Skip to main content

KETIKA SELURUH BANGSA BERPIHAK-PIHAK, HARUSKAH KITA BERPIHAK JIKA MASING-MASING PIHAK SAMA-SAMA BELUM DAPAT BERLAKU ADIL?

Oleh: Peter B, MA

Tulisan di bawah ini setidaknya mewakili apa yang saya rasakan ketika memandang dari kejauhan situasi bangsa hampir 10 bulan terakhir ini. Saya simpatisan Ahok tapi juga tidak sungkan mengkritisinya. Saya menolak segala pemanfaatan agama (dan sikap menghalalkan segala cara) untuk kepentingan dan tujuan politik namun bagaimanapun yang melakukannya masih orang-orang Indonesia, saudara sebangsa dan setanah air saya.

Dalam perjalanan ini saya bertanya-tanya kepada Tuhan. Dan Tuhan menunjukkan bahwa suatu ketidakadilan, jika tidak disikapi dengan respon yang benar akan melahirkan ketidakadilan lainnya. Manusia adalah makhluk ciptaan yang sangat mementingkan dirinya. Dan salah satu ekspresi dari itu ialah kita cenderung suka membenarkan diri, khususnya dalam hal mencapai tujuan-tujuan pribadi kita. Kita lebih mudah menyalahkan orang lain daripada mengoreksi diri. Juga kita cenderung melepaskan nilai-nilai yang luhur ketika tahu ada orang-orang yang memilih berlaku rendah dan mencapai hasilnya. Ketika banyak orang melakukan yang buruk, kita merasa beroleh alasan membenarkan diri untuk melakukan keburukan yang sama. Akhirnya apa yang tidak normal diterima sebagai sesuatu yang normal dan biasa saja
Tujuan telah menghalalkan cara padahal yang sebenarnya adalah cara turut menentukan makna dan nilai dari tujuan yang akan dicapai.

Tuhan berurusan setiap waktu dengan manusia-manusia yang berlaku busuk dan curang, yang terinspirasi dari pikiran-pikiran si penguasa kegelapan yang tak henti menentang Tuhan. Jika hendak menggunakan cara yang curang demi tujuan menyelamatkan manusia, Tuhan akan menyulap setiap keadaan untuk berpihak pada-Nya sebab Ia mampu melakukan itu semua. Faktanya, Tuhan memilih jalan keadilan meski keras demi menebus dan memenangkan manusia dari kebinasaan.

Semakin ke sini, akibat dari apa yang dianggap sebagai ketidakadilan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan menjegal Basuki Tjahaja Purnama dalam pencalonannya sebagai gubernur, kubu nasionalis pro Ahok merasa sah untuk tidak lagi berlaku adil. Sikap semacam ini pada akhirnya menghasilkan pertentangan yang kian keras di antara sesama anak bangsa dan membawa level perpecahan ke tingkat yang lebih parah.

Kita doakan Tuhan campur tangan dan memberikan hikmat kepada presiden kita untuk menyelesaikan masalah ini. Jangan kita pertajam situasi yang sudah memanas dan mencekam ini dengan berbagai sikap yang meski berniat baik namun justru saling memprovokasi satu sama lain.

Di atas segalanya, sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak boleh menjadi panik sehingga menjadi gegabah dan bertindak secara emosional yang berdampak kontraproduktif dalam memperbaiki kondisi bangsa. Kita perlu bersikap tegas menyatakan keberpihakan kita pada kebhinekaan dan NKRI tapi pada sisi lain, kita mempersilakan Tuhan bekerja menyatakan kuasa-Nya dengan cara yang tidak kita duga saat kita percaya bahwa Ia terus berkarya atas Indonesia ketika kita menyerahkan bangsa ini ke tangan belas kasihan-Nya.

Sudah saatnya kita tidak berpihak kepada kubu ini atau itu. Pilkada telah berakhir. Keputusan sidang penistaan agama telah dijatuhkan. Apapun keputusan pengadilan, selalu akan ada pihak yang merasa pahit, jika kita tetap saling menentang satu sama lain. SUDAH SAATNYA BERPIHAK PADA TUHAN DAN RENCANA-NYA SELANJUTNYA ATAS INDONESIA. Jangan lagi membodohi diri dan membohongi diri bahwa kita mampu menyelamatkan bangsa ini. Usaha-usaha demikian bisa jadi memperparah keadaan dan membawa seluruh bangsa pada jurang kehancuran yang lebih besar.
Sudah waktunya kita memperjuangkan kehendak-Nya, yaitu YANG BENAR, atas Indonesia, lebih daripada YANG HAMPIR BENAR seperti yang sering muncul di pikiran kita. Mari menggunakan waktu-waktu ini untuk mencari dan menguji apa yang menjadi kehendak-Nya dalam hidup kita masing-masing maupun bersama.
Dia akan menuntun kita sebab Ia berjanji tidak pernah meninggalkan kita.

Ketimbang terus bersikeras kita merasa benar satu terhadap yang lain, jauh lebih berguna kita mencari dan menguji kehendak Tuhan untuk langkah selanjutnya bagi NKRI yaitu bagaimana perpecahan tidak semakin membesar dan bagaimana luka yang telah ditimbulkan dapat terobati dan disembuhkan oleh jamahan kasih (khususnya yang seharusnya dinyatkan dan ditunjukkan oleh anak-anak Tuhan).

Harus ada perbedaan antara pejuang-pejuang kebenaran sejati dengan mereka memutarbalikkan kebenaran demi tujuan mereka. Dan perbedaan itu paling nyata dalam BERBAGAI-BAGAI PERNYATAAN KASIH SEJATI. Itulah cara Tuhan, yang seharusnya menjadi pilihan yang perlu kita perjuangkan dan dukung dengan segenap keberadaan kita.

Renungan bagi kita:
Tahukah dimana Anda berpihak?
Manakah yang lebih baik, berpihak pada salah satu pihak yang sedang bertentangan atau berpihak pada Tuhan dan rencana kehendak-Nya?
Maukah Anda mencari apa kerinduan Tuhan pada saat ini?
Dan jika Anda merasa mendapat suatu pesan dari Tuhan, sudajkah Anda menguji dan memastikannya sebagai yang murni dan sejati dari Tuhan sendiri?

#IntrospeksiDiri
#JanganEmosiDanMelangkahSendiri
#CariDanUjiKehendakTuhan
#BerpihakPadaTuhanDanKebenaranNya

#BenarVsHampirBenar

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1315704868464918&id=517254991643247

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar