Jadi TUHAN mendatangkan penyakit sampar kepada orang Israel, maka tewaslah dari orang Israel tujuh puluh ribu orang. Pula Allah mengutus malaikat ke Yerusalem untuk memusnahkannya, dan ketika hendak dimusnahkannya, maka TUHAN melihatnya, lalu menyesallah Ia karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya itu, lalu berfirmanlah Ia kepada malaikat pemusnah itu: "Cukup! Turunkanlah sekarang tanganmu itu!" Pada waktu itu malaikat TUHAN itu sedang berdiri dekat tempat pengirikan Ornan, orang Yebus. Ketika Daud mengangkat mukanya, maka dilihatnyalah malaikat TUHAN berdiri di antara bumi dan langit, dengan di tangannya pedang terhunus yang diacungkan ke atas Yerusalem. Lalu dengan berpakaian kain kabung sujudlah Daud dan para tua-tua. Dan berkatalah Daud kepada Allah: "Bukankah aku ini yang menyuruh menghitung rakyat dan aku sendirilah yang telah berdosa dan yang melakukan kejahatan, tetapi domba-domba ini, apakah yang dilakukan mereka? Ya TUHAN, Allahku, biarlah kiranya tangan-Mu menimpa aku dan kaum keluargaku, tetapi janganlah tulah menimpa umat-Mu."
(1 Tawarikh 21: 14-17)
Tuhan menghukum Daud dengan mendatangkan penyakit sampar kepada orang Israel, maka tewaslah dari orang Israel tujuh puluh ribu orang. Bahkan Tuhan hendak memusnakan Yerusalem. Daud menyadari bahwa ini dosanya seharusnya dia yang pantas menerima penghukuman dari Tuhan dan bukannya rakyat. Daud bersama para tua-tua merendahkan diri berpakaian kain kabung bersujud di hadapan Tuhan mengakui dosanya dan meminta pengampunan dan pemulihan bagi keselamatan rakyatnya (dombanya) serta jika Tuhan hendak menghukum biarlah dia dan kaum keluarganya saja yang menanggung hukuman, jangan umat Tuhan.
Daud memiliki hati seorang pemimpin rohani sejati. Jemaat (domba) yang Tuhan percayakan sangat berharga bagi seorang pemimpin rohani sejati. Dia akan lakukan apapun untuk melindungi, menyelamatkan dan sejahterakan jemaatnya sebab itulah panggilan hidup seorang pemimpin rohani sejati. Pemimpin rohani sejati bukan seorang yang sempurna tetapi berkomitmen untuk merindukan dan mengejar kesempurnaan. Ketika dia berdosa segera bertobat dan merendahkan diri di hadapan Tuhan serta bertanggung jawab atas kesalahannya termasuk memperbaikinya. Sebab karena dosa seorang pemimpin rohani semua pengikutnya ikut mendapat tulah dari Tuhan.
Berapa banyak pemimpin rohani di Indonesia yang memiliki hati seperti Daud? Yang lebih memikirkan keselamatan jemaatnya daripada dirinya dan keluarganya? Yang rela membayar harga demi pemulihan atas bangsa Indonesia? Berapa banyak pemimpin rohani yang mau berkomitmen untuk merendahkan diri, berdoa dan bertobat untuk mengubah masa depan Indonesia?
Bangkitlah pemimpin rohani sejati sebab saat ini Indonesia membutuhkanmu. Amin.
(Oleh: Faith Ruddy)
(1 Tawarikh 21: 14-17)
Tuhan menghukum Daud dengan mendatangkan penyakit sampar kepada orang Israel, maka tewaslah dari orang Israel tujuh puluh ribu orang. Bahkan Tuhan hendak memusnakan Yerusalem. Daud menyadari bahwa ini dosanya seharusnya dia yang pantas menerima penghukuman dari Tuhan dan bukannya rakyat. Daud bersama para tua-tua merendahkan diri berpakaian kain kabung bersujud di hadapan Tuhan mengakui dosanya dan meminta pengampunan dan pemulihan bagi keselamatan rakyatnya (dombanya) serta jika Tuhan hendak menghukum biarlah dia dan kaum keluarganya saja yang menanggung hukuman, jangan umat Tuhan.
Daud memiliki hati seorang pemimpin rohani sejati. Jemaat (domba) yang Tuhan percayakan sangat berharga bagi seorang pemimpin rohani sejati. Dia akan lakukan apapun untuk melindungi, menyelamatkan dan sejahterakan jemaatnya sebab itulah panggilan hidup seorang pemimpin rohani sejati. Pemimpin rohani sejati bukan seorang yang sempurna tetapi berkomitmen untuk merindukan dan mengejar kesempurnaan. Ketika dia berdosa segera bertobat dan merendahkan diri di hadapan Tuhan serta bertanggung jawab atas kesalahannya termasuk memperbaikinya. Sebab karena dosa seorang pemimpin rohani semua pengikutnya ikut mendapat tulah dari Tuhan.
Berapa banyak pemimpin rohani di Indonesia yang memiliki hati seperti Daud? Yang lebih memikirkan keselamatan jemaatnya daripada dirinya dan keluarganya? Yang rela membayar harga demi pemulihan atas bangsa Indonesia? Berapa banyak pemimpin rohani yang mau berkomitmen untuk merendahkan diri, berdoa dan bertobat untuk mengubah masa depan Indonesia?
Bangkitlah pemimpin rohani sejati sebab saat ini Indonesia membutuhkanmu. Amin.
(Oleh: Faith Ruddy)
Comments
Post a Comment