Skip to main content

HATI YANG KERAS (PERUMPAMAAN TANAH PINGGIR JALAN bagian 1)


Oleh : Peter B, MA.



Ayat Hari Ini :

Matius 13:4, 19 (TB)
4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis.
19 Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.

Mengapa banyak kali firman diberitakan tetapi orang tidak berubah?
Yesus menjawab, itu karena hati manusia yang mendengarnya.
Firman dan perkataan Tuhan yang murni dan tajam pada akhirnya terhenti pada titik kehendak bebas orang yang mendengarnya. Yaitu bagaimana ia akan merespon firman itu. Setiap manusia, pada akhirnya harus memberikan tanggapan atas sabda Tuhan. Respon yang diberikan itulah yang akan dinilai oleh Tuhan dan yang menjadi bukti yang harus dipertanggungjawabkannya di penghakiman terakhir di hadapan Tahta Putih (lihat Wahyu 20:11).

Dalam perumpamaan yang disampaikan-Nya tentang penabur, Yesus menyampaikan berbagai bentuk tanggapan orang terhadap firman kebenaran-Nya. Firman serupa benih dan hati kita serupa tanah dimana benih itu ditaburkan. Kualitas tanahnya menentukan bagaimana kelanjutan keadaan dan pertumbuhan benih itu. Benih yang didalamnya mengandung potensi dan kuasa pada akhirnya kelanjutannya ditentukan oleh seberapa baik ia diterima oleh hati. Entah kita melihat benih firman itu berbuah-buah dan menjadi berkat bagi dunia atau tertolak dan menghasilkan tanah yang gersang atau tanah yang tidak menghasilkan -semua bergantung bagaimana setiap orang menanggapi benih sorgawi tersebut.

Bentuk tanggapan yang pertama manusia terhadap firman diumpamakan Yesus seperti tanah pinggir jalan.
Apa sebenarnya yang hendak ditunjukkan Yesus mengenai hati manusia dalam hal ini? Untuk itu kita perlu mengetahui beberapa hal tentang apa yang disebut sebagai jalan dan pinggir jalan itu.

Jalan di masa lalu belum beraspal seperti sekarang ini. Walaupun begitu, jalan merupakan tempat yang memang dikhususkan untuk memudahkan orang mencapai satu lokasi ke lokasi lainnya. Tanah yang dijadikan jalan pada umumnya dibuat menjadi lapang dan terbuka. Itu biasanya diratakan dan dibebaskan dari segala penghalang atau hambatan apapun lainnya termasuk tanam-tanaman. Dapat dikatakan, jalan yang dilalui manusia pada dasarnya memang sejak dulu bukan tempat untuk tanaman bertumbuh, Itu adalah tanah yang dikosongkan untuk digunakan orang berlalu lalang dengan bebas. Tanah pinggir jalan adalah sama dengan jalan itu sendiri dan itu menunjukkan sifat dari tanah itu sendiri. 

Dapatlah dikatakan, tanah tepi jalan adalah tanah yang keras dimana benih sukar menembusnya. Tanah itu dibuat sepadat mungkin begitu rupa supaya orang dan kendaraan dapat melintas dengan leluasa. Tidak mengherankan apabila kemajuan peradaban hari ini mempertegas hal tersebut. Tanah yang dibuat sebagai jalan yang layak untuk dilalui hari ini dibuat dengan bahan yang kemudian bisa menjadi sangat keras dan padat, yang bahkan dapat dilalui berton-ton beban dengan kendaraan yang berukuran besar sekalipun.

Jadi, pertama-tama, tanah tepi jalan adalah GAMBARAN DARI HATI MANUSIA YANG KERAS DAN TERTUTUP AKAN PERKARA-PERKARA YANG DARI TUHAN ASALNYA.
Benih firman Tuhan yang ditaburkan di hati yang keras akan ditolak sepenuhnya.Firman tak beroleh sedikitpun tempat pada orang yang telah mengeraskan hatinya. Inilah orang yang terhalang sepenuhnya untuk mengenal Tuhan yang kita kenal dalam Kristus. Mungkin saja dia orang yang beragama tetapi hatinya tertutup untuk mengenal SATU-SATUNYA ALLAH YANG SEJATI, yaitu Yesus Kristus Tuhan.
Ketika firman disampaikan, tidaklah mengherankan apabila semuanya dipandang sebagai sesuatu yang asing. Orang dengan hati semacam ini memandang pengajaran yang benar dengan curiga dan sejak awal mengatakan bahwa hal yang semacam itu bukan untuknya. Firman Tuhan dipandang dengan sempit sebagai suatu ajaran agama tertentu sehingga mereka langsung mengatakan dari semula, "Agamamu adalah agamamu, agamaku adalah agamaku. Pandangan hidupku adalah hakku. Kamu urus sendiri pandangan hidupmu. Kita berbeda dan jangan coba-coba mempengaruhiku"

Tanah yang keras disebabkan salah satunya karena pekerjaan atau ulah manusia itu sendiri. Manusia membentuk jalannya sendiri dalam kehidupan. Ia mengeraskan hatinya dengan berbagai macam cara dan karena berbagai macam hal.
Banyak hal yang membuat hati orang tertutup dan mengeras terhadap Tuhan.
Di antaranya :

Prinsip, ideologi, tradisi dan agama yang diajarkan secara turun temurun atau ditanamkan sejak dalam keluarga. Harus diakui bahwa tidak semua pedoman hidup (walaupun itu baik dan mengandung hikmat) akan sesuai dengan jalan kebenaran yang dari Tuhan sendiri. Pemikiran bahwa hidup harus bermoral dan beragama agar mendapat tempat di sorga adalah salah satunya. Jika itu diajarkan sejak kecil, termasuk melalui ajaran-ajaran yang baik seperti agama, sejatinya hal tersebut justru bisa semakin membuat hati seseorang menjadi keras dan tertutup akan pengertian-pengertian yang benar dan sejati dari Tuhan seperti misalnya bertobat, merendahkan diri dan mengakui kebutuhannya akan juruselamat.

