Skip to main content

INGAT AKAN TUHAN DAN KASIH-NYA

Oleh : Peter B


"²¹ But this I call to mind; therefore I have hope"
²² The LORD’s loyal kindness never ceases; his compassions never end."
(Lamentations 3:21-22, NET)

Terjemahan : 
Tetapi ini yang aku ingat dan pikirkan, dan karenanya aku memilik pengharapan.
Kasih setia TUHAN tak berkesudahan, belas kasihannya tak pernah habis atau berakhir (Ratapan 3:21-22 NET)

Salah satu cara utama iblis menjatuhkan dan mengalahkan anak² manusia ialah dengan mempengaruhi pikiran mereka. Sama seperti Hawa yang dibujuk dan disusupi pikirannya dengan pemikiran² yang meragukan Tuhan dan ketetapan-Nya, strategi itu masih sangat berhasil dilancarkan kepada kita, keturunan perempuan pertama itu. Dan bukankah hal yang sama dilakukan Iblis tiga kali banyaknya ketika ia mencobai Yesus setelah berpuasa di padang gurun sekian lamanya? Iblis hendak memasukkan pikiran² dan pendapat²nya sendiri -yang menyesatkan dan mengarahkan pada kecelakaan dan kebinasaan - untuk membuat Yesus tersandung dan gagal, sehingga agenda utama Allah selanjutnya yaitu pelayanan Yesus yang luar biasa itu dapat dihambat.

Melalui permainan pikiran, Iblis membuat manusia tertekan di , mengalami stress bahkan depresi. Ia akan memasukkan pikiran² yang bisa jadi sesuai dengan kenyataan yang ada, berdasarkan fakta, tak mungkin diingkari tetapi hanya dari satu sisi atau satu perspektif saja : sudut pandang yang akhirnya dapat menenggelamkan manusia dalam lautan kesedihan dan keadaan tanpa harapan. Dan seperti yang sudah diketahui, salah satu faktor penting manusia bertahan hidup dan masih berkeinginan menjalani hidup lebih lama adalah karena ia memiliki harapan. Tanpa harapan, keinginan untuk hidup terus menyusut hingga titik kemauan melanjutkan hidup lemyap sama sekali -suatu keadaan yang memudahkan iblis mendorong jiwa manusia ke dalam jurang kebinasaan kekal. 
Tanpa adanya harapan untuk keadaan yang lebih baik, mata manusia menjadi gelap. Ia tak lagi menghargai nyawanya atau nyawa orang lain. Ia siap melakukan hal-hal terburuk dan terjahat karena ia merasa hidupnya tak mempunyai makna lagi. Tidak heran apabila hilangnya pengharapan bisa berujung pada tindakan mengakhiri hidupnya sendiri atau hidup orang lain (tanpa memikirkan risikonya atas hidupnya sendiri di kemudian hari). Orang² semacam ini akan menjadi manusia² paling menderita dan celaka, karena tak lagi melihat sinar pengharapan akan hari-hari yang baik. 

Dalam keadaan putus asa, Roh Tuhan yang penuh kasih karunia menuntun Yeremia untuk kembali memperhatikan pikiran²nya. Ia disadarkan, bahwa keputusasaan muncul dari pikiran yang gelap, negatif, kacau, dan tak berdaya karena tak menemukan jalan keluar atas keadaan buruk yang sedang dialami. 

Saat Yeremia mulai membenahi ulang pikirannya, ia menemukan bahwa dengan mengganti pikirannya yang kelam dengan pikiran² baru, maka pengharapan mulai bangkit di hatinya. 
Hal semacam ini telah dicoba untuk ditiru oleh si jahat yang bekerja sama dengan pikiran manusia yang hendak mencari solusi di luar Tuhan menghadapi tekanan kehidupan yang tak terbendung. itu dilakukan dengan cara mengubah pikiran² negatif dengan pikiran² positif, dengan memasukkan kata² motivasi dan pendorong semangat, atau melatih diri melihat segala sesuatu dari sisi² baik serta berusaha berprasangka baik terhadap semua hal. Hidup secara positif, demikian kita sering mendengar dari pakar pengembangan kepribadian. Sayangnya, yang acap tidak diketahui adalah bahwa di dunia yang miskin dan defisit pengharapan ini, meyakini adanya pengharapan yang dapat diberikan oleh dunia ini pada dasarnya hanya berkembang menjadi suatu bentuk delusi - suatu upaya menipu dan mengelabui diri sendiri. Ini sebenarnya bentuk lain sikap lari dari kenyataan, yang mengkhayalkan hal yang tidak nyata seolah-olah ada, suatu cara membius jiwa dengan sensasi memabukkan yang hanya bertahan sementara waktu semata. Dosis yang lebih tinggi akan kata² manis pembangkit semangat ini akan dibutuhkan waktu demi waktu sampai suatu kali kenyataan pahit menghentak mereka. 

Pikiran apa yang membangkitkan harapan di hati Yeremia (dan seharusnya di hati kita) itu?

Yeremia mengatakan bahwa harapannya muncul kembali di hatinya saat ia memikirkan TUHAN dan kasih-Nya.

Dan inilah kebenarannya. Selama masih ada Tuhan, selalu ada pengharapan. Dialah Harapan itu.  Dia Sumber Segala Pengharapan. Melalui Dia, pengharapan kita tak pernah habis, tak pernah hilang, namun terus membesar, membubung tinggi, mengatasi segala kepahitan dan keputusasaan di dunia ini. 

Saat pikiran kita mengingat Tuhan, biarkan Tuhan sendiri yang menyatakan diri-Nya kepada Anda. Jangan datang dengan marah dan curiga kepada satu-satunya Pribadi yang merupakan satu-satunya tempat Anda dipulihkan dan diisi kembali dengan pengharapan yang mengubahkan hidup Anda. Jangan memotong dahan yang menjadi tempat Anda duduk dan bergantung Anda di ketinggian! 

Dalam kesesakan yang besar, ingatlah akan Salib. Bukti kasih Allah pada kita. Bahwa melalui salib Kristus, kita beroleh jalan untuk menghadap Tuhan dan memohon untuk mendapat pertolongan yang kita perlu -apapun itu- saat kita memerlukannya (Ibrani 4:16)
Salib Yesus merupakan bukti bahwa Allah peduli dan tidak pernah meninggalkan kita sendirian menghadapi segala tantangan, kesulian bahkan maut, baik dalam hidup yang sekarang maupun yang akan datang. Dalam salib, pengharapan kita telah dipampangkan tinggi-tinggi dan jika kita memandangnya serta percaya pada kuasa-Nya, kita akan selamat dari kekelaman yang hendak menelan kita. Seperti ular tembaga tempaan yang ditaruh Musa di atas tiang pada saat tulah menimpa dan yang memandangnya akan hidup, demikian pula yang melihat kepda Salib Kristus akan mendapat perpanjangan kehidupan (Bilangan 21:9; Yohanes 3:14-15).

Pada Salib ada pernyataan kasih Tuhan. Kasih yang nyata bahwa ada Satu Pribadi yang telah menjadi Jalan bagi kita, yang akan membawa kita pada Kebenaran yang berujung pada Hidup. Kasih Tuhan menjangkau kita, meyakinkan kita bahwa sepahit apapun keadaan yang kita alami di dunia ini, sefasik apapun perbuatan² yang kita lihat, atau serusak apapun suatu keadaan, Dia masih tetap Allah yang mengasihi kita dengan mengorbankan diri-Nya bagi kita demi keselamatan dan pemulihan jiwa kita. Karena kasih-Nya, kita akan dikuatkan menanggung segala perkara. 

Seperti yang dikatakan Paulus kepada jemaat Filipi : 

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (Filipi 4:13)

Kata "menanggung" dalam ayat itu memiliki arti "kuat" atau "memiliki kekuatan". Dan kekuatan itu adalah untuk menghadapi segala sesuatu yang terjadi atau harus dialami dalam hidup. 

Dan Kasih Kristus adalah yang memberikan kekuatan tiada tara bagi kita. Seperti Yakub yang melewati tujuh tahun kerja keras bagai beberapa hari saja (lihat Kejadian 29:20). Begitu pula Paulus ,yang karena kasih karunia Tuhan, bekerja keras bahkan lebih keras daripada semua rasul lainnya. 
Kekuatan cintalah yang membangkitkan kekuatan pengharapan di hati kita : 

Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah.
Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

Kasih Tuhan menjadikan pengharapan kita bangkit dalam suatu pengharapan yang pasti,  bukan sesuatu yang kosong dan mengecewakan. Karena kasih yang telah ditunjukkan dan dinyatakan di atas salib bagi kita, kita boleh yakin bahwa keadaan yang buruk ini suatu kali akan diubah menjadi baik karena Allah yang penuh kasih itu telah dan masih bekerja bagi pemulihan segala sesuatu. 

Di dalam kasih Tuhan, tidak ada yang negatif dan kelam. Kekelaman itu telah ditanggung Kristus, supaya kita beroleh kekuatan dari pengharapan pada Allah yang mengasihi dan peduli itu. 

Di saat² penuh tekanan karena sekeliling kita mengecewakan, ingatlah Tuhan. Ingatlah kasih-Nya. Ingatlah bahwa hidup kita hingga kini, ditopang oleh kasih Tuhan. Bahwa tarikan nafas kita sekarang ini juga karena kasih-Nya yang tak berkesudahan. Dan bahwa takdir masa depan kita yang menaruh harap pada-Nya pun aman dalam tangan kasih-Nya. TUHAN lah penghiburan terbesar kita. Pengharapan dan kekuatan kita. Ingatlah bahwa saat kita merenungi keadaan yang porak poranda di sekeliling kita, Ia memperhatikan kita dari takhta-Nya. Ia masih ada untuk kita. Untuk menyatakan kasih-Nya yang akan terus dialirkan-Nya bagai mata air yang tak pernah kering itu. 
Dalam keadaan yang paling gelap, saat Anda mempertanyakan kasih Tuhan, tanpa Anda sadari Anda masih sedang menikmati kasih-Nya yang masih memberikan hidup sampai detik itu dan yang masih memberikan kepastian hidup kekal bagi Anda melalui korban Kristus. 

Biarlah pikiran Anda terbuka bagi Tuhan dan akan kenyataan cinta Tuhan yang melampaui segala situasi dunia. 
Saat pikiran Anda dikuasai kebenaran akan kasih Tuhan itu, pengharapan akan segera merekah di hati Anda. 

Salam revival
Tuhan memberkati kita semua

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar