Oleh: Bpk. Peter B, M.A
"Jika ada pembusukan hati nurani, mimbar gereja (lambang dari para pemimpin rohani) bertanggung jawab atas itu. Jika masyarakat umum kehilangan ketajaman moral, mimbar gereja bertanggung jawab atas itu. Jika gereja menjadi merosot dan duniawi, mimbar gereja bertanggung jawab untuk itu. Jika dunia kehilangan ketertarikannya akan kekristenan, mimbar gereja bertanggung jawab atas itu. Jika politik bangsa kita menjadi sangat korup sehingga setiap dasar pemerintahan runtuh, mimbar bertanggung atas itu" ~Charles Finney, tokoh kebangunan rohani AS abad ke-19
Walaupun ada orang² yang tidak setuju dengan pernyataan di atas, saya sangat setuju dengan yang dikatakan Finney itu.
Sebab jika bukan gereja Tuhan (yang dipengaruhi dan digerakkan oleh para pemimpinnya) yang bertanggung jawab atas kemerosotan di dunia, siapa lagi?
Apakah Bapa kita di sorga? Yang merindukan setiap anak²Nya yang terhilang kembali pulang? (Luk. 15:20,32)
Apakah Yesus, yang rela menyeberang ke wilayah bukan Yahudi untuk menyelamatkan SATU JIWA gila di Gerasa (Luk. 8:26-39)? Yang bahkan memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan supaya siapapun yang mau percaya kepada-Nya beroleh hidup dan masa depan yang baru dan bahagia dalam kekekalan?
Apakah Roh Kudus? Yang diutus untuk menginsafkan orang² berdosa akan penghakiman Tuhan itu? (Yoh. 16:8-11)
Dan jika bukan Tuhan, ya Tuhan, yang merindukan setiap orang bertobat (2Pet.3:9, 1Tim. 2:3-4) yang bertanggung jawab atas kegelapan yang menguasai bumi ini, lalu siapa?
Bukankah kita dipanggil dan diutus menjadi "garam dunia" (Mat. 5:13), dimana melalui hidup kita dalam kuasa sorgawi mencegah pembusukan di mana²?
Tidakkah kita disebut sebagai "terang dunia" (Mat. 5:14), yang dipilih dan ditetapkan untuk menyiarkan terang Tuhan mengusir kegelapan dari dunia ini?
Tidakkah Tuhan mengijinkan setiap keadaan yang buruk dan menyedihkan di dunia ini demi menyentak kesadaran kita bahwa kita memerlukan Dia dan kasih karunia-Nya? Supaya kita terhenyak dalam realita bahwa kita sesat, rusak, hancur dan terhilang di dunia ini tanpa Dia? Yang tanpa jamahan-Nya atas hidup kita, atas keluarga kita, atas gereja kita, atas kota dan bangsa kita maka kita pastilah menuai petaka?
Bukankah apa yang kita lepaskan di bumi, dilepaskan di sorga? (Mat. 18:18)
Melalui pikiran, pikiran, perkataan dan perbuatan kita setiap hari, apakah yang sedang kita lepaskan atas dunia ini? Berkat Tuhan atau kutuk-Nya? Perkenan-Nya atau sakit hati-Nya? (Kej. 6:5-6)
Jadi, apakah kita bertanggung jawab?
Saya yakin, jauh di dasar hati kita sebagai orang percaya, kita tahu jawabannya.
Comments
Post a Comment