Dosa dan kejahatan. Manusia dilahirkan dengan hati nurani yang murni. Dalam hatinya, sesungguhnya manusia memiliki ukuran dan batasan moral secara alami. Tentu hal tersebut bisa berbeda-beda di berbagai belahan dunia sekaligus tidak tertutup adanya penyimpangan di sana sini. Meskipun begitu, rasa keadilan dalam diri manusia pada dasarnya tidak jauh berbeda satu sama lain. Apabila seseorang membiasakan diri melakukan perbuatan-perbuatan jahat dan hidup dalam dosa, ia dapat jatuh dalam kehidupan yang fasik dan melawan Tuhan yang mahasuci itu. Ketika kebenaran yang disampaikan sangat berbeda dengan apa yang selama ini dihidupinya, itu akan segera ditolaknya mentah-mentah karena hatinya telah menjadi keras.

Gaya hidup tertentu yang fokus pada hal-hal duniawi.  Oleh karena didesak untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tanpa sadar menghabiskan hari-harinya dengan memusatkan diri pada hal-hal yang di hadapannya saja, tanpa memiliki perhatian akan kekekalan yang menanti di kehidupan setelah yang sekarang ini. Belum lagi apabila manusia tak mampu membendung keserakahan yang menyusup masuk di hatinya. Ia dapat mengisi seluruh hidupnya mengejar dan mengumpulkan apa yang dianggap berharga dalam hidup di dunia ini. Ketika firman Tuhan mengingatkan dirinya akan Tuhan dan akan kehidupan yang berbeda dengan yang dijalaninya selama ini, serta merta karena hatinya telah tertutup bagi perkara-perkara sorgawi, ia segera memberikan reaksi penolakan.

Pengalaman hidup dan sebab-sebab lainnya. Oleh karena berbagai peristiwa dalam hidup, hati manusia bisa menjadi pahit dan pedih. Begitu pula oleh sebab pergaulan yang keliru, orang disimpangkan dari jalan-jalan yang benar. Dan banyak perkara lainnya yang dapat membuat jiwa manusia menjadi dingin hingga menjadi antipati terhadap Tuhan. Perjalanan hidup orang yang tidak pernah bersentuhan dengan Tuhan membuat Tuhan menjadi sesuatu yang asing bagi hidupnya. Ia memilih terus menjauh dari Tuhan karena tak mampu percaya kepada Tuhan.


Kita harus berhati-hati supaya jangan sampai hati kita menjadi keras. Oleh karena sifat manusia yang telah dikuasai dosa dan bertumbuh dalam kecintaan akan dirinya sendiri maupun dosa-dosanya, ditambah oleh pekerjaan iblis yang memang menghalanginya untuk sampai kepada Tuhan, hati manusia bisa menjadi tertutup sepenuhnya bagi Tuhan dan bagi perkataan-Nya.

Syukur kepada Tuhan apabila hari ini kita masih dapat merespon dan membuka hati bagi taburan benih firman Tuhan. Namun harus selalu kita sadari bahwa di luar kita masih ada jutaan dan mungkin bermilyar orang yang tertutup atau menutup hatinya bagi firman Tuhan yang dapat mengubah hidupnya.
Bagian kitalah yang telah dihancurkan tanah hatinya oleh Tuhan untuk meminta siang malam kiranya Tuhan menyatakan kuasa-Nya, yakni lawatan Roh Kudus yang dahsyat untuk melayang-layang di atas tanah yang gersang lagi kering mengeras itu supaya kemudian melahirkan kehidupan di atasnya. Begitu pula supaya Roh yang sama itu mencurahkan hujan, hujan awal dan hujan akhir, supaya tanah yang kerontang dan tandus itu menjadi gembur dan siap menyambut benih kehidupan dari Tuhan. Dan jangan pernah lupa untuk meminta sekaligus menyiapkan diri menjadi penuai-penuai yang diutus Bapa.

Adakah hati Anda membaca semuanya ini dan merasa curiga dan cenderung menolak semua ini? Jika demikian, mungkin hati Anda masih merupakan hati yang keras. Untuk itu pesan bagi Anda (dan kita semua untuk diingat selalu) :

...buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
Yakobus 1:21 (TB)

Salam Revival!
Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua

Bagi saudara-saudari yang berminat bergabung dalam group whatsapp dapat menghubungi no whatsapp 082299968682 atau 081803895744 atau 08980858661


Dengan bersedia mengikuti persyaratan di bawah ini:
https://worshipcenterindonesia.blogspot.com/2017/06/belajar-bersama-bertumbuh-bersama-di.html

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar