Skip to main content

ORANG TUA SEHARUSNYA MENJADI PEMIMPIN ROHANI (MENTOR) YANG MENDUKUNG DAN BERTANGGUNG JAWAB AKAN KEMAJUAN ROHANI ANAK ANAKNYA

"Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab yang diberikan-Nya. Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau." Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?" Lukas 2:46-49

Orang tua Yesus melakukan kewajiban ritual agama rutin tiap tahun di Yerusalem pada hari Paskah. Pada kesempatan ini mereka membawa serta Yesus yang berusia 12 tahun mungkin dengan tujuan agar Yesus menjadi anak yang rohani dan menjadi anak yang baik seterusnya. Akan tetapi yang terjadi diluar dugaan mereka. Yesus tidak sekedar menikmati perayaan Paskah itu saja tetapi Yesus senang tinggal di bait Allah bahkan bertanya jawab dengan para alim ulama. Yesus begitu lapar dan harus akan perkara-perkara rohani dan hadirat Allah. Orang tuanya tidak menyadari kebutuhan rohani yang besar dari Anaknya sehingga mereka mencari, menegur, mengajak pulang. Tetapi jawab Yesus "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"


Dari kisah diatas kita belajar bahwa orang tua bisa menjadi penghalang kemajuan rohani anak-anaknya, bahkan memadamkan api gairah akan Tuhan. Berapa banyak orang tua yang menganggap kebutuhan rohani anak-anak tidak terlalu penting dan hanya sebagai pelengkap kehidupan? Seringkali mereka mengijinkan anaknya pelayanan atau ke gereja jika tidak ada ujian/ kursus/ tugas/ pekerjaan rumah dll. Bahkan seringkali mereka membatasi kegiatan rohani anak-anaknya dan malas mengantarkan ke tempat ibadah serta enggan membimbing kerohanian anaknya.


Seringkali kita sebagai orang tua lupa bahwa kita pernah menyerahkan anak-anak kita ke tangan Tuhan ketika masih bayi dan menjadi terkejut ketika Tuhan mulai berurusan dengan anak kita lebih lagi. Kita seringkali lupa bahwa bapa sesungguhnya dari anak kita adalah Bapa di surga. Orang tua seharusnya menjadi pemimpin rohani (mentor) yang mendukung dan bertanggung jawab akan kemajuan rohani anak-anaknya. Untuk tujuan inilah kita dipercayakan anak-anak oleh Tuhan. Gbu.

Bangkitlah Para Orang Tua yang Radikal di Indonesia. Amin.


(Oleh: Faith Ruddy)

Comments

Popular posts from this blog

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

SIKAP DAN PANDANGAN KITA YANG SEHARUSNYA TERHADAP NUBUAT /PENGLIHATAN: MENANGGAPI PESAN PROFETIK YANG DISAMPAIKAN OLEH CINDY JACOB DI MEDIA SOSIAL

Oleh: Didit I. Beberapa hari ini saya mendapatkan kiriman cukup banyak dari rekan-rekan di media sosial tentang nubuatan dari Cindy Jacob terkait Bapak Ahok. Menanggapi pesan nubuatan dari Cindy Jacob yang disebarkan di media sosial tersebut, Tuhan menggerakkan saya untuk mengajak rekan-rekan dan seluruh umat Tuhan untuk bersama menguji pesan yang disampaikan oleh Cindy Jacob dan mencari kehendak Tuhan dalam pesan tersebut. Pesan profetik yang disampaikan oleh Cindy Jacob seperti gambar di bawah ini: Sesuai dengan 1Tesalonika 5:19-22, kita tidak boleh memandang rendah setiap nubuatan namun juga tidak boleh langsung menerimanya mentah-mentah, sebaliknya kita harus mengujinya. Ini berarti sikap kita terhadap setiap nubuatan/penglihatan adalah menampungnya untuk kemudian diuji sesuai dengan cara dan prinsip Firman Tuhan dan mencari maksud serta tujuan pesan nubuatan/penglihatan tersebut. Penting di sini untuk bersikap netral/tidak berprasangka terlebih dahulu terhadap setiap pesan nubuata