Skip to main content

RELEVANSI IBADAH LIVE STREAMING / SECARA ONLINE DI MASA WABAH CORONA


Oleh : Peter B


Terkait petunjuk dan panduan untuk memaksimalkan ibadah live streaming (secara online), ada beberapa hal yang mengusik hati saya pada saat membaca dan menelitinya. 

Beberapa keberatan saya antara lain: 

• Apakah hadirat Allah hanya akan dirasakan pada saat ibadah di gereja?

• Mengapa ada keharusan fokus pada ibadah Minggu tersebut sehingga terkesan tidak ada makanan rohani utama selain dari ibadah Minggu online tsb?

• Mengapa pesan untuk berusaha masuk hadirat Tuhan, memberi perhatian penuh, menanggapi firman dan berkomitmen pada Tuhan difokuskan pada ibadah Minggu online tsb? Tidakkah itu merupakan sikap yang sudah seharusnya ada dan terus dikembangkan setiap anak² Tuhan, BUKAN HANYA pada ibadah² Minggu maupun online saja tetapi dalam setiap kesempatan untuk berhubungan dengan Tuhan?

• Apa sesungguhnya relevansi ibadah streaming dengan kondisi wabah yang sedang kita alami ini? Apa sebenarnya tujuan mengadakan ibadah semacam itu? 
Tidakkah pertemuan tatap muka secara online dalam kelompok yang lebih kecil jauh lebih berfaedah dibandingkan sekedar ‘menonton’ dan ‘menyimak’ ibadah seperti hari Minggu?

• Mengapa sampai perlu diberikan petunjuk terkait sikap dan tampilan beribadah secara online? 

• Bukankah sifat ibadah live streaming lebih ke arah ‘menonton’ saja karena kita sendiri tidak terlihat di tengah² publik, lalu mengapa harus ada berbagai syarat berpakaian dan berpenampilan seperti ibadah di gereja?

• Mengapa ukuran beribadah ditekankan pengaturannya pada penampilan lahiriah sedangkan Tuhan mencari dan mengutamakan tampilan batiniah? 
Bukankah dalam setiap kesempatan kita berhubungan dengan Tuhan sudah seharusnya ditekankan tampilan batiniah sebab adalah sia² jika datang ke gereja dengan tampilan yang terbaik tapi hati tidak pernah tertuju kepada Tuhan tetapi kepada perkara² lain yang duniawi belaka. 

• Bagaimana misalnya jika ibadah online itu kemudian kita tonton secara tunda, apakah kita masih harus mengikuti dengan sikap dan tampilan luar seperti beribadah secara live?

• Mengapa sampai perlu menjanjikan berkat bagi yang beribadah sungguh² melalui live streaming ini sedangkan panduan untuk mempersembahkan hidup kepada Tuhan sangat jarang ditekankan –padahal itu merupakan kunci hidup penuh kelimpahan dalam Kristus?

• Di atas semuanya, mengapa sampai perlu memberikan berbagai tips untuk beribadah live streaming kepada jemaat, padahal ada banyak bentuk ibadah komunitas lainnya yang perlu dikembangkan dan didalami sebagai pengganti yang lebih baik daripada ibadah di gedung gereja?

• Apakah ibadah live streming merupakan solusi sesuai hikmat Tuhan dalam menghadapi wabah corona sekarang ini?


Merenungkannya lebih mendalam
Menyikapi kondisi yang tidak biasa hari² ini membuat kita perlu berpikir ulang tentang apa dan bagaimana sebaiknya kita beribadah ketika terhalang untuk berkumpul bersama² dalam suatu lokasi.
Yang biasanya datang ke gedung² gereja pada saat yang ditentukan sesuai  jadwal ibadah, kini harus mengikuti ibadah dengan cara yang sebenarnya lebih sulit : dengan live streaming atau secara online. 

Sebenarnya bagaimana pandangan Alkitab dengan cara live streaming itu? 
Apakah itu tepat dalam pandangan Tuhan? 
Apakah itu dianjurkan sebagai pengganti pertemuan ibadah di gereja secara langsung selama ini? 
Apakah Alkitab punya jawaban dan petunjuk mengenai hal ini, mengingat sudah pasti tidak ada fasilitas online pada masa Alkitab dituliskan dan dikanonkan?
Bagaimana kehendak Tuhan mengenai perkara ini? 


Menengok sekilas bagaimana jemaat mula² beribadah
• Jemaat mula² sebenarnya bertemu dalam kelompok² kecil. Dalam gereja² rumah. Pertemuan besar biasanya diadakan sesekali khususnya apabila ada rasul² (yang menjadi pengawas gereja²) yang datang berkunjung ke suatu kota. Jemaat di kota tersebut (yang sesungguhnya dipandang sebagai satu kesatuan jemaat lokal) datang dan berkumpul bersama mendengarkan pesan² rasuli.  Itu pun pada saat belum banyak penganiayaan atas jemaat mula². 

• Jemaat mula² bahkan seringkali bertemu dan berkumpul secara tersembunyi, lebih² ketika perkumpulan mereka menjadi terlarang dan dimusuhi pihak² agamawi dan pemerintahan romawi.

• Tata cara jemaat mula² beribadah dapat kita lihat sekilas dalam 1 Korintus 14:26 

Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun.

Tidak ada tata cara yang khusus dan baku. Berkumpul, saling berbagi kesaksian, pengajaran, menaikkan pujian, menyampaikan apa yang ia dapat dari Tuhan maupun menggunakan karunia² rohani yang Tuhan berikan –yang kesemuanya hanya bertujuan satu : MEMBANGUN JEMAAT atau membuat jemaat makin bertumbuh dalam pengenalan, pengalaman, keintiman dan pengertian akan rencana Tuhan bagi kehidupan berjemaat di tempat itu. 

Sangat sederhana, Dan luwes/fleksibel. Tidak disebutkan masalah pembatasan waktunya  maupun urutan dan tahapan seperti apa yang harus dilakukan. Termasuk bagaimana harus bersikap, berpakaian atau peraturan² lainnya (yang memang sebenarnya tidak perlu diatur hingga detail jika jemaat memang diajar berjalan dan bertindak dalam hikmat Tuhan dan dalam takut akan Tuhan)
Jemaat cukup datang untuk menggenapi Matius 18:20 dimana dua tiga orang berkumpul dalam nama Yesus, di situ Tuhan hadir, berbicara dan berkarya. Itu saja.  

Betapa berbedanya hal itu dengan kondisi dan yang dilakukan gereja di masa kini. Intisari pertemuan jemaat terlihat sudah sangat jauh bergeser. Menjadi acara² seremonial yang membanggakan tampilan² dan tata cara agama yang megah dan mengesankan manusia, termasuk juga dibuat untuk membuat orang terkesan, suka dan betah, menikmati untuk datang ke suatu tempat yang disebut gereja itu!


Ibadah gereja masa kini
• Menilik ibadah gereja di abad ke-21 ini, terasa sekali pergeseran yang besar. Yang menyedihkan adalah bergeser atau berubahnya intisari dari pertemuan ibadah yang semula diadakan untuk tujuan pemuridan dan pembangunan tubuh Kristus, kini lebih tertuju pada pelaksanaan tata cara agama Kristen sebagai simbol dan identitas kaum kristiani di muka bumi. Pertemuan ibadah hari ini lebih banyak menjadi sekedar pembedaan praktek keyakinan dengan agama lainnya daripada pembentukan dan pengorganisasian tubuh Kristus di muka bumi. 

• Jemaat pada mada kini, kebanyakan, dididik untuk menunaikan berbagai ritual dan acara² keagamaan, lalu diyakinkan bahwa mereka telah beribadah kepada Tuhan, layak mendapat perkenan dan berkat Tuhan melalui semua itu. Juga mereka diajar terikat dan tunduk kepada organisasi atau lembaga gereja tertentu dan menjadikan kesetiaan dan pengabdian mereka kepada kelompok atau komunitas itu seperti layaknya ketaatan dan komitmen kepada Tuhan.
Dan itu semua dilakukan melalui pertemuan² rutin yang menguatkan dan menanamkan identitas kelompok tersebut kepada jemaat yang sayangnya seringkali kemudian melupakan tugas bahwa perkumpulan jemaat seharusnya memuridkan orang kepada Kristus, membawa mereka bertumbuh secara rohani, kuat di dalam Tuhan, mengenal Tuhan secara pribadi dan menjalani hidupnya seturut kehendak dan rencana Tuhan, melakukan bagiannya sebagai anggota dan bagian dari Tubuh Kristus.  

