Skip to main content

MENUMBUHKAN PENGHARAPAN KEPADA KRISTUS

Oleh Peter B. 

Menanggapi pertanyan, bagaimana menumbuhkan pengharapan berlimpah, pandangan saya sederhana saja. 
Itu ada dalam 

2 Korintus 4:16-18 

16 Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.
17 Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami.
18 Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

Kita pribadi termasuk seluruh jemaat harus diajar : 

1) mengalami pembaruan (atau pertumbuhan) rohani setiap harinya

2) memandang penderitaan mengikut Kristus itu ringan (jangan justru ikut Kristus biar tidak menderita. Kalau alasannya itu, pasti harapan segera hancur, tenggelam dalam kekecewaan yang dalam karena ternyata ikut Kristus itu ada bahkan banyak penderitaannya) 

3) belajar memperhatikan (melihat dan mengamati terus menerus) apa yang tak terlihat, yaitu Tuhan, pekerjaan Tuhan, pelayan² sorgawi berupa malaikat dan segala perkara rohani yang Tuhan sediakan dan limpahkan pada kita hari demi hari (jangan justru jemaat dibawa mengandalkan uang, koneksi, pendeta, doktrin, atau rutinitas ibadah semata). 

Dalam pengalaman yang sifatnya pribadi dengan Tuhan khususnya merasakan dan mengalami sendiri penyertaan dan pertolongan Tuhan, mengenal suara-Nya dan kehadiran-Nya dalam hidup kita, maka pengharapan kita akan kelepasan dan kemenangan akhir dalam kemuliaan tidak akan pernah pupus. Apapun yang kita alami, suatu saat kelak, jika kita mau taat dan setia mengikut Dia pasti akan dibawa pada suatu tempat tujuan atau keadan yang baik dan mulia, entah di bumi sekarang ini maupun di sorga kelak. 

Pengharapan digambarkan sebagai ketopong yang melindungi kepala kita. Itu berarti pikiran kita harus dipenuhi dan diisi dengan apa yang ada di sorga, bukan yang di bumi. Pikiran kita harus tertuju selalu pada hal² yang kekal, bukan yang fana. Memikirkan dan mengejar keadaan kita di waktu² setelah hidup di bumi ini daripada fokus pada yang sekarang. 

Jadi selama gambaran tentang sorga dan Pemilik/Penguasa sorga itu kabur, maka pengharapan kita pun pudar dan runtuh. Akibatnya keputusasaan menyerang dan mengeringkan tulang² kita, membuat hidup dicengkeram ketakutan dan kengerian, penuh penderitaan dan kegelisahan. 

Ketentraman yang besar lahir dari hubungan kita yang erat dan dekat dengan Tuhan, sehingga walau kita masih jauh dari sorga, kita tahu dan mengenal Penguasa sorga itu, yang juga telah berjanji menyediakan tempat bagi kita di sana.

Dalam pengharapan seperti itulah hati kita senantiasa dikuatkan, tabah, mantap dan tidak lemah atau takut menghadapi apapun sepanjang perjalanan di dunia ini. Bahkan ketika kita tidak memiliki tempat atau tidak ada lagi uang dapat menolong kita di dunia, kita akan mendapatkan tempat yang permai di sorga. Semua penderitaan yang kita tanggung ini kecil dan sama sekali tidak seberapa dibandingkan kemuliaan yang akan kita terima jika kita setia sampai kesudahannya. 


Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.
Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita.
sebab hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat 
tetapi hati kami tabah, dan terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk menetap pada Tuhan.

2 Korintus 5:1, 4-5, 7-8



Semoga menjadi berkat…. 🙏🙏🏼🙏🏻

Comments

Popular posts from this blog

BERDOA PADA YESUS, MUNGKINKAH DIJAWAB OKNUM LAIN?

Oleh: Peter B, MA Dalam Galatia 1:6-9, rasul Paulus menulis, "Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain , yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda   dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia." Dengan jelas disampaikan oleh rasul Paulus bahwa ada injil lain yang berbeda dengan yang diajarkannya, suatu injil yang ujung-ujungnya mengacaukan jemaat dan yang memutarbalikkan injil Kristus.  Dalam bagian lain, sang rasul kembali menulis pesan yang hampir sama:  2 Korintus 11:...

HIKMAT DAN KUTIPAN

KEMANAKAH SEHARUSNYA SAYA MEMBERIKAN PERPULUHAN ?

Oleh Tjia Timotius SEKAPUR SIRIH Suatu kali ketika saya sedang melayani ke Balikpapan, seorang usahawan Kristen bertanya kepada saya “Pak, apakah perpuluhan itu harus diberikan kepada gereja lokal tempat saya beribadah?”. Ya mungkin inlah pertanyaan yang ada dalam benak banyak anak-anak Tuhan. “Haruskah perpuluhan diberikan kepada gereja lokal tempat kita berbakti?” Tentu saja jawaban pertayaan di atas bisa bersama tergantung siapa yang menjawabnya. Kebanyakan pendeta gembala sidang di kota pasti dengan senang hati akan menjawab “Ya, harus!” karena mereka berkepentingan dengan penggunaannya, tetapi pendeta desa atau penginjil keliling mungkin mempunyai jawaban yang berbeda “Tidak harus!” karena masing-masing mempunyai sudut pandang dan kepentingan yang berbeda. Seorang usahawan Kristen pernah berkata “perpuluhan adalah ajaran hukum Taurat sedangkan kita saat ini telah dipanggil masuk dalam hukum Kasih Karunia, jadi sudah seharusnya kita pun meninggalkan ajaran perpuluhan!” jadi mana ya...