Skip to main content

HIDUP DALAM BERKAT-BERKAT TERBAIK DARI TUHAN (BAGIAN 2)

Oleh: Peter B, MA

SEBERAPA TAHUKAH ANDA TENTANG BERKAT TERBAIK?
Dalam murka-Nya, menemukan bangsa Israel menyembah berhala patung anak lembu emas, Tuhan berfirman kepada Musa:

"Pergilah, berjalanlah dari sini, engkau dan bangsa itu yang telah kaupimpin keluar dari tanah Mesir, ke negeri yang telah Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu —
AKU AKAN MENGUTUS SEORANG MALAIKAT BERJALAN DI DEPANMU dan akan menghalau orang Kanaan, orang Amori, orang Het, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus --
yakni ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madu. Sebab Aku tidak akan berjalan di tengah-tengahmu, karena engkau ini bangsa yang tegar tengkuk, supaya Aku jangan membinasakan engkau di jalan."
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Katakanlah kepada orang Israel: Kamu ini bangsa yang tegar tengkuk. Jika Aku berjalan di tengah-tengahmu sesaat pun, tentulah Aku akan membinasakan kamu." (Kel. 33:1-3,5).


Sedemikian kesalnya hati Tuhan sehingga Yang Mahakudus bermaksud tak lagi menyertai umat-Nya. Sebagai gantinya, seorang malaikat akan ditugaskan untuk menyertai bangsa ini untuk membawa mereka berhasil sampai dan menduduki Tanah Perjanjian.
Sebenarnya itu merupakan penawaran yang sangat baik, mengingat orang Israel sering membangkitkan murka Tuhan melalui ketidakpercayaan dan sifat keras kepala mereka yang kerap menolak untuk taat.
Bukankah mendapatkan penggenapan janji dan memiliki segala kemakmuran saja yang mereka inginkan? Bukankah mereka tidak terlalu peduli dengan jalan-jalan Tuhan atau ketetapan-ketetapan-Nya? Bukankah perjalanan akan jauh lebih menyenangkan jika setiap orang bebas melakukan kehendak sendiri sambil nantinya memperoleh warisan perjanjian yang besar itu? Dan siapakah yang tidak bangga disertai, dilindungi, dibela dan dipimpin malaikat yang perkasa? Bukankah itu berkat yang mereka nanti-nantikan yang menuju pada kemenangan, kejayaan dan kelimpahan?



Tapi tidak demikian dengan orang yang tahu apa itu berkat terbaik.
Maka, berkatalah Musa kepada Tuhan:

"Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.
Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini?

BUKANKAH KARENA ENGKAU BERJALAN BERSAMA-SAMA DENGAN KAMI, SEHINGGA KAMI, aku dengan umat-Mu ini, DIBEDAKAN DARI SEGALA BANGSA YANG ADA DI MUKA BUMI?" (Kel.33:15-16)

Itulah berkat terbesar.
Bukan ketika menerima pemberian-pemberian dari sang pemberi berkatnya. Tapi dapat tetap dekat, berjalan bersama, tak terpisahkan dengan Sang Sumber Berkat itu sendiri.
Seperti menderitanya seorang anak yang kecukupan segala sesuatu namun tak pernah tahu siapa dan bagaimana wajah bapanya, sungguh, betapa tak berartinya menikmati segala berkat dari sorga tanpa kehadiran dan kebersamaan dengan Sang Pemilik Sorga itu sendiri! Sama sekali bukan berkat yang demikian yang Tuhan senang berikan pada kita.


Dan tidakkah ini menjelaskan mengapa Tuhan meminta para imam besar menyampaikan berkat ini kepada seluruh umat Israel:

"TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau;
TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia;
TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera" (Bil. 6:24-26)

Tak tertulis satupun janji berkat terpenuhinya kebutuhan lahiriah atau kelancaran menuju keberhasilan duniawi.

Berkat terbesar yang membedakan kita dengan para penyembah ilah yang lain bukanlah karena kita meminta pemberian-pemberian dan menerimanya tetapi karena kita terhubung dengan Dia dan Dia sendiri berkenan pada kita. Berkenan memberikan kasih karunia-Nya dan menjalin hubungan dengan kita. Berkenan mengarahkan wajah-Nya kepada kita. Berkenan tinggal dekat dan berjalan bersama kita. Berkenan memiliki hubungan yang erat dan intim dalam perdamaian dengan kita. Berkenan untuk menuntun dan memimpin langkah hidup kita sepanjang hari-hari singkat lagi sukar di dunia ini. Berkenan menyatakan isi hati-Nya, kehendak dan rencana terbaik-Nya atas hidup kita.

