Skip to main content

PETUNJUK-PETUNJUK UNTUK SAAT TEDUH

Oleh : Peter B


…Allah bergaul karib dengan aku di dalam kemahku…
~ Ayub 29:4

Istilah Saat Teduh adalah ungkapan yang populer di kalangan umat Kristen. Ini merujuk pada suatu waktu khusus untuk menyendiri, berdoa dan membaca Alkitab atau renungan harian. Pertama kali saya mengetahui istilah ini adalah sekitar usia 7 tahun, sewaktu menemukan satu buku yang di sampulnya tertulis istilah itu : "Saat Teduh".  Rupanya itu sebuah renungan harian. Setahu saya, renungan harian dengan judul itu masih terbit hingga kini, meskipun sepertinya semakin sulit memperoleh atau membelinya dalam bentuk buku secara fisik karena perubahan zaman yang memasuki era digital ini. 

Setelah mengetahui istilah Saat Teduh tersebut, terus terang saja saya tetap tidak memahami maksudnya sampai kira-kira beberapa tahun kemudian. Waktu itu, ada yang menggunakan dan menerangkan istilah tersebut, yang saya tidak ingat lagi itu siapa. Dan sejauh yang saya ingat, pada waktu saya mengerti arti istilah itu, saya setidaknya sudah mulai membaca Alkitab secara rutin. 

Berkaitan dengan Saat Teduh, saya percaya, banyak anak Tuhan telah diajarkan dan diarahkan untuk mengembangkan kebiasaan ini. Saya pun melakukannya juga di awal-awal mengenal Tuhan. Saya biasanya menggunakan buku yang terbit setiap bulan, yang diterjemahkan dari renungan bahasa Inggris, buku renungan itu hingga kini disebut Our Daily Bread, yang di dalam bahasa Indonesia diberi judul Renungan Harian. Biasanya dari renungan harian itu, saya membaca ayat yang diberikan hari itu, lalu membaca ulasan di bawahnya. Saya melakukannya selama beberapa tahun, sampai saya sempat mengokeksi buku Renungan Harian hingga puluhan edisi, hasil membelinya secara rutin dan sempat berlangganan setiap bulan. Belakangan, saya juga membeli berbagai renungan harian lainnya. Saya sempat memborong beberapa renungan dari toko buku rohani untuk membandingkan renungan-renungan tersebut. Ada yang ditulis orang asing dan diterjemahkan bahasa Indonesia. Ada pula yang ditulis oleh orang-orang Kristen Indonesia sendiri. Ada juga renungan untuk kaum muda, untuk lansia, untuk pasangan suami istri, untuk para pengusaha dan profesional hingga  renungan harian bagi kaum pria dan kaum wanita secara khusus. Saya membaca semuanya itu, sampai kemudian beralih bersaat teduh dengan cara yang saya pilih serta kembangkan sendiri sesuai keadaan saya sehari-hari dan seturut takaran kebutuhan rohani saya waktu demi waktu.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan bersaat teduh dengan membaca renungan harian atau rencana baca Alkitab setiap hari. Semua metode dan cara memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada plus dan minusnya. Entah saat teduh itu dilakukan pagi, siang atau malam hari. Apakah itu dengan membaca Alkitab saja atau suatu renungan, Dengan didahului menyanyikan suatu lagu rohani atau berdoa dalam hati. Dilakukan sendirian atau bersama-sama keluarga atau komunitas rohani kita. Dengan membuat catatan atau hanya membaca dan merenungkan saja. Semuanya hanya soal cara dan teknik yang bisa jadi sangat membantu sebagian orang tetapi tidak efektif bagi yang lainnya. Itu karena setiap orang memiliki kondisinya sendiri. Entah itu yang terkait kondisi fisiknya maupun ritme kehidupannya setiap hari. Pendapat saya, tidak ada cara yang bisa sepenuhnya cocok dengan seseorang. Orang itu sendirilah yang harus mengembangkan suatu kebiasaan bersaat teduh yang berhasil guna bagi pertumbuhan rohaninya. Teknis bersaat teduh hanyalah urusan yang kurang penting dibandingkan hal-hal lain yang lebih utama. 

Jadi, metode atau cara bersaat teduh, bisa sangat bervariasi dan sangat kompleks macamnya. Lebih-lebih di era informasi yang sangat masif sekarang ini. Kita dengan mudah mendapatkan bahan apapun untuk merenungkan firman Tuhan. Secara online. Kemarin saya mencoba mencari Google Playstore dan mengetikkan kata kunci "devotional" (artinya renungan harian) dan saya menemukan sangat banyak aplikasi yang menyediakan renungan harian, baik dalam bahasa Inggris maupun bahasa Indonesia. Di antaranya bahkan ditulis oleh pendeta-pendeta ternama di dunia. Tidak hanya itu, ada pula program-program Alkitab yang juga menyediakan bukan saja berbagai versi Alkitab namun juga sekaligus beberapa renungan harian klasik dan abadi sepanjang zaman seperti renungan Charles Spurgeon dan Oswald Chambers. Ini masih belum ditambah tulisan atau artikel rohani sejenis renungan yang bertebaran dan diviralkan via Facebook, Whatsapp, Instagram, blog-blog rohani hingga video-video rekaman khotbah pendeta-pendeta Indonesia yang semakin menjamur di youtube. Dapat disimpulkan di sini, bahwa bahan serta waktu bersaat teduh tidak lagi menjadi problem pada masa kini karena semua materi itu bisa dibaca dan didownload secara online untuk dipelajari kapan saja. 

Bagi saya, agar saat teduh kita membawa hasil yang semestinya, yaitu kita beroleh berkat-berkat rohani yang murni dan sejati sehingga kita dibangun dan dikuatkan dalam persekutuan dengan Tuhan PERTAMA-TAMA TIDAKLAH DITENTUKAN OLEH TEKNIK, METODE MAUPUN BAHAN YANG KITA GUNAKAN DALAM BERSAAT TEDUH. Ada hal-hal lain yang lebih mendasar dan lebih utama yang harus kita siapkan dan miliki supaya saat teduh kita berdampak bagi kehidupan rohani kita. 

Untuk itu, inilah beberapa petunjuk penting sebelum dan selama kita bersaat teduh : 

1) Jangan  bersaat teduh sebagai suatu rutinitas atau kewajiban rohani semata.
Benar bahwa kita harus mendisiplin diri untuk menyediakan waktu berdoa dan merenungkan firman, namun itu semestinya lahir dari dorongan rasa rindu dan haus untuk mengenal Tuhan, untuk lebih dekat lagi dengan Dia serta dalam tujuan membangun hubungan yang makin erat dengan Tuhan. Kita harus menjauhkan diri melakukan suatu aktivtias rohani sekedar untuk menunaikan kewajiban sebagai orang yang beragama atau sebagai tanggung jawab moral supaya kita merasa dan dikenal menjadi orang baik dan rohani. Kebiasaan demikian, alih-alih membawa kita terhubung dengan Tuhan, malah akan mengembangkan dalam diri kita suatu sikap angkuh yang akan merasa lebih baik dari orang yang tidak melakukan seperti yang kita lakukan itu. Saat teduh bukan sesuatu yang kemudian kita bisa banggakan dan pamerkan bahwa kita telah melakukannya hari itu!

2) Sebelum bersaat teduh, siapkanlah suatu hati yang bertekad untuk mengenal Tuhan serta jalan-jalan-Nya dan bahkan lebih dari itu : menyediakan serta menyerahkan diri untuk melakukan petunjuk dan perintah Tuhan dalam hidup kita sehari-hari.
Banyak sekali yang bersaat teduh sekedar untuk menambah pengetahuan rohani atau melengkapi pembacaan Kitab Suci. Ini tidak akan banyak berguna. Menghafal ayat dan mengetahui detail-detail kecil setiap kisah Alkitab bukan tujuan kita membaca Alkitab. Kita merenungkan firman karena ingin mengenal Tuhan dan pribadi-Nya dan apa yang Ia inginkan atas hidup kita. Hati yang tidak siap menjadi pelaku firman, hanya akan sampai pada tahap puas diri rohani. Suatu kondisi yang tampaknya rohani tetapi tidak benar-benar rohani seperti yang diinginkan Tuhan. Semuanya hanya pengetahuan rohani yang dangkal tanpa benar-benar mengerti maksud dan kehendak Tuhan yang sesungguhnya. Sebagai contoh, semua orang tahu kita dipanggil hidup kudus tetapi tidak semua orang tahu mengapa Tuhan mencari kekudusan dan mengapa hidup kita harus kudus jika ingin berkenan di hadapan Tuhan serta kekudusan seperti apa yang Tuhan cari dalam hidup kita. Bertahun-tahun bersaat teduh namun hanya mengetahui hal itu-itu saja akan terasa seperti membuang waktu percuma. 

3) Apabila membaca suatu tulisan rohani atau semacam renungan harian untuk bersaat teduh, janganlah cepat merasa puas dan terburu-buru mengakhiri saat teduh Anda setelah membaca uraian yang disampaikan itu dan merasa telah paham penjelasannya
Merasa sudah menangkap di benak Anda akan maksud pesan rohani yang Anda baca bukan berarti saat teduh sudah sampai di tahap akhir. Sama sekali belum. Jika perlu, Anda harus membacanya ulang beberapa kali lagi. Lalu dari uraian-uraian tersebut, Anda dapat merinci apa yang Anda rasa masih kurang atau belum dibahas dari ulasan tersebut. Dari sana, Anda selanjutnya bisa menulis pertanyaan-pertanyaan perenungan tambahan, yang belum dijawab atau dijelaskan dari bacaan Anda itu. Ini juga berlaku ketika Anda bersaat teduh dengan membaca ayat-ayat Alkitab yang Anda pilih atau yang ditentukan oleh jadwal rencana baca Alkitab pada hari itu.  Anda tidak boleh cepat merasa telah memahami ayat-ayat tersebut. Anda harus merenungkannya lebih lagi atau setidaknya membuat rencana-rencana selanjutnya untuk mencari tahu makna dari ayat yang Anda baca tersebut. 

4) Salah satu tujuan utama mengambil waktu merenung adalah memohon hikmat Tuhan untuk mengetahui bagaimana mempraktekkan firman atau nasihat rohani yang kita baca ke dalam aktivitas sehari-hari kita. Khususnya yang berkaitan dengan identitas, pekerjaan, profesi dan masalah-masalah yang kita hadapi secara nyata di keseharian kita. Tanpa kita sampai pada titik ini, saat teduh kita hanya akan menjadi aktivitas agamawi yang tidak banyak gunanya bagi kehidupan kita di hadapan Tuhan.
Tuhan memanggil kita menjadi pelaku-pelaku firman (Matius 7:24-27; Yakobus 1:22-25). Bukan hanya pendengar, pemirsa, dan penyimak Dan -yang tidak akan banyak manfaatnya. Kebiasaan sekedar menyimak penjelasan bukan tidak mungkin lebih membawa dampak kerusakan rohani daripada pemulihan dan pertumbuhan rohani. Itu sebabnya kita harus belajar mendisiplin diri kita merenungkan firman HINGGA TUNTAS. Maksudnya, HINGGA KITA MELIHAT HUBUNGAN FIRMAN YANG KITA BACA ITU DENGAN KEHIDUPAN DAN PERMASALAHAN KITA SEHARI-HARI, SAMPAI KITA MELIHAT DENGAN JELAS DAN MENGERTI BAGAIMANA MENERAPKANNYA DALAM SITUASI KEHIDUPAN KITA PRIBADI MAUPUN DALAM KEHIDUPAN BERSAMA SEBAGAI SATU KOMUNITAS (misalnya gereja) ATAU LINGKUNGAN MASYARAKAT SEKITAR DAN SEBAGAI WARGA BANGSA. Tanpa kejelasan bagaimana mewujudkan firman dalam praktek nyata, semua firman Tuhan yang kita baca dan pelajari akan berakhir sebagai teori-teori yang indah dibaca dan didengar tapi tidak bermanfaat mengubah hidup kita atau memperdalam hubungan kita selagi berjalan dengan Tuhan setiap harinya. 

5) Kumpulkanlah berbagai pertanyaan yang muncul dari perenungan akan jalan-jalan Tuhan dan penerapannya dalam kehidupan. Jangan segan untuk mencari jawabannya di kemudian hari, menanyakan atau mendiskusikannya di berbagai kesempatan dan forum seperti kelompok sel maupun grup-grup media sosial
Saya melihat karena cukup jarang ada anak Tuhan yang bersaat teduh hingga merenungkan lebih jauh bagaimana firman Tuhan itu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, tidak heran banyak yang terjangkiti penyakit puas diri rohani yang indikasinya antara lain : 

   • cukup senang dengan membaca broadcast atau pesan-pesan rohani uang berisi pesan yang baik dan indah lalu mengaminkannya, sambil kemudian merasa telah cukup paham dan diberkati dengan membacanya (padahal Yesus berkata, yang diberkati adalah mereka yang mendengar firman lalu melakukannya dalam hidup sehari-hari!)

   • tidak pernah bertanya lebih lanjut akan bahan-bahan pengajaran yang diterimanya, jarang mau berdiskusi, dan merasa nyaman dengan sekedar menjadi penyimak dan pemirsa di grup-grup rohani media sosial

   • tidak banyak yang mencari tahu apalagi meresponi lebih lanjut akan apa yang Tuhan pikirkan dan kehendaki dari situasi-situasi yang terjadi di tengah-tengah kita. Inilah kesuaman dan keacuh tak acuhan rohani yang sesungguhnya menjadikan Tuhan muak dan jemu melihat semua itu. 

Mereka yang benar-benar merenungkan firman Tuhan, cepat atau lambat pastilah menemukan hal-hal yang belum jelas atau setidaknya ingin diketahuinya lebih lanjut. Itu karena  dengan demikian ia rindu hidupnya boleh dipadankan dengan kehendak Tuhan yang sempurna. Dari rasa lapar dan haus akan kebenaran, puas diri rohani ditinggalkan digantikan pertanyaan-pertanyaan yang mencari lebih dalam akan maksud hati Tuhan. 

Ketiadaan pertanyaan lebih lanjut akan praktek-praktek firman Tuhan dalam hidup kita, secara tidak langsung,  sebenarnya menunjukkan tanda-tanda yang sebaliknya dari yang Tuhan cari dan rindukan. 
Bukankah Tuhan ingin kita mengetahui bukan saja hal mana yang kehendak-Nya dan yang mana yang bukan kehendak-Nya tetapi Ia ingin supaya kita juga mampu membedakan mana saja kehendak-Nya yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (lihat Roma 12:3)? 
Jadi, mengapa kita puas dengan kedangkalan dan kekurangjelasan akan kehendak-Nya?

6) Evaluasilah saat teduh Anda dengan memastikan ada pengertian, pemahaman, pengenalan yang baru dan segar, yang membangkitkan suatu rasa takut dan hormat akan Tuhan. Juga, pastikanlah apakah iman, pengharapan dan kasih Anda diperbaharui dan ditingkatkan melalui saat teduh hari itu
Setiap ibadah kita, sepribadi dan sesederhana apapun sifatnya,  seharusnya berdampak bagi hubungan kita dengan Tuhan. Hari demi hari, jika kita mengadakan waktu menjalin hubungan dengn cara yang benar, ada berkat rohani dan sorgawi yang besar dianugerahkan pada kita. Itulah yang disebut bertumbuh dalam kasih karunia. Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun, jika kita sungguh terhubung dan bergaul dengan Tuhan maka kita akan menuai hasilnya : suatu hubungan yang erat, dekat, mendalam dan makin manis dengan Tuhan. Lebih daripada itu, indera-indera rohani kita makin peka akan kehadiran, keberadaan dan suara-Nya. Kitapun dibawa makin paham akan pikiran, isi hati dan rancangan-rancangan-Nya atas banyak hal. Di antaranya termasuk rencana Tuhan atas kehidupan kita secara pribadi. Inilah buah-buah pertama dari pergaulan dengan Tuhan. Yang akan segera berlipatganda menjadi buah-buah yang lebat seiring kerelaan, ketaatan dan penyerahan kita mengikuti kehendak pimpinan-Nya di hidup kita. 

7) Saat teduh terbaik adalah saat teduh dalam hati yang dilakukan sepanjang hari, sebagai suatu gaya hidup yang sepenuhnya tertuju pada Tuhan. Terus menerus menghubungkan diri dengan keberadaan Tuhan, berusaha membuka komunikasi secara konstan dengan Tuhan sehingga dimanapun berada, kita menghubungkan setiap peristiwa di hidup kita dengan kebenaran-kebenaran firman.
Sejak Taurat diberikan, umat Tuhan diperintahkan untuk menjadikan Taurat bagian hidup mereka sehari-hari : menjadi bahan pembicaraan mereka, bahan pertimbangan dan keputusan mereka, sebagai prinsip-prinsip yang jadi pedoman hidup mereka, sebagai dasar nasihat dan didikan bagi anak mereka sampai seluruh cara hidup mereka selalu dihubungkan dengan hukum-hukum Tuhan (lihat Ulangan 6:4-9). Begitu pula dipesankan supaya kita merenungkan firman Tuhan siang malam serta sepanjang hari (lihat Yosua 1:8; Mazmur 1:1-3; 119:97). Semuanya adalah gambaran bahwa kehidupan kita sehari-hari sesungguhnya dikehendaki Tuhan untuk selalu menyatu dengan keseluruhan ketetapan dan kehendak Tuhan. 

Bagaimana kita melakukan yang semacam itu? 

Dengan senantiasa mengarahkan atau menujukan hati kepada kebenaran-kebenaran dari Tuhan setiap waktuSetiap momen di hidup kita, entah kita sedang bertemu dengan rekan bisnis, sedang menyimak suatu presentasi, sedang menikmati keindahan tempat wisata, sedang menonton acara televisi atau sedang berkendaraan di jalan melihat kondisi sekeliling yang terjadi di sepanjang perjalanan - pikiran kita bisa dikondisikan untuk tertuju pada Tuhan, untuk menerima hikmat-Nya yang dititipkan di pikiran kita, supaya manusia batin kita dihubungkan dengan setiap kebenaran firman yang pernah kita baca dan renungkan sebelumnya.
Inilah sesungguhnya rahasia keberhasilan dan kekuatan para pahlawan iman, para raksasa rohani, hamba-hamba dan sahabat-sahabat sejati Tuhan. Mereka berjalan bersama dengan Tuhan setiap waktu. Hidup mereka telah disediakan dan diserahkan untuk mengiring, untuk melayani, untuk taat melakukan kehendak Tuhan, tak mau terpisahkan dengan Tuhan. 
Tidak heran apabila kemudian mereka menjadi pribadi-pribadi yang mengenal kehendak, tujuan, serta rencana Tuhan,  baik dalam hidup mereka secara secara pribadi maupun rahasia-rahasia ilahi lainnya. Mereka tak lagi mendasarkan hidup hanya pada yang terlihat tetapi terutama pada yang tak terlihat (2 Korintus 4:17-18). Mereka tak lagi bergantung kepada waktu-waktu khusus untuk terhubung dan berkomuinikasi dengan Tuhan karena hati mereka terbuka sepenuhnya untuk menerima bimbingan bahkan pewahyuan-pewahyuan yang segar dari Tuhan. Roh Kuduslah yang memimpin mereka yang bersedia dan rela dituntun pada segala kebenaran. Bagi yang seperti ini, sepanjang hari adalah saat teduh, sebab mereka telah menyandarkan hidup mereka pada Tuhan. Mereka beroleh ketenangan dan perhentian dalam persekutuan yang hidup lagi manis dengan Kekasih Jiwa nan agung itu. 

Akhir kata, marilah kita menggunakan waktu dan sumber daya yang ada untuk apa yang perlu untuk rohani kita, untuk apa yang berguna bagi hubungan kita dengan Tuhan. Sebab jika tidak demikian, kita hanya akan menggenapkan kehidupan agamawi yang palsu dan menipu diri belaka. 


Kuingin berada di tempat-Mu ada
Berdiam dalam hadirat-Mu
Berpesta di meja-Mu
Dikelilingi kemuliaan-Mu
Di hadirat-Mu
Di sanalah aku ingin tinggal
Aku ingin, aku rindu
Bersama-Mu selalu
~ Don Moen

Tetapi aku, aku suka dekat pada Allah;
~ Mazmur 73:28

Salam revival
Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar