Oleh: Peter B, MA
Kutipan artikel:
"Bagi kaum tak punya apa-apa lagi selain mimpi, maka ilusi menjadikan seorang probinsyano—orang kuat—sebagai presiden adalah gagasan yang sangat mungkin diwujudkan."
Membaca tulisan jurnalis ini tentang kepemimpinan Presiden Filipina yang kontroversial saat ini, Rodrigo Duterte, membuat saya tercengang.
Dia memerintahkan pembantai begitu banyak orang atas nama perang terhadap narkoba. Hampir semua orang yang disangka terkait dengan peredaran narkoba dibunuh tanpa diadili. Meskipun dia dicintai, banyak yang kagum akan kepribadian dan keberpihakannya pada rakyat kecil, tampak anti korupsi dan pembela minoritas -namun itu tidak dapat membenarkan pembunuhan besar-besaran yang dilakukan atas perintah dan sistem yang diciptakannya di Filipina.
Mungkin banyak yang berpikir ini keadaan khusus dan harus dipaksakan supaya terjadi perubahan yang signifikan atas seluruh bangsa. Namun bagaimanapun ini merupakan DIKTATORISME DALAM BENTUK TERTENTU. Ini akan menimbulkan luka yang lebih banyak daripada kesembuhan dan pemulihan atas bangsanya. Bayangkan saja, jika ada keluarga yang menjadi korban gang narkoba, tentu akan senang melihat pengedar dan gembong² narkoba dihukum seketika, apalagi dengan dibunuh di depan umum. Namun semua itu akan menimbulkan luka batin, dendam, kepahitan dan amarah yang melahirkan pembalasan di waktu-waktu berikutnya. Para keluarga mereka yang dituduh sebagai jaringan narkoba, juga korban yang ternyata salah orang atau terkena peluru nyasar h!ngga mereka yang sebenarnya dibunuh karena dicari-cari kesalahan atas nama lerang terhadap narkoba padahal mereka dihabisi karena kebencian pribadi para polisi dan pejabat tertentu PASTI TIDAK AKAN MENERIMA PERLAKUAN YANG DEMIKIAN.
Hanya hawa nafsu manusia yang dikuasai emosi-emosinya sendiri yang berusaha merancangkan perbaikan atas bangsanya DENGAN CARANYA SENDIRI. Ini sangat berbahaya sebab setiap orang, siapapun itu, perlu dirangkul dan beroleh empati dari pemimpinnya. Bukan main sikat dan bersikap tangan besi, seolah sang pemimpin adalah kebenaran itu sendiri. Indonesia tidak perlu menjadi ladang pembantaian untuk menuju kepada kondisi yang lebih baik. Itu sudah pernah terjadi di masa Orba. Tidak perlu lagi itu terjsdi sekarang.
Memang jauh lebih sukar mengadakan perubahan dengan cara yang lebih lunak dan lebih berkeadilan, tetapi usaha tersebut layak dilakukan dan diperjuangkan. Jika kita menaruh harap dan lercaya bahwa Tuhan akan menolong kita membawa terang dan pemulihan atas seluruh bangsa, maka kerja keras dan susah payah pemulihan adalah harga yang harus rela kita bayarkan demi melihat perubahan yang mendasar dan sejati. Bangsa-bangsa yang besar melakukan itu semua walaupun membutuhkan waktu yang lebih lama. Dengan ketekunan dan kemauan untuk belajar dan berubah serta kasih karunia Tuhan, SANGAT MUNGKIN kita mengalami percepatan dan terobosan lebih singkat dari yang diperkirakan.
Jangan mencari solusi instan.
Perubahan itu bukan dari pemimpin saja. Perubahan itu adalah tekad, kerinduan dan upaya seluruh bangsa.
Perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri. Dengan pertolongan kasih karunia Tuhan.
#IntrospeksiDiri
#TujuanBenarDenganCaraBenar
#BenarVsHampirBenar
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1586438558034905&id=100000063291732
Comments
Post a Comment