Itulah berkat di atas segala berkat. Kebaikan di atas segala kebaikan. Kemuliaan di atas segala kemuliaan. Kebahagiaan sejati -jauh melampaui apapun yang disebut kebahagiaan yang dapat terpikirkan manusia. Bahwa Yang Maha Besar dan Maha Kuasa berkenan berada bersama-sama dengan kita untuk mendatangkan kebaikan dan kesejahteraan bagi hidup kita.

Berkat inikah yang banyak dirindukan anak-anak Tuhan?

Kita harus memeriksa diri dan jika kita mendapati kekurangan kita ini maka kita harus mulai mengubah arah langkah kita mengejar berkat-berkat yang terbaik!


Perumpamaan Yesus sendiri meneguhkan pernyataan di atas.
Setelah menghabiskan "berkat" dari ayahnya, anak bungsu dalam perumpamaan anak yang hilang menyadari sesuatu yang selama ini tak pernah dipikirkannya. Ia kini merasakan bahwa pemberian-pemberian bapanya tidak sebegitu memberikannya kebahagiaan seperti yang dibayangkan dan telah dialaminya sejauh ini.

Suatu kesadaran ilahi muncul di benaknya:

Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan.
Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa,
aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa" (Luk.15:17-19)

Semua pemberian dan warisan bapanya terasa begitu tak berarti dibandingkan  berharganya hubungannya dengan sang bapa. Betapa manisnya, betapa indahnya, betapa nikmat dan luar biasa ternyata tinggal dalam naungan bapa yang mengasihinya dengan tulus apa adanya. Selagi masih ada kesempatan, ia beranjak dari keterpurukannya. Melangkah ke arah rumah bapanya. Memohon hubungan itu terjalin kembali dengan satu harapan: sang bapa menerimanya kembali meski hanya sebagai pelayannya. Hatinya kini mengerti bahwa JAUH LEBIH BAIK MENJADI SEORANG PELAYAN ATAU HAMBA DI RUMAH BAPA daripada menjalani hidup dalam suatu kebebasan semu dipenuhi gelimang kenikmatan dan kesenangan tapi selalu diselimuti kegelisahan dan kehampaan hati.

Sampai kapankah kita sampai pada kesadaran ini? Bahwa memiliki hubungan yang intim dan karib dengan Allah melebihi segala berkat dunia? Dan bahwa tinggal dan mengabdi kepada-Nya merupakan kehormatan dan kesempatan terbaik yang pernah ditawarkan pada kita?


MATIUS 6:33 DARI SUDUT YANG LAIN
Dalam Matius 6, sebelum ayat 33 yang terkenal itu, dua ayat yang mendahuluinya adalah ini:

"Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?
Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.

Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu" (Mat.6:31-32)


Orang sering berkata, "Bukankah selama kita di dunia memerlukan uang, harta benda dan kebutuhan materi lainnya? Tidakkah terlalu ekstrem fokus pada hal-hal rohani yang tidak terlalu nyata itu?"
Tentu saja kita membutuhkannya. Tanpa itu semua tidak mungkin kita bertahan hidup selama di dunia ini. Namun perhatikanlah apa yang Yesus sampaikan di atas.
Perbedaan antara mereka yang mengenal Tuhan dan percaya kepada-Nya dengan mereka yang tidak mengenal Allah terletak pada prioritas pencarian utama atau fokus hidup mereka. Yang tak mengenal Allah sejati selalu disibukkan dan dipusingkan oleh pencarian pemenuhan berbagai kebutuhan hidup. Hidup mereka digerakkan oleh kekuatiran, ketakutan dan kegelisahan akan tak terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari. Mereka mengejar berkat sehingga motivasi mereka beribadah pun demi mengusahakan tercurahnya berkat-berkat itu dalam hidup mereka. Doa-doa mereka, deklarasi iman mereka, klaim-klaim rohani mereka seperti tertuju pada Tuhan namun sesungguhnya menyelubungi niat maksud hati mereka supaya berkat-berkat duniawi menjadi bagian mereka. Pada dasarnya, mereka masih mencari hal-hal yang sama dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah, persis seperti yang Yesus katakan.

Berbeda dengan mereka yang mengenal Tuhan. Mereka tahu bahwa berkat-berkat atau semua pemberian Allah tidak perlu diminta dengan teriakan yang nyaring atau diklaim berulangkali seolah-olah Dia seorang Bapa yang buta dan tuli. Bukankah Dia Bapa yang tahu segala sesuatunya? Tidakkah Dia yang mahatahu mengetahui segala pergulatan batin dan setiap rincian terkecil kebutuhan kita?

"Bapanya yang di sorga TAHU KAMU MEMERLUKAN SEMUANYA ITU"

Pencarian kita akan berkat harus berbeda dengan pencarian berkat orang-orang yang tidak mengenal Tuhan (sekalipun mereka mengaku mengenal Dia). Melalui apa yang kita cari dan fokuskan dalam hidup, kita mengetahui apakah seseorang benar-benar mengenal Tuhan secara pribadi atau sekedar mengaku-ngaku saja.

Mereka yang mengenal Tuhan akan seperti Musa: meminta berkat terbaik dan mencari persekutuan dengan Tuhan. Mencari kemuliaan Tuhan demi mengenal Dia lebih dekat dan lebih dalam lagi.

Itulah mengapa Yesus menyampaikan ayat yang telah sering  dikutip dan diajarkan ini:
"Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu" (Mat.6:33)

Beberapa orang memandang itu merupakan suatu perintah atau tugas  untuk mencari Kerajaan Allah supaya semua berkat-berkat itu ditambahkan. Namun jika kita memandangnya itu dari sudut pandang pencarian berkat yang dihubungkan dengan perkataan Kristus yaitu supaya tidak memusatkan diri menghabiskan hari-hari hidup kita demi mencari berkat-berkat duniawi, maka Anda akan menemukan suatu kerinduan dan isi hati Bapa.
Ya, suatu kerinduan supaya Anda mencari berkat yang lebih dari itu, yang terbesar dan terbaik yang amat sangat ingin Dia limpahkan pada Anda. Dimana saat Anda memperoleh berkat-berkat itu, yaitu Kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya, maka Anda tidak akan dikuatirkan lagi akan berkat dan pemeliharaan atas hidup Anda di dunia.

Berkat terbesar dan terbaik yang patut dan seharusnya dikejar ialah supaya kita mengenal hal-hal yang ada di sorga di atas, yang melampaui kehidupan di dunia ini. Hal-hal yang berkaitan dengan Tuhan dan pemerintahan-Nya, jalan-jalan-Nya, kehendak-Nya dan isi hati-Nya adalah kerinduan Tuhan supaya itu menjadi hasrat dan permohonan utama kita dalam kehidupan sekarang ini (Ef.1:15-21).
Perkara-perkara yang tidak akan kita peroleh dari manapun dan siapapun di dunia ini. Berkat-berkat terbaik yang hanya dapat dilimpahkan oleh Bapa Sorgawi yang sangat mengasihi kita, yang telah merancangkan dan rindu memberikan apapun yang terbaik bagi kita di dunia yang sekarang maupun yang akan datang (Mat.7:9-11; Luk.11:11-13).

Tidak perlu Anda kuatirkan akan berkat-berkat jasmani, asalkan Anda tinggal di rumah Bapa, dalam kasih dan naungan-Nya dan mengerjakan tugas bagian Anda menyelesaikan pekerjaan dan urusan-urusan di rumah Bapa. Dia pasti memberkati Anda. Dengan segala kelimpahan. Sebab, bukankah milik Bapa yang kaya itu adalah milik Anda? (Luk. 15:31)  Dan bukankah Bapa yang baik, bahkan sangat baik itu, pasti akan menanggung dan menjamin seluruh hidup Anda? (Yes.46:4)

Tidak pernah menjadi persoalan bagi Bapa di sorga mengurus dan memelihara hidup kita. Berkat kecukupan kebutuhan hidup, keuangan dan ekonomi atau kesehatan dan keberhasilan tidak pernah jauh atas anak-anak terkasih Bapa, yaitu yang setia melakukan kehendak Bapa. Dia pasti dan selalu lebih dari sanggup menjaga dan melindungi kita dalam segala keadaan.

Persoalannya adalah apakah kita sungguh-sungguh bersama-sama dengan Dia dan berada di pihak-Nya sepanjang hidup kita? Apakah kita tetap mengasihi Dia dengan kasih yang tak pernah padam sehingga kita tak ingin sedikitpun menjauh atau terpisahkan dari-Nya? Apakah kita senantiasa rindu memiliki hubungan dengan Dia lebih dari hubungan apapun di dunia ini?

Hidup seseorang (ataupun suatu pelayanan dan komunitas gereja) yang diberkati Tuhan tidak ditandai oleh kelimpahan hal-hal duniawi tapi ditandai dengan hubungannya yang karib dengan Dia dimana kita dimampukan berjalan bersama dengan Dia dalam iman, pengharapan dan kasih, mengenali dan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya setiap hari.

Lebih daripada banyak kesaksian akan pertolongan berkat materi atau kesembuhan jasmani yang diterima seseorang (meskipun tidak ada yang salah dengan itu), inilah sesungguhnya kesaksian dan kata-kata orang yang sungguh diberkati Tuhan. Mereka yang menilai berkat BUKAN dari kenyamanan dan kemudahan hidup mereka di dunia ini tetapi dari kedekatan dan keintiman mereka dengan Allah:

"Aku berkata kepada TUHAN: "Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain Engkau!" 

Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.
Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.
Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram;
sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.
Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa" (Maz.16:2, 5, 8-11)

"TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?
Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati bait-Nya.
Dengarlah, TUHAN, seruan yang kusampaikan, kasihanilah aku dan jawablah aku!
Hatiku mengikuti firman-Mu: "Carilah wajah-Ku"; maka wajah-Mu kucari, ya TUHAN.
Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku!
Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku.
Tunjukkanlah jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, dan tuntunlah aku di jalan yang rata oleh sebab seteruku" (Maz.27:1, 4, 7-11)

"Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau. Sela
Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!
Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.
Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela.
Ya TUHAN semesta alam, berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu!" (Maz.84:5-6, 11-13)

"TUHAN adalah bagianku," kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya" (Rat.3:24)

"Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,
namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku" (Hab.3:17-18)

Betapa bahagianya mereka yang memperoleh berkat-berkat terbaik dalam hidup.

Berbahagialah mereka yang menerima berkat terbesar itu yaitu pengenalan pribadi dan persahabatan yang tak terpisahkan dengan Tritunggal yang Kudus!
Sungguh, seperti yang Yesus katakan, kita akan mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan yang sesungguhnya (Yoh.10:10b).

Akhir kata, sebuah pujian yang indah gubahan Don Moen berjudul "May Your Presence Go With Us" yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kiranya mengiringi pencarian dan permohonan kita akan berkat-berkat terbaik Tuhan atas hidup kita:

Bila Engkau tak besertaku
Ku tak mau berjalan
Kuperlu Tuhan pimpin langkahku
Dengan kasih karunia-Mu

Pimpin langkahku setiap waktu
Berjalan dalam Roh-Mu
Nyatakan Tuhan, kemuliaan-Mu           
Dan berjalanlah denganku

    Bilaku beroleh kasihMu, tunjukkan jalan-Mu
    S`bab kurindu hidup dalam terang-Mu
    S`panjang hari, bimbing aku 

        Kumiliki banyak rencana
        Namun ku tak kan berjalan tanpa-Mu

Bila Engkau tak besertaku
Ku tak mau berjalan
Kuperlu Tuhan pimpin langkahku
Dengan kasih karunia Mu

Pimpin langkahku setiap waktu
Berjalan dalam Roh-Mu
Nyatakan Tuhan, kemuliaan-Mu           
Dan berjalanlah denganku



Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan!


Comments

Popular posts from this blog

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

SIKAP DAN PANDANGAN KITA YANG SEHARUSNYA TERHADAP NUBUAT /PENGLIHATAN: MENANGGAPI PESAN PROFETIK YANG DISAMPAIKAN OLEH CINDY JACOB DI MEDIA SOSIAL

Oleh: Didit I. Beberapa hari ini saya mendapatkan kiriman cukup banyak dari rekan-rekan di media sosial tentang nubuatan dari Cindy Jacob terkait Bapak Ahok. Menanggapi pesan nubuatan dari Cindy Jacob yang disebarkan di media sosial tersebut, Tuhan menggerakkan saya untuk mengajak rekan-rekan dan seluruh umat Tuhan untuk bersama menguji pesan yang disampaikan oleh Cindy Jacob dan mencari kehendak Tuhan dalam pesan tersebut. Pesan profetik yang disampaikan oleh Cindy Jacob seperti gambar di bawah ini: Sesuai dengan 1Tesalonika 5:19-22, kita tidak boleh memandang rendah setiap nubuatan namun juga tidak boleh langsung menerimanya mentah-mentah, sebaliknya kita harus mengujinya. Ini berarti sikap kita terhadap setiap nubuatan/penglihatan adalah menampungnya untuk kemudian diuji sesuai dengan cara dan prinsip Firman Tuhan dan mencari maksud serta tujuan pesan nubuatan/penglihatan tersebut. Penting di sini untuk bersikap netral/tidak berprasangka terlebih dahulu terhadap setiap pesan nubuata