Skip to main content

SAUL YANG DITINGGALKAN TUHAN


Oleh : Peter B



Saul adalah orang pertama yang diurapi sebagai raja Israel. Sesaat setelah ia menduduki tahta, tantangan pertama pun datang. Nahas, raja Amon mencari gara² dengan mengepung salah satu wilayah Israel dan minta penundukan wilayah itu kepadanya (1 Samuel 11)

Dituliskan tentang Saul, begitu mendengar berita itu : 

Ketika Saul mendengar kabar itu, maka berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat.
1 Samuel 11:6 (TB)

Dan Saul bersama² seluruh Israel pun maju berperang mengalahkan pasukan Amon itu. Jabatan Saul sebagai raja pun diteguhkan sekali lagi di Gilgal.

Tahun berlalu. Sebagai raja, Saul ternyata banyak membuat blunder rohani di hadapan Tuhan. Imannya semakin merosot, lebih² setelah ditolak sebagai raja, sebagaimana pesan Tuhan melalui Samuel. (1 Samuel 13-14)

Dan inilah yang dituliskan mengenai Saul setelah ia, sekalipun masih menjadi raja, tetapi tak dikenan lagi oleh Tuhan : 

Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN.
Lalu berkatalah hamba-hamba Saul kepadanya: "Ketahuilah, roh jahat yang dari pada Allah mengganggu engkau;
1 Samuel 16:14-15 (TB)

Saul masih menjadi raja. Masih memegang jabatan yang Tuhan berikan. Masih memiliki otoritasnya sebagai raja. Bedanya, dulu dia dipimpin dan dikuasai Roh Allah. Sekarang ia dipengaruhi roh jahat. Awalnya, ia sadar itu adalah roh² jahat yang mengganggunya. Tapi oleh karena ia terus mengeraskan hati dan tidak mau bertobat, roh jahat itu mulai menyusup, menancapkan kuku²nya semakin dalam untuk mencengkeram hidupnya, mempengaruhi dan mengubah kepribadiannya. 

Dari kisah² selanjutnya kita diberitahu mengenai apa yang terjadi atas raja yang ditolak Tuhan itu : 

1) Saul menjadi bergantung pada suasana di luar dirinya untuk menjaga mood dan hatinya tetap tenang. Ia pun memanggil Daud yang pandai menyanyi dan main kecapi untuk menenteramkan hatinya (1 Samuel 16:14-23). Sebenarnya hatinya selalu gelisah, dipenuhi berbagai kekuatiran dan ketakutan. Tanpa Tuhan, hati seseorang tak menemukan kedamaian, bahkan ia semakin jauh dari ketenangan sejati. 

2) Saul menjadi penakut dan tak lagi berfungsi sebagai pemimpin yang baik bagi umat Tuhan. Ketika Goliat, raksasa Filistin menantang Israel untuk bertarung dengannya, Saul memilih menyembunyikan diri di kemahnya daripada tampil memimpin pasukannya (1 Samuel 17:10-11). Saul, tak berbeda dengan seluruh prajurit Israel lainnya menjadi amat cemas dan sangat ketakutan. 

3) Saul dikuasai kebencian dan kedengkian. Setelah Daud mendapat nama sebagai pahlawan Israel, alih² turut bersukacita dan berterima kasih pada Daud karena telah banyak memberikan kemenangan pada Israel, Saul menjadi iri hati dan tidak senang pada Daud (1 Samuel 18:8-9). Ia mulai mencari cara menjatuhkan reputasi Daud bahkan bermaksud membunuhnya. 

4) Saul kerasukan setan. Hasilnya, ia dikuasai niat dan keinginan menyerang dan membunuh Daud (1 Samuel 18:11-12). Setelah gagal membunuh Daud dengan tombak, ia menempatkan Daud di garis depan medan perang. Dengan harapan Daud mati terbunuh. Ia juga menjebak Daud dengan memberikan putrinya sebagai istri Daud, dengan syarat membunuh ratusan orang Filistin. Lagi² dengan tujuan agar Daud terbunuh saat melakukannya. 

5) Sisa hidup Saul digunakan untuk memburu Daud, untuk membunuhnya dan mencegahnya menjadi raja (1 Samuel 18:29). Alih² berjuang memajukan bangsanya, Saul menghabiskan hari²nya sebagai raja melakukan usaha² ekstrem demi mengamankan tahtanya. 

6) Saul tidak pernah koreksi diri tapi suka menghakimi dan berprasangka negatif tentang orang lain, khususnya yang tidak disukainya (1 Samuel 20:26)

7) Saul mencintai jabatan dan kedudukan lebih dari apapun di dunia ini sampai² ia tak ragu mengatai dan hampir membunuh anaknya sendiri (1 Samuel 20:30-33)

8) Saul tak segan berbuat keji dan membantai imam² penduduk satu kota karena dianggap tidak satu pandangan politik dengan dia (1 Samuel 22:6-19)

9) Saul bertanya dan percaya kepada dukun, paranormal, tukang sihir daripada mencari Tuhan (1 Samuel 28). Walaupun ia meminta bertemu roh Samuel dan masih terkesan mencari petunjuk Tuhan, sesungguhnya ia sama sekali tidak mencari Tuhan, karena Tuhan tidak pernah akan bicara pada para peramal yang bernubuat bukan dari Roh-Nya

10) Saul kalah dan bunuh diri dalam peperangan (1 Samuel 31). Walaupun berperang sebagai raja Israel dan dengan umat Tuhan, Saul mengalami kekalahan yang besar. Itu juga barangkali kesalahan yang kesekian kalinya bagi dia dan bangsanya. Ia kehilangan anak²nya. Terluka parah dan akhirnya bunuh diri. Sangat memalukan akhir hidup seorang raja yang pernah diurapi Tuhan! 

Dari kesemuanya, jelaslah bahwa Saul mengalami kemerosotan demi kemerosotan. Degradasi demi degradasi. Khususnya dalam hidup rohaninya, karakternya, kehidupannya. Bukannya semakin menjadi pribadi luhur, mulia, berhikmat dan bersinar, Saul meredup dan terjun bebas menuju kekelaman yang paling pekat.
Kata²nya sebagai raja kosong saja. Ia berperang namun tidak pernah menang. Otoritasnya tak mampu menggerakkan Israel dan membawa bangsanya seturut rencana Tuhan. Ia kehilangan urapannya. Ia kehilangan Roh Tuhan lalu kehilangan segala²nya. Ia jatuh sedemikian dalam sambil masih merasa dirinya raja yang diurapi Tuhan. Ia tak sadar ia bukan lagi orang yang masih diurapi Tuhan. Ia mantan orang yang diurapi Tuhan. Ia tidak menyadari itu sampai ia menemukan kenyataan yang mengerikan saat ia kalah dan dipermalukan dengan hebatnya. 

Sesungguhnya tidak sedikit orang² yang pernah dipakai Tuhan namun kemudian tidak lagi. Ia mungkin masih merasa punya otoritas. Ia masih memegang jabatan tinggi dalam pelayanan. Jemaatnya banyak dan segan padanya. Pelayanannya pun terkenal di seluruh dunia. Meskipun demikian, urapan Tuhan telah meninggalkan dia. 

Kita mengetahuinya dari sifat dan karakternya yang tak mencerminkan kematangan, kedewasaan, kearifan dan penguasaan diri seorang hamba Tuhan yang dipenuhi Roh Kudus. Ia hanya tampak rohani tapi tanpa kuasa yang nyata. Tampak menang dan perkasa padahal kalah dan lemah. 
Di sisi lain, ada juga yang tampil dengan ganas, tidak segan menyerang orang lain. Pembawaannya tidak rendah hati dan lembut. Ia congkak, merasa paling benar dan paling berkenan di hadapan Tuhan. Padahal bisa jadi itu sekedar menutupi motif² lain seperti kekuatiran dan ketakutan di hatinya. Orang yang suka menghakimi dengan mudahnya, tak mungkin dipimpin dan dikuasai Roh Tuhan.
Bisa jadi mereka masih sangat giat dalam pelayanan rohani tapi Roh Tuhan tak lagi ada memimpin mereka ataupun bekerja di dalam dan melalui mereka. 

Adakah kita melihat pemuka² rohani yang demikian di sekeliling kita hari ini? 

Belajar dari Saul, kita seharusnya bisa menilai sejauh mana hidup kita dikuasai Tuhan dan sejauh mana pelayanan dari mereka yang mengaku memegang otoritas² rohani itu. 

Berjaga² dan waspadalah selalu. 
Pastikan kita tidak terombang-ambing angin pengajaran dan terpikat dengan figur manapun selain Yesus Kristus sendiri. 
Biarlah kita tahu membedakan segala sesuatu dan hanya belajar dari pemimpin² rohani yang mencerminkan Roh Kristus dalam kehidupan mereka.

Akankah Anda melakukannya?

Salam Revival!
Indonesia Penuh Kemuliaan Tuhan.

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar