jauh lebih baik kita mencari kebenaran dan kehendak Tuhan. Dan itu dimulai dari kesediaan untuk belajar dan menjadi pendengar yang rendah hati

Amsal 18:13 (TB)
Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.

Salam revival
Tuhan Memberkati Kita Semua


Bagi saudara-saudari yang berminat bergabung dalam group whatsapp dapat menghubungi no whatsapp 082299968682 atau 081803895744 atau 08980858661

Dengan bersedia mengikuti persyaratan di bawah ini:

PERSYARATAN BERGABUNG DALAM GROUP WHATSAPP WORSHIP CENTER INDONESIA

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar