Skip to main content

Esensi atau Intisari dari Roh Nubuat


 Oleh MICHAEL BROWN
 15 November 2020

 Ada fokus yang luar biasa pada pesan-pesan profetik hari ini.  Apakah para nabi kharismatik benar-benar memprediksi kemenangan Trump pada 2016, bahkan sebelum dia mengumumkan pencalonannya ke Gedung Putih?  Haruskah nabi-nabi ini dipercaya hari ini ketika, pada hakikatnya, mereka meyakinkan kita bahwa Trump benar-benar memenangkan pemilu 2020 dan bahwa hasil akhir akan membuktikannya?  Dan di luar pertanyaan spesifik ini, apa sebenarnya tujuan utama dari nubuatan?

 Pertanyaan terakhir inilah yang ingin saya fokuskan - dan saya akan bahas selanjutnya dalam artikel ini - tetapi penting bagi kita untuk mengklarifikasi beberapa hal terlebih dahulu.

 Anda Tidak Dapat Menambah Apa Yang Sudah Ada di Alkitab
 Untuk lebih jelasnya, tidak ada di antara kita yang percaya pelayanan kenabian hari ini  percaya bahwa ada siapa saja yang dapat menambahkan suatu pesan ke dalam Alkitab.  Hapuskan pikiran itu.  Itu adalah kesesatan pada tingkatan tertinggi.  Siapapun yang membuat klaim seperti itu atau ingin perkataannya diterima di tingkat sebagaimana Alkitab harus ditolak terang-terangan dengan tegas.

 Alkitab berdiri sendiri sebagai Firman Tuhan - Firman dari Tuhan - dan hanya itu saja panduan sempurna kita untuk keselamatan dan kehidupan yang saleh.

 Tetapi itu tidak berarti bahwa Roh Kudus tidak lagi berbicara.  Bagaimana mungkin itu bisa?  Kitab Suci memiliki fungsi yang unik dan tak tergantikan.  Tidak ada yang sebanding dengan peran Alkitab. Pada saat yang sama, kita memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan yang personal, dan Yesus sendiri berkata bahwa kita, domba-domba-Nya, mendengar suara-Nya (lihat Yohanes 10:27; dalam bahasa Yunani berbicara tentang hal mendengar dan taat secara aktif dan berkelanjutan).

 Roh Kudus mungkin mengarahkan kita untuk menjalani karir tertentu.  Atau untuk mulai mengusahakan suatu pelayanan.  Atau untuk membangkitkan iman kita di masa-masa yang gelap.  Bagaimana hal itu bisa disejajarkan dengan Kitab Suci?

 Tapi Roh memang berbicara…

 Dengan cara yang sama, Roh terus berbicara kepada kita melalui orang-orang yang memiliki karunia nubuat.

 Tapi perhatikan ini dengan jelas: Para nabi bukanlah peramal yang dikuduskan atau dimuliakan.  Peran mereka bukan untuk memberi kita informasi abstrak tentang hari esok.  Sebaliknya, jika mereka memberi kita informasi tentang hari esok, akan selalu ada alasan praktis untuk itu.
 Itu bisa untuk mempersiapkan kita untuk masa-masa sulit (lihat Lukas 22: 31-32; Kisah Para Rasul 11: 27-30; 20: 22-24).  Bisa untuk membangun iman kita, membantu kita bertahan sampai jawaban yang diharapkan tiba (lihat Kisah Para Rasul 27 dan peran Paulus selama kapal karam).  Bisa jadi untuk membawa sesuatu yang tidak terduga ke perhatian kita, yang membuat kita mengubah langkah atau tindakan yang sebelumnya telah direncanakan (lihat Kisah Para Rasul 16: 6-10).

 *Perkataan Nubuat Terkait Trump* 
 Dalam hal Trump, mungkin saja, karena dia adalah kandidat yang tidak diunggulkan, Tuhan mengungkapkan kepada sejumlah pelayan profetik bahwa dia akan dipakai untuk melakukan apa yang baik bagi Amerika dan Israel. 

 Dengan cara yang sama, mungkin saja para pelayan profetik yang sama ini telah mendeklarasikan bahwa Trump akan menjalani masa jabatan kedua berturut-turut karena adanya upaya besar-besaran untuk mencurangi pemilihan darinya.  Para nabi kemudian akan berkata, “Jangan berkecil hati!  Itu (kemenangan Trump) pasti terjadi."

 ATAU… MEREKA BISA SAJA SALAH.   MEREKA SEMUA.  Itu pernah terjadi sebelumnya.  (Perhatikan catatan yang mencolok dalam 1 Raja-raja 22, di mana semua nabi raja memberikan nubuatan patriotik yang memenangkan raja. Hanya satu orang di luar nabi-nabi itu yang memiliki pesan yang sebenarnya, dan itu bukan kabar baik)

 Tetapi sebelum Anda mengambil batu untuk melempari mereka dengan batu (ya, saya berbicara secara metaforis), mari kita tunggu sampai keputusan akhir diberikan.


 Politik dan Nubuat
 Bagaimanapun, apakah mereka benar atau salah (beberapa dari mereka adalah kolega dan teman saya), ada beberapa hal yang dapat kita katakan dengan pasti.

 Pertama, bernubuat mengenai hasil politik bukanlah tujuan utama dari nubuatan.  Sebaliknya, seperti yang diterjemahkan dalam NLT, “Inti dari nubuatan adalah memberikan kesaksian yang jelas bagi Yesus” (Wahyu 19:10).  Pada akhirnya, Dialah yang harus menjadi pusat dari segala sesuatu.

 Kedua, Gereja tidak dipimpin oleh para nabi.  Mereka tidak memberikan arahan secara nasional atau internasional kepada Tubuh Kristus.  Mereka adalah sesama rekan pelayan Tuhan, bersama-sama dengan yang lain memiliki karunia-karunia rohani dan dipanggil dalam pelayanan.  Itulah mengapa tidak tepat bagi para nabi masa kini untuk menunjuk ke 2 Tawarikh 20:20 (di mana raja Israel memberi tahu orang-orang untuk mempercayai perkataan profetik tertentu), dan memberi tahu orang-orang hari ini, "Percayalah perkataan kami!"

 Ketiga, perkataan para nabi masa kini harus diuji dan dievaluasi (1 Korintus 14:29; 1 Tesalonika 5: 19-21), karena menurut Paulus, “kita bernubuat dengan tidak lengkap atau hanya sebagian saja” (1 Korintus 13: 9).  Ditambah, di era Perjanjian Baru ini, setiap orang percaya memiliki potensi untuk bernubuat (Kisah Para Rasul 2: 17-18; 1 Korintus 14:39).  Itulah mengapa kita tidak melempari mereka dengan batu sampai mati jika mereka melakukan kesalahan, seperti yang diperintahkan di zaman Perjanjian Lama.  Tapi itu juga menjadi sebab mengapa kita tidak menitipkan pada mereka otoritas yang sama yang diberikan kepada nabi Perjanjian Lama.

 Jadi, untuk setiap nabi masa kini yang ingin berbicara dengan otoritas Perjanjian Lama: ingatlah hukuman yang diberikan apabila mereka keliru menyampaikan suatu nubuat.

 Keempat, dan yang paling penting, salah satu fungsi utama para nabi adalah untuk menyingkapkan penyembahan berhala dan memperingatkan supaya kita tidak dipimpin oleh kedagingan. Hanya Tuhan yang harus disembah!

 Kita benar-benar melihat ini di Wahyu 19:10, di mana Yohanes, penulis kitab itu, hendak menyembah malaikat yang telah berbicara dengannya: “Lalu aku tersungkur di kakinya untuk menyembah dia, tetapi dia berkata kepadaku,  'Kamu tidak boleh melakukan itu!  Aku adalah juga hamba sepertimu  dan saudara-saudaramu yang memegang kesaksian tentang Yesus.  Sembahlah Tuhan. 'Karena kesaksian Yesus adalah roh nubuat ”(ESV).

 Makhluk malaikat yang perkasa dan menakjubkan ini memberi tahu Yohanes, "Jangan sembah aku!  Aku adalah hamba Tuhan sama seperti dirimu.  Sembah Dia saja!  Tujuan akhir dari roh profetik - Roh yang mengilhamimu untuk menulis kitab Wahyu ini - adalah untuk bersaksi tentang Yesus.  Semua mata tertuju pada Dia!"

Terlalu Banyak Untuk Trump, Tidak Cukup Untuk Yesus?
 Sejauh para nabi-nabi modern ini tidak secara konsisten menyingkapkan adanya kepercayaan berlebihan kita pada Trump sebagai semacam mesias politik, maka mereka telah gagal membawa pesan Tuhan yang utuh.  Itu adalah kesalahan serius yang harus diatasi.

 Dan, dengan seluruh keterusterangan, tidak masuk akal bagi saya bahwa, dalam aliran besar-besaran pernyataan profetik yang pro-Trump, ada begitu sedikit peringatan tentang kepercayaan yang serupa penyembahan berhala pada seseorang yang sangat kuat tetapi juga sangat banyak memiliki kekurangan.  Sedihnya, ada sesuatu yang hilang.

 Kita sering meneriakkan MAGA (Make America Great Again) lebih keras daripada saat kita memberitakan Injil, dan terkadang kita berfokus pada Trump sama seperti kita berfokus pada Yesus (dalam beberapa kasus, bahkan lebih).  Dimanakah semua peringatan profetik tentang ini?

 Jadi, apakah ramalan Trump terbukti benar untuk pemilu 2020 atau tidak, jelas bahwa kita harus melakukan bersih-bersih serius di rumah kita (maksudnya gereja).

Diterjemahkan secara bebas dari 

Comments

  1. Amin...sebab hanya Yesus Kristus itulah pokok pujian dan penyembahan. Tidak ada yang lain baik di bumi baik di langit. Haleluya....

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar