Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua belas bakul penuh. Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.
Matius 14: 19
Dari kisah diatas kita belajar dari teladan Yesus sebagai pemimpin rohani yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan pengikutnya. Yesus mengadakan pelayanan TIDAK mengorbankan (memeras) para muridnya (pekerja) dan jemaat untuk memenuhi kebutuhan pelayanan/ acara/ kkrnya baik dalam hal keuangan maupun tenaganya. Hati seorang pemimpin rohani sejati lebih memikirkan KESEJAHTERAAN pengikutnya dari pada gegap gempita/ meriahnya suatu pelayanan atau acara rohani.
Berbeda dengan yang sering kita jumpai dalam acara-acara rohani. Seringkali pekerja dikorbankan dan jemaat dikorbankan untuk mengadakan suatu Ibadah/ konferensi/ kkr. Tidak ada BATAS yang jelas antara benih yang ditabur dan benih yang dimakan. Bahkan seringkali sesudah acara selesai sering RIBUT masalah biaya siapa yang menanggungnya karena defisit. Apakah acara demikian ini yang Tuhan senang? Masalah seperti inilah yang akhirnya menyebabkan PADAMNYA api kegerakan kebangunan rohani.
Bukankah jauh lebih bijaksana acara sesederhana mungkin sesuai kemampuan daripada memaksakan diri dan menderita demi untuk tampil WOW?
Bukankah acara ini untuk Tuhan, yang penting Tuhan datang acara ini, semua yang datang dilayani serta diurusi dengan baik dan semua yang terlibat berbahagia?
Bangkitlah Para Pemimpin Rohani Sejati di Indonesia. Amin.
(Oleh: Faith Ruddy)
Matius 14: 19
Dari kisah diatas kita belajar dari teladan Yesus sebagai pemimpin rohani yang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan pengikutnya. Yesus mengadakan pelayanan TIDAK mengorbankan (memeras) para muridnya (pekerja) dan jemaat untuk memenuhi kebutuhan pelayanan/ acara/ kkrnya baik dalam hal keuangan maupun tenaganya. Hati seorang pemimpin rohani sejati lebih memikirkan KESEJAHTERAAN pengikutnya dari pada gegap gempita/ meriahnya suatu pelayanan atau acara rohani.
Berbeda dengan yang sering kita jumpai dalam acara-acara rohani. Seringkali pekerja dikorbankan dan jemaat dikorbankan untuk mengadakan suatu Ibadah/ konferensi/ kkr. Tidak ada BATAS yang jelas antara benih yang ditabur dan benih yang dimakan. Bahkan seringkali sesudah acara selesai sering RIBUT masalah biaya siapa yang menanggungnya karena defisit. Apakah acara demikian ini yang Tuhan senang? Masalah seperti inilah yang akhirnya menyebabkan PADAMNYA api kegerakan kebangunan rohani.
Bukankah jauh lebih bijaksana acara sesederhana mungkin sesuai kemampuan daripada memaksakan diri dan menderita demi untuk tampil WOW?
Bukankah acara ini untuk Tuhan, yang penting Tuhan datang acara ini, semua yang datang dilayani serta diurusi dengan baik dan semua yang terlibat berbahagia?
Bangkitlah Para Pemimpin Rohani Sejati di Indonesia. Amin.
(Oleh: Faith Ruddy)
Comments
Post a Comment