Skip to main content

TUHAN, BAGIANKU

Oleh : Peter B


"²⁴ “TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya."
(Ratapan 3:24)

Di saat segala sesuatu runtuh di sekitar kita, adalah suatu penghiburan yang besar jika kita menjadikan TUHAN sebagai bagian atau milik kita yang paling berharga. Perkataan Yeremia ini diilhami perkataan Tuhan sendiri dalam hal hubungannya dengan orang-orang Lewi : 

Tetapi kepada suku Lewi Musa tidak memberikan milik pusaka: TUHAN, Allah Israel, Dialah yang menjadi milik pusaka mereka, seperti yang dijanjikan-Nya kepada mereka.
Yosua 13:33 (TB)

"Imam-imam orang Lewi, seluruh suku Lewi, janganlah mendapat bagian milik pusaka bersama-sama orang Israel; dari korban api-apian kepada TUHAN dan apa yang menjadi milik-Nya harus mereka mendapat rezeki.
Janganlah ia mempunyai milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya; TUHANlah milik pusakanya, seperti yang dijanjikan-Nya kepadanya.
Ulangan 18:1-2 (TB)

TUHAN berfirman kepada Harun: "Di negeri mereka engkau tidak akan mendapat milik pusaka dan tidak akan beroleh bagian di tengah-tengah mereka; Akulah bagianmu dan milik pusakamu di tengah-tengah orang Israel.
Bilangan 18:20 (TB)

Sebagai ganti kaum Lewi tidak memperoleh bagian dari Tanah Kanaan sebagai milik suku mereka, TUHAN, Allah Israel, menyatakan secara khusus bahwa diri-Nyalah yang akan menjadi pengganti bagian warisan tanah yang tidak mereka dapatkan itu. Maksudnya, kaum Lewi beroleh kasih karunia berhubungan lebih intensif dan kesempatan yang lebih untuk intim dengan Tuhan oleh karena tugas dan panggilan hidup mereka yang sepenuhnya melayani di hadapan Tuhan. 

Dalam keadaan dunia yang sangat materialistis, memiliki Tuhan sebagai harta tampaknya bukan sesuatu yang berarti. Bahkan tidak sedikit yang mencemooh dan merendahkan orang-orang yang menyatakan tidak ingin menjadi kaya atau yang tidak mencari hidup nyaman dalam berbagai kemudahan. 

Tetapi bagaimana jika keadaan dunia tidak seperti itu? Bagaimana jika keadaan sekeliling kita mengalami kesukaran yang besar oleh karena suatu bencana atau pandemi seperti sekarang? 

Bagaimana jika suatu negeri mengalami peperangan, pembunuhan besar-besaran, kejahatan merajalela dan banyak orang terancam dan dapat kehilangan nywanya sewaktu-waktu? 

Bagaimana jika pada saat seperti itu, berapapun harta berupa uang, emas, permata tak lagi berguna karena tak dapat membeli atau ditukar dengan apapun juga?  

Dalam lingkup pribadi, ada kalanya seseorang dihadapkan suatu situasi krisis dan kritis. Entah kesehatannya yang merosot, menderita sakit tak dapat disembuhkan sekalipun ia memiliki uang untuk berobat ataupun karena keadaan rumah tangga yang sedang di ambang kehancuran. juga karena keadaan-keadaan lain yang bisa terjadi atas hidup manusia, yang tak mampu diselesaikan oleh apapun, siapapun, dengan cara apapun. Ketika seluruh harapan lenyap dan seluruh daya memudar... pada saat demikian, betapa beruntung dan berbahagia, mereka yang menjadikan Tuhan sebagai miliknya yang paling berharga.

Sesunguhnya tidak ada suatu apapun yang dapat dimiliki manusia yang lebih berharga dan lebih bernilai daripada Tuhan. Dia bukan hanya berharga, Dialah Pencipta segala yang dianggap berharga oleh manusia. Dia bukan sarana yang digunakan manusia untuk memuaskan atau memenuhi keinginan diri; Dialah sebenarnya kebutuhan terbesar manusia itu sendiri agar memperoleh hidup penuh kebahagiaan dan kesejahteraan. 

TUHANlah satu-satunya yang dapat menopang, yang paling sanggup menjadi penolong manusia ketika tidak ada satupun yang bisa diandalkan lagi. Selama masih ada Tuhan yang mengasihi kita, selalu ada harapan untuk keadaan kita yang terburuk sekalipun. Kepada Dialah ada kelegaan kita. 

Saat Yeremia menyadari bahwa ia masih memiliki Tuhan, dan Tuhan itu adalah miliknya yang paling berharga, maka ia kembali memiliki harapan!

"TUHAN adalah bagianku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya"

Dan ini bukan sesuatu angan-angan kosong semata. Telah banyak yang menjadi saksi mata, saksi pelaku bahkan saksi hidup yang dapat menyaksikan betapa Tuhan yang mereka andalkan, telah menjadi penolong, pelepas, penghibur, penyelamat, penopang, pelindung, pemelihara dan sumber segala keperluan mereka yang paling mendesak sekalipun. Daftarnya tak akan ada habisnya. Nuh yang selamat dari air bah. Abraham dan Sara yang mendapat anak di usia yang mustahil melahirkan anak. Yusuf yang tiba-tiba berubah nasibnya dari napi menjadi raja dalam sekejap. Musa yang membelah Laut Merah selagi dikejar pasukan Mesir. Manna dan burung puyuh setiap hari di padang gurun. Air yang memancar di bukit batu. Tembok Yerikho yang runtuh bagai kertas kardus. Goliat yang jatuh berdebam ditembus batu yang diumban Daud. Ini akan terus berlanjut sehingga bahkan jika digabungkan dengan kesaksian setiap orang yang telah menjadikan Tuhan sebagai harta dalam hidupnya, maka seluruh kitab di dunia ini tak dapat memuatnya. Terlalu banyak yang Tuhan perbuat dan kerjakan, kebaikan dalam setiap karya-Nya bagi kita ciptaan-Nya, lebih-lebih bagi umat yang dikasihi-Nya. Dan salib Kristus adalah bukti puncak dari kesemuanya. Dia memberikan yang paling berharga yang dapat Ia berikan. Nyawa Putra-Nya bagi kita. Supaya kita yang percaya tidak binasa tetapi mempunyai hidup kekal, hidup berkelimpahan, hidup baru, hidup yang seharusnya dimiliki oleh manusia sejak semula ia diciptakan.

Jika Tuhan menjadi bagian kita, kita sudah pasti menjadi orang yang beruntung. Kita tidak akan pernah kecewa, meskipun oleh dunia dianggap rugi. Kita justru merasakan berkat-berkat terbaik yang bisa diterima dan dialami dalam hidup ini. 

Berikut tulisan saya tahun 2004 (yang dapat dibaca selengkapnya di TUHAN ADALAH BAGIANKU :

Yang memiliki Allah tidak pernah kecewa

Sekarang, pernahkah Anda menemukan orang yang menjadi kecewa karena memiliki Allah? Hasil pengamatan saya menyimpulkan bahwa alasan kekecewaan terbesar dari seseorang kepada Allah bukan karena Allah sendiri melainkan karena keinginan pribadi orang tersebut yang tidak terpenuhi setelah ia meminta dan mengharap Allah mengabulkannya. Jelaslah di sini bahwa mereka yang berlaku demikian tidak mengikut serta mengasihi Tuhan sepenuh hati melainkan dengan syarat, dimana syarat tersebut sepenuhnya mementingkan keuntungan pribadinya sendiri. Orang yang menjadi kecewa kepada Allah sesungguhnya tidak ingin memiliki Allah, melainkan hanya menginginkan apa yang Allah dapat berikan kepada mereka. Mereka yang kecewa kepada Allah pada dasarnya kecewa karena Allah tidak dapat mereka manfaatkan untuk menguntungkan diri mereka sendiri.

Penelusuran saya pada Alkitab justru menemukan hal yang sebaliknya. Mereka yang sungguh-sungguh menginginkan Allah menjadi miliknya tidak pernah dikecewakan selama-lamanya. Tidak satu bagian pun dan tidak satu kisah pun dalam Kitab Suci yang menunjukkan tanda-tanda bahwa memiliki Tuhan itu berakhir pada kesedihan apalagi kekecewaan. Di antara hamba-hamba sejatinya, tidak sedikitpun ada gurat kekecewaan di wajah mereka saat mereka meninggalkan apapun –sekali lagi, apapun- yang mereka miliki bahkan yang paling mereka cintai demi memperoleh Tuhan. Bagi Abraham, memiliki Tuhan itu lebih berharga dibandingkan mempertahankan anak tunggalnya. (Lihat Kej.22:1-18) Dan dia tidak dikecewakan. Bagi Musa, mendapat bagian dalam kemegahan serta kemewahan Mesir tidak ada artinya dibandingkan mengikut Tuhan. (Lihat Ibr.11:24-26) Dan ia tidak pulang dengan sedih. Bagi suku Lewi, Tuhan itu harta pusaka mereka, lebih dari tanah dan ternak Kanaan.[iv] Dan mereka tidak rugi. Bagi Daud, sekalipun ayah dan ibunya meninggalkan dia namun Tuhan tetap menjadi bagian dan harta warisannya yang paling berharga (Lihat Maz. 27:10; 16:2,5). Bagi Daniel, pejabat Yahudi tertinggi di Babel, dan Yusuf Arimatea, seorang kaya yang memberikan kuburnya bagi Yesus, ya bagi mereka, memperoleh persekutuan dengan Tuhan melebihi harga diri dan jabatan mereka (Lihat Dan.6; Mat.27:57-59). Dan mereka dikenang selamanya. Bagi, Samuel dan Yeremia (Lihat 1 Sam.3; Yer.1:6-7), masa muda mereka kurang bernilai dibandingkan berjalan bersama Dia dan mendengarkan suaraNya. Dan mereka justru semakin dikuatkan di dalam Tuhan. Juga Stefanus, para rasul, dan jutaan martir lainnya telah sepakat bahwa memiliki Allah itu jauh melebihi kesakitan badani maupun nyawa mereka sendiri. Dan mereka disambut oleh Yesus sendiri. Tetapi pernyataan paling terkenal mengenai hal ini keluar dari mulut salah satu rasul paling diurapi sepanjang sejarah kekristenan. Rasul yang bernama Paulus ini dengan berani dan lantang menantang hati setiap orang Kristen di segala zaman yang mengaku sebagai pengikut Kristus dan yang telah menganggap diri telah mengasihi Tuhan. Inilah salah satu perkataan paling kuat di dalam Kitab Suci kita, “Tetapi bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan… apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” (Lihat Fil. 1:21; 3:7-8).

 Mereka semuanya telah menggenapi harga yang memang seharusnya dibayarkan untuk mengikut Kristus karena bukankah “barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku”? Dan bukankah untuk memiliki Kerajaan Surga itu seperti seorang yang menemukan harta terpendam di suatu ladang atau sebuah mutiara yang paling indah dimana akhirnya ia rela menjual seluruh harta miliknya untuk mendapatkan ladang atau mutiara nan berharga itu? (Lihat Mat. 13:44-46).

Rahasia terbesar dari apa yang menyebabkan mereka semua rela kehilangan seluruh miliknya yang lain, yang paling mereka cintai, dan hak mereka yang terbesar, demi memperoleh Tuhan adalah bahwa mereka menemukan kenyataan bahwa MENDAPATKAN TUHAN ITU MELEBIHI MENDAPATKAN SEGALA YANG ADA DI DUNIA. Bahkan segala harta kekayaan, kehormatan, kuasa, dan kemuliaan yang ada di dunia dikumpulkan menjadi satu sekalipun tidak dapat menandingi Tuhan. Memiliki Dia dan menjadi milikNya merupakan sesuatu yang tidak akan pernah sebanding dengan apapun jua. Di benak banyak orang Kristen sekarang ini masih tertanam pikiran bahwa mereka akan masuk surga dan menikmati kebahagiaan selamanya di sana. Tetapi tujuan kita lebih daripada surga. Apalah artinya surga apabila Tuhan tidak di sana? Surga indah karena di sana ada Tuhan yang sangat mengasihi kita.

Sayangnya, hingga zaman ini, sedikit orang saja –bahkan di antara orang-orang Kristen- yang sungguh-sungguh sadar akan hal ini. Keadaan gereja belakangan ini justru menunjukkan hal yang sebaliknya, dimana orang-orang datang menyembah dan beribadah kepada Tuhan di dalam nama Yesus tetapi mereka datang untuk memuaskan diri mereka sendiri, untuk mewujudkan maksud-maksud kedagingan mereka sendiri. Pada dasarnya mereka memanfaatkan Tuhan untuk menuruti kemauan mereka yang diperhamba oleh illah-illah dunia ini.

Yesus mengajar bahwa dengan menggunakan materi, harta di dunia, seseorang seharusnya mencari, mengusahakan dan mengumpulkan harta di sorga (lihat Lukas 16:9; Matius 6:19-21). Kebalikannya, pikiran untuk mencari Tuhan supaya beroleh harta dunia, berasal dari iblis. 

Pada saatnya orang-orang yang memegahkan kekuatan harta akan kecewa dan malu. Namun orang yang menjadikan Tuhan sebagai bagian hidupnya yang paling berharga akan tetap kuat menatap kehidupan seburuk apapun keadaannya. Bahkan ketika dunia sepenuhnya mengecewakan, mereka yang bagiannya adalah Tuhan, akan dihiburkan selama-lamanya saat berjumpa Tuhan muka dengan muka dalam kekekalan. 

Hari ini, apapun keadaan Anda dan betatapun kecewanya Anda melihat negeri kita yang dirundung kegelapan, pastikan Tuhan menjadi bagian Anda, harta kepunyaan Anda yang paling berharga, milik pusaka yang takkan pernah Anda lepaskan. Biarkan Dia menjadi penghiburan, kekuatan dan pengharapan Anda. Bersukacitalah karena Anda telah dimampukan untuk itu. 

Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,
namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.
Habakuk 3:17-19 (TB)

Siapa gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi.

Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.
Mazmur 73:25-26 (TB)

Salam revival.
Tuhan Yesus memberkati.

Comments

Popular posts from this blog

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

SIKAP DAN PANDANGAN KITA YANG SEHARUSNYA TERHADAP NUBUAT /PENGLIHATAN: MENANGGAPI PESAN PROFETIK YANG DISAMPAIKAN OLEH CINDY JACOB DI MEDIA SOSIAL

Oleh: Didit I. Beberapa hari ini saya mendapatkan kiriman cukup banyak dari rekan-rekan di media sosial tentang nubuatan dari Cindy Jacob terkait Bapak Ahok. Menanggapi pesan nubuatan dari Cindy Jacob yang disebarkan di media sosial tersebut, Tuhan menggerakkan saya untuk mengajak rekan-rekan dan seluruh umat Tuhan untuk bersama menguji pesan yang disampaikan oleh Cindy Jacob dan mencari kehendak Tuhan dalam pesan tersebut. Pesan profetik yang disampaikan oleh Cindy Jacob seperti gambar di bawah ini: Sesuai dengan 1Tesalonika 5:19-22, kita tidak boleh memandang rendah setiap nubuatan namun juga tidak boleh langsung menerimanya mentah-mentah, sebaliknya kita harus mengujinya. Ini berarti sikap kita terhadap setiap nubuatan/penglihatan adalah menampungnya untuk kemudian diuji sesuai dengan cara dan prinsip Firman Tuhan dan mencari maksud serta tujuan pesan nubuatan/penglihatan tersebut. Penting di sini untuk bersikap netral/tidak berprasangka terlebih dahulu terhadap setiap pesan nubuata