Oleh : Peter B, MA
Kuimpikan suatu Natal yang putih bersalju
Seperti yang selalu kukenang
Ketika pucuk pohon berkilau-kilauan
Dan para bocah mendengar
Bunyi lonceng kereta di atas salju
Kuimpikan suatu Natal yang putih bersalju
Di setiap kartu Natal yang kutulis
Kiranya hari-harimu ceria dan cerah
Dan semua Natalmu dihiasi salju
Kalimat-kalimat di atas adalah terjemahan salah satu lagu paling dikenal dan dicintai di dunia mengenai Natal. Ditulis oleh seseorang yang disebut sebagai satu dari penulis lagu terbesar Amerika sepanjang masa, Irving Berlin dan dinyanyikan oleh salah satu penyanyi yang paling dicari di masanya, Bing Crosby, lagu yang diberi judul "White Christmas" ini telah menjadi suatu lagu yang paling banyak dinyanyikan ulang, paling sering direkam dan mencapai penjualan tertinggi lagu Natal sepanjang masa dalam sejarah musik dunia.
Hampir tidak ada yang tidak tahu lagu White Christmas yang masih dinyanyikan hingga sekarang sejak diciptakan 80 tahun yang lalu itu.
Tapi tahukah Anda apa sesungguhnya yang tersirat di balik lagu Natal paling dikenang itu?
Pertama-tama, adakah yang memperhatikan bahwa dalam syair-syair lagu itu tidak disebutkan tentang Yesus Kristus sama sekali?
Juga, tahukah Anda bahwa yang digambarkan sebagai Christmas atau Natal di lagu favorit orang-orang sementara mereka merayakan Natal itu adalah suatu suasana penuh kenangan manis selama musim dingin di negara-negara Barat yang menjadi tradisi tahunan di sana?
Sadarkah kita bahwa yang ditulis dalam lagu yang paling sering dinyanyikan pada saat Natal di Amerika dan negara-negara Barat lainnya ternyata sama sekali tidak menggambarkan Natal pertama, yaitu kelahiran Yesus Kristus di Betlehem ribuan tahun lalu itu?
Saya mencoba mencari tahu mengapa tidak ada "unsur kekristenan" dalam lagu Natal ini. Dan saya menemukan bahwa penulisnya adalah seorang agnostik Yahudi! Itulah sebabnya tidak ada Tuhan disebut dalam gubahannya. Ia tidak mengenal Yesus. Ia tidak yakin akan Kristus. Ia tidak peduli apakah Mesias akan datang atau tidak.
TAPI…… ia telah menulis lagu Natal paling disukai. Jelas sekali, IA MERAYAKAN NATAL NAMUN TANPA KRISTUS DI DALAM PERAYAAN ITU dan dunia setuju dengannya!
Dan kini, itu masih sama seperti puluhan tahun yang lalu, dunia (dan barangkali gereja) masih merayakan Natal tanpa Kristus. Natal bisa semarak, megah, ramai, heboh, meriah, indah bahkan penuh kenangan tanpa Kristus disebut atau diingat sama sekali.
Percayalah. Dunia sudah melakukannya ribuan kali dan masih melakukannya dengan segala kegemerlapannya hingga di tahun ke-20 abad ini.
Perayaan Natal telah menjadi tradisi di seluruh dunia dan gereja. Ibadah. Lilin. Malam Kudus. Atraksi. Konsumsi. Makan-makan. Anjangsana. Baju baru. Pertunjukan. Dekorasi. Kemeriahan akhir tahun. Liburan. Kumpul keluarga. Bahkan ada yang membawanya ke tingkat ekstrem : pesta pora, hura-hura, bermabuk-mabukan.
Natal adalah hari raya. Hari peringatan dunia. Berbagai pihak merayakan dan bersenang-senang selama masa-masa ini.
Namun, seberapa banyak yang benar-benar ingat dan paham bahwa Natal adalah peristiwa kedatangan Allah menjadi manusia demi misi penyelamatan jiwa dan pemulihan hubungan antara manusia dengan Allah?
Seberapa banyak yang menyadari bahwa bayi Yesuslah yang dirayakan dalam Natal, seorang Juruselamat yang lahir di Kota Daud, yang akan mengubah sejarah dunia dengan mengubah banyak manusia menjadi ciptaan yang baru yang dipanggil hidup bagi tujuan dan rencana Allah?
Apa dan siapakah yang sesungguhnya kita rayakan dalam Natal di tahun demi tahun yang telah kita lewati? Tradisikah? Kegembiraankah? Ibadah spesialkah? Sensasi dan suasana yang lebih gegap gempita? Dan kita masih akan mengulanginya dengan lebih penuh sensasi di tahun berikutnya???
Natal seharusnya adalah kenang-kenangan akan Kristus. Tentang Allah yang meninggalkan tahta keilahian-Nya, mengosongkan diri-Nya demi mengambil rupa manusia, menjadi hamba untuk dapat menjangkau dan melayani manusia, bahkan rela menjadi korban penebusan bagi keselamatan dunia. Jika kita tidak mengenang itu, kita sedang merayakan Natal tanpa Pribadi yang membuat Natal itu ada dan dirayakan. Itu akan menjadi sesuatu yang absurd, di luar nalar, aneh. Perayaan halusinasi, khayalan, kosong dan bodoh. Sebab dimanakah ada perayaan kemenangan tanpa kemenangan itu sendiri? Mungkinkah merayakan prestasi tanpa suatu prestasi diraih? Tidak ada yang lebih aneh daripada merayakan seseorang yang perlu dikenang tanpa mengenang dan menghayati orang itu sama sekali!
Merayakan Natal tanpa Kristus terlihat dari fokus kita dalam Natal. Harus diakui seringkali orang fokus pada event-eventnya. Pada dekorasi. Pada kesibukan demi sukses dan lancarnya ibadah raya dengan segala keperluan dan pernak perniknya. Bukannya semua itu tidak perlu dilakukan. Tetapi Tuhan melihat jauh ke dalam hati kita : untuk kepentingan dan tujuan apakah semua itu diusahakan dan diadakan?
Jika Tuhan tidak menjadi pusat dari Natal kita, jika Ia tidak dicari, didengarkan dan diundang untuk hadir di setiap perayaan kita, maka kita sedang merayakan Natal tanpa Kristus. Senang-senang sendiri. Heboh sendiri. Seru sendiri. Terharu biru sendiri dengan suasana. Asyik sendiri. Mungkinkah itu yang menjadikan Natal 2020 terpaksa kita lalui dalam kesederhanaan, kelengangan, serta perenungan dalam kesendirian antara kita dengan Tuhan akibat situasi pandemi sekarang ini?
Tanpa Kristus, yang kita rasakan dalam Natal pada akhirnya hanyalah sekedar sensasi dan kenangan tahunan, yang ujung-ujungnya munculnya akan serupa dengan ingatan Irving Berlin saat menulis White Christmas.
Kekasih-kekasih Kristus mengangankan yang berbeda dengan yang diimpikan para penggembira Natal di akhir setiap tahun.
Mereka yang memahami makna Natal akan merindukan apa yang lebih bermakna dan berkesan dari Berlin dan Crosby.
Seperti inilah kerinduan hati orang yang merayakan Natal bersama-sama dengan Kristus :
Kuimpikan Natal yang indah dan penuh kenangan.
Yang tiap tahunnya selalu jadi ingat-ingatan kian manis serta menyegarkan bersama Tuhanku.
Saat pujian dinaikkan dari hati, air mata bercucuran.
Saat semua ingat betapa Sang Ilahi turun ke tempat rendah demi merengkuh manusia supaya kembali kepada kemuliaan.
Aku memimpikan Natal yang yang tak terlupakan tahun ini
Di setiap doa dan penyembahan yang kunaikkan.
Kiranya hati kita semua dikuatkan, dihangatkan, dan dibakar oleh cinta-Nya yang tak terkira
Dan kiranya Natal-natal kita dihangatkan kehadiran dan kedekatan dengan-Nya.
Kuimpikan suatu Natal ketika Kristus masuk, diam, bertahta dan memerintah penuh di hidupku, atas gereja-Nya.
Maka Natalku kan jadi penyembahan yang takkan habis dihiasi korban-korban syukur.
Karena dosaku merah yang seperti kirmizi telah dijadikan putih seperti salju.
Hingga aku boleh datang dengan hati tulus suci menyembah di hadapan Tuhan
Itulah NATAL PUTIHKU
Terima kasih untuk cinta-Mu, Yesusku…..
Saudara-saudariku terkasih dalam Tuhan, jangan merayakan Natal tanpa kebersamaan dan kehadiran Kristus - sekalipun dunia mampu melakukannya.
SELALU rayakan Natal bersama Yang Empunya Natal. Itulah Natal terbaik yang dapat Anda alami. Dan akan selalu semakin baik karena Allah yang selalu siap memberikan yang terbaik dari sorga bagi Anda melalui setiap kebersamaan yang intim dengan-Nya.
Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.
Lukas 2:10-11
Ada sukacita. Sukacita itu besar Tuhan sediakan.
Hanya mereka yang memahami dan menyembah Kristus menjadi pemilik sukacita itu.
Andakah orangnya?
SELAMAT NATAL.
SELAMAT MERAYAKAN KEBERSAMAAN DENGAN YESUS KRISTUS TUHAN!
TUHAN MEMBERKATI.
Comments
Post a Comment