• Di masa sekarang, jemaat diajar hanya untuk menjadi anggota gereja, aktivis dan pekerja gereja, setia kepada greja dan diwajibkan mendukung program² gereja tempatnya beribadah. Alih² dibawa mengenal kehendak, rencana dan panggilan Tuhan dalam hidupnya, petobat² baru dibimbing untuk menjadi pegiat rohani di gereja daripada menjadi murid² Kristus. Kesemuanya ini berlangsung berpuluh² tahun dan kini kita menuai buahnya: suatu gereja yang lemah, tidak mampu menjadi saksi, hanya fokus pada bagaimana mengadakan pertemuan² jemaat, tidak banyak murid² Kristus yang tahu kehendak Tuhan dan bergerak sesuai rencana Tuhan dalam kegerakan-Nya yang sejati. 
Jemaat menggunakan gereja sebagai bagian kehidupan beragama dan tempat mencari penghiburan dan pertolongan saat menghadapi masalah² kehidupan semata. 
Tanpa banyak pertumbuhan dan kemajuan yang masif secara rohani. Regenerasi kepemimpinan gereja, khususnya di Indonesia, sangat lambat. Jemaat masih sangat banyak bergantung pada figur pemimpin atau pada acara² gerejawi saja. 


Beribadah pada masa wabah
• Oleh karena paradigma yang telah lama dikembangkan di tengah² kehidupan bergereja (dan yang telah kehilangan roh atau semangat gereja mula²) maka ketika wabah corona terjadi, gereja mau tak mau merasakan kegoncangan yang besar. Pertemuan² ibadah yang biasa diadakan, diramaikan dan dibangga²kan, kini tak mampu dilaksanakan. Sebuah rutinitas yang telah beratus² tahun berlangsung kini ditantang eksistensinya oleh Tuhan sendiri.  
Tidakkah ini seolah Tuhan bertanya pada kita,”Hai, jemaat-Ku, bagaimana kalian kini akan beribadah kepada-Ku?”

• Reaksi pertama dari gereja yang sudah terlanjur terbiasa dengan ritual bersama di gedung² gereja adalah mengadakan ibadah di gereja dalam format online, yang kebetulan pada zaman ini dimungkinkan. Apa yang biasanya dilaksanakan di gereja setiap jam² ibadah, dicoba untuk dilaksanakan di rumah² dengan mengadakan sambungan melalui siaran streaming ke rumah² jemaat. 

Masalahnya, bagaimana jika tidak memiliki internet? Apakah jemaat yang demikian dianggap tidak beribadah, kurang berkenan dan tidak akan mendapat berkat Tuhan?

Juga, mampukah layar kecil hp atau seukuran tv menggantikan pertemuan ibadah secara langsung di lokasi? Mungkinkah orang beribadah di rumah sendiri menghentikan semua distraksi / pengalihan perhatian, sedangkan beribadah di gereja secara langsung saja orang masih mengobrol, melamun, tertidur, melihat hp, bermain game, sampai berkomunikasi dan posting di media sosial?

Seberapa penting dan perlukah ibadah live streaming itu diadakan dan harus diikuti oleh jemaat, lebih² jika ibadah² mingguan secara langsung saja sudah mulai kurang diminati jemaat hari² ini karena berbagai skandal, kasus, ketidakjelasan pengajaran, hingga gereja semakin keras berusaha memasukkan berbagai unsur entertainment ke dalam acara² ibadahnya?

Mungkinkah live streaming ibadah online membangkitkan murid² Kristus lebih lagi sedangkan pertemuan² ibadah secara langsung saja hingga kini belum banyak terlihat dampak dan mendatangkan perubahan di kalangan jemaat bahkan pemuka² rohaninya?

Jawaban jujur atas pertanyaan² di atas akan menolong kita melihat lebih jelas keefektifan ibadah live streaming, termasuk menelisik dengan lebih mendalam apa motif² gereja mengadakan ibadah secara live streaming daripada mendidik jemaat menjadi murid² dan pemurid², yang membawa jemaat pada Kristus, untuk hidup dalam dan bagi Kristus. 


Menggunakan teknologi online untuk membangun tubuh Kristus
Bertolak dari penjelasan di atas, saya mengusulkan pemikiran² berikut ini sebagai suatu solusi beribadah seturut kehendak Tuhan pada masa wabah seperti sekarang ini : 

(1) sudah waktunya kita mengevaluasi kembali ibadah² secara live streaming yang kurang jelas maksud dan tujuannya secara rohani. Ibadah secara berkelompok bisa digantikan dalam bentuk lain yang lebih menekankan pada sentuhan pribadi dan pemuridan secara langsung. Pelayan² dan hamba² Tuhan harus turun dan menjangkau jemaat secara langsung demi memajukan kerohanian jemaat daripada ‘berkomitmen’ pada mengisi event dan jadwal kabaktian semata.

(2) kita harus segera kembali pada intisari menjadi jemaat Kristus. Yaitu menjadi murid² Kristus, melahirkan murid² Kristus. Kita harus mulai beralih dari kebaktian² formal menjadi pertemuan² yang berdampak pada pertumbuhan rohani. 

(3) kita harus memulai komunitas² pemuridan, entah itu melalui media sosial, pertemuan di rumah² (bagi yang tidak bisa online) atau pemuridan dengan tatap muka secara online, yang benar² membawa pertumbuhan dan kebangkitan rohani bagi jemaat Tuhan

(4) pertemuan ibadah dalam lingkup massal untuk sementara sebaiknya dihentikan dahulu dalam kondisi seperti ini. Sudah sepatutnya kita memperhitungkan kemungkinan Tuhan ingin kita kembali berjemaat seperti gereja mula² daripada seperti pada masa sekarang ini.

(5) kita harus mulai melatih jemaat Tuhan yang masih kanak² rohani menjadi orang² muda rohani, yang sudah cukup lama bertobat menjadi murid² dan yang sudah lama aktif dalam pelayanan menjadi pemurid² rohani. Kelompok sel sudah seharusnya tidak lagi memakai nama dan merk gereja. Itu seharusnya bisa diadakan secara kelompok² kecil di rumah² jemaat yang dapat digunakan mengadakan pemuridan.Ini sekaligus sebagai antisipasi keadaan² sulit serupa di waktu² yang akan datang, yang sangat mungkin menimpa dunia. Inilah waktunya orang²percaya bangkit dan menjadi murid² sejati.


Doa saya kiranya kita semua dapat menangkap maksud Tuhan terkait ibadah² kita melalui peristiwa wabah corona yang sekarang ini masih terus berlangsung. 

Salam revival!
Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Comments

Popular posts from this blog

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

SIKAP DAN PANDANGAN KITA YANG SEHARUSNYA TERHADAP NUBUAT /PENGLIHATAN: MENANGGAPI PESAN PROFETIK YANG DISAMPAIKAN OLEH CINDY JACOB DI MEDIA SOSIAL

Oleh: Didit I. Beberapa hari ini saya mendapatkan kiriman cukup banyak dari rekan-rekan di media sosial tentang nubuatan dari Cindy Jacob terkait Bapak Ahok. Menanggapi pesan nubuatan dari Cindy Jacob yang disebarkan di media sosial tersebut, Tuhan menggerakkan saya untuk mengajak rekan-rekan dan seluruh umat Tuhan untuk bersama menguji pesan yang disampaikan oleh Cindy Jacob dan mencari kehendak Tuhan dalam pesan tersebut. Pesan profetik yang disampaikan oleh Cindy Jacob seperti gambar di bawah ini: Sesuai dengan 1Tesalonika 5:19-22, kita tidak boleh memandang rendah setiap nubuatan namun juga tidak boleh langsung menerimanya mentah-mentah, sebaliknya kita harus mengujinya. Ini berarti sikap kita terhadap setiap nubuatan/penglihatan adalah menampungnya untuk kemudian diuji sesuai dengan cara dan prinsip Firman Tuhan dan mencari maksud serta tujuan pesan nubuatan/penglihatan tersebut. Penting di sini untuk bersikap netral/tidak berprasangka terlebih dahulu terhadap setiap pesan nubuata