Skip to main content

SUKARNYA JUJUR PADA DIRI SENDIRI

Oleh: Bpk. Peter B, MA

Saat tiba pada usaha untuk bersikap jujur, manusia menjadi makhluk yang bodoh dan lemah. Mudah menilai orang lain. Mahir dan tajam memperinci kekurangan orang. Tapi begitu terkait dengan diri sendiri, kemampuan kita tidak lebih baik dari mengingat detail wajah kita setelah memperhatikannya di cermin.

Memang sukar. Tapi justru karena sukar itulah Tuhan meminta kita sering-sering dan sungguh-sungguh melakukannya. Mereka yang mampu mengenal dirinya sendiri, baik kekurangan atau kelebihannya maupun kelemahan dan kekuatannya, mereka tidak mudah jatuh ke dalam memandang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan dirinya. Begitupun jika anak² Tuhan tahu menilai kondisi rohaninya, ia tidak sebegitu mudahnya disesatkan oleh ajaran² palsu atau hasutan iblis yang berbisik di hatinya.

Apa sebabnya sukar menilai dan jujur pada diri sendiri?

1) Karena kita suka mencari kemudahan sehingga condong menerima kebohongan daripada susah payah mencari kebenaran;

2) Karena kebenaran terkadang pahit dan tidak menyenangkan sedangkan kebohongan terasa manis dan menghibur hati;

3) Karena banyak yang tidak tahu standar kebenaran itu seperti apa sehingga kebenaran seringkali menjadi relatif sesuai pemahaman dan latar belakang pengalaman pribadi;

4) Karena pengukur yang digunakan belum tentu tepat sehingga hasil penilaiannya pun tidak selalu benar;

5) Karena manusia mencoba mengenali dirinya sendiri terlepas dari Penciptanya padahal semua keberadaannya hanya dapat dikenali dan ditemukan di dalam pikiran dan hati Tuhan, sang pencipta manusia;

6) Karena kebodohan, kebebalan bahkan keangkuhan kita yang menolak untuk dipandang dan merasa rendah saat membuka hati terhadap koreksi atas diri kita;

7) Karena dampak selanjutnya dari introspeksi diri yang jujur adalah keharusan untuk mengakui kekurangan diri serta kewajiban untuk memperbaiki apa yang masih kurang dalam karakter kita dimana tidak semua orang bersedia untuk berubah.

Meskipun tidak mudah, kita pun seharusnya menyadari bahwa ada kasih karunia Tuhan dan kuasa-Nya yang akan menolong kita berjalan di dalam kebenaran dan ketulusan sejati. Kita harus percaya bahwa di balik kerelaan kita merendahkan diri dan belajar ada sukacita dan kemuliaan yang besar menanti kita. Kita akan diampuni, disucikan, dikuatkan, dipulihkan dan diubahkan menjadi pribadi² yang mulia, menyinarkan kemuliaan Tuhan di tengah kegelapan dunia ini. Hidup tidak pernah akan sia-sia saat kembali ke sorga.

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." (Matius 11:28-30)

#IntropeksiDiri
#JanganMenipuDiri
#BelajarMerendahkanDiri

#BenarVsHampirBenar

Comments

Popular posts from this blog

BERDOA PADA YESUS, MUNGKINKAH DIJAWAB OKNUM LAIN?

Oleh: Peter B, MA Dalam Galatia 1:6-9, rasul Paulus menulis, "Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain , yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda   dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia." Dengan jelas disampaikan oleh rasul Paulus bahwa ada injil lain yang berbeda dengan yang diajarkannya, suatu injil yang ujung-ujungnya mengacaukan jemaat dan yang memutarbalikkan injil Kristus.  Dalam bagian lain, sang rasul kembali menulis pesan yang hampir sama:  2 Korintus 11:...

HIKMAT DAN KUTIPAN

KEMANAKAH SEHARUSNYA SAYA MEMBERIKAN PERPULUHAN ?

Oleh Tjia Timotius SEKAPUR SIRIH Suatu kali ketika saya sedang melayani ke Balikpapan, seorang usahawan Kristen bertanya kepada saya “Pak, apakah perpuluhan itu harus diberikan kepada gereja lokal tempat saya beribadah?”. Ya mungkin inlah pertanyaan yang ada dalam benak banyak anak-anak Tuhan. “Haruskah perpuluhan diberikan kepada gereja lokal tempat kita berbakti?” Tentu saja jawaban pertayaan di atas bisa bersama tergantung siapa yang menjawabnya. Kebanyakan pendeta gembala sidang di kota pasti dengan senang hati akan menjawab “Ya, harus!” karena mereka berkepentingan dengan penggunaannya, tetapi pendeta desa atau penginjil keliling mungkin mempunyai jawaban yang berbeda “Tidak harus!” karena masing-masing mempunyai sudut pandang dan kepentingan yang berbeda. Seorang usahawan Kristen pernah berkata “perpuluhan adalah ajaran hukum Taurat sedangkan kita saat ini telah dipanggil masuk dalam hukum Kasih Karunia, jadi sudah seharusnya kita pun meninggalkan ajaran perpuluhan!” jadi mana ya...