Skip to main content

PENENTU KEBERHASILAN PEKERJAAN TUHAN BUKAN UANG ATAU HARTA DUNIAWI

Oleh: Peter B, MA


Benarkah pekerjaan Tuhan tidak mengalami kemajuan dan keberhasilan jika tidak ada dukungan dana dari mereka yang berharta? Mengingat sistem dunia yang menggunakan uang, tidak dipungkiri jika kita menggunakan uang sebagai sarana memperoleh kebutuhan-kebutuhan kita. Namun, memandang bahwa pekerjaan Tuhan bergantung pada kekuatan keuangan, sesungguhnya telah memungkiri fakta-fakta Alkitab dan sejarah kekristenan. Semua hamba Tuhan sejak Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bahkan Yesus sendiri menunjukkan bahwa pekerjaan Tuhan tidak digantungkan pada sumber-sumber kekayaan maupun keberadaan orang-orang yang kaya raya yang menjadi penopang pekerjaan Tuhan. Kerajaan Allah dan pekerjaan-Nya di bumi digantungkan Tuhan pada kuasa-Nya YANG BEKERJA ATAS MEREKA YANG MAU MEMPERSEMBAHKAN HIDUPNYA UNTUK TUHAN, menjadi murid-murid dan hamba-hamba-Nya. Jika ada yang mau hidup demikian, maka Ia akan mencurahkan kuasa-Nya secara dahsyat dan ajaib untuk melaksanakan pekerjaan-Nya di bumi melalui mereka. 

Bukankah semua pelayanan memerlukan uang? Benar. 
Berarti bukankah sudah seharusnya kita menyediakan uang untuk pekerjaan Tuhan? Tidak selalu.

Mengapa? Sebab Tuhan ialah yang empunya pekerjaan dan DIA SENDIRI yang akan memastikan pekerjaan-Nya berlangsung oleh karena kekuatan kuasa-Nya, bukan bergantung pada sesuatu atau seseorang. Dan Tuhan selalu punya berbagai cara menyediakan kebutuhan pekerjaan-Nya. Entah secara natural (menggerakkan siapapun yang mau digerakkan-Nya menjadi saluran berkat bagi pekerjaan-Nya) atau secara supranatural (melalui cara-cara ajaib di luar pikiran dan nalar manusia). 

1) Pekerjaan Tuhan tidak bergantung pada manusia tapi pada kekuatan kuasa-Nya.
Dalam Matius 10:5-15, dituliskan dengan jelas bahwa Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk memberitakan Injil, melayani banyak orang secara rohani dan mengimpartasikan apa yang ada pada mereka yaitu kuasa Tuhan yang diberikan pada mereka.  Dalam melaksanakan pekerjaan itu, mereka hanya boleh bergantung pada Tuhan untuk keperluan hidup mereka sehari-hari. Tidak boleh bergantung pada persediaan mereka atau kemampuan diri mereka (tidak boleh membawa emas, perak, tembaga bahkan bekal, baju atau tongkat). Tuhan berjanji akan memelihara mereka melalui cara-Nya dan memberikan upah bagi mereka sebagai pekerja-pekerja yang diutus-Nya.
Yesus sendiri melepaskan seluruh pekerjaan-Nya selama belasan tahun sebagai tukang kayu pada saat Ia menyerahkan diri sepenuhnya menjadi hamba yang melayani (Matius 20:28). Oleh karena bergantung pada kuasa Tuhan inilah, setiap hamba Tuhan sejati tidak pernah takut melangkah lebih lanjut melaksanakan pekerjaan Tuhan yang diamanatkan pada mereka (Filipi 4:11-13; 2 Korintus 9:7,10,13)

2) Tuhan sendirilah yang mencukupi pekerjaan-Nya, bukan manusia atau apapun lainnya!
Jika untuk setiap anak-anak-Nya, Ia berjanji memelihara dan mencukupi mereka, betapa Ia akan mencukupi serta memelihara pekerjaan-Nya dan hamba-hamba-Nya yang hidup bagi Dia, yang mau menjadi saluran berkat-Nya. 
Dari kisah-kisah Alkitab, kita tahu bahwa dalam proses-Nya atas hamba-hamba-Nya, Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka. Lebih lagi dalam melaksanakan tugas dan panggilan mereka dalam Tuhan. Yusuf diproses untuk menjadi seorang pengurus yang ahli demi menyelamatkan bangsa-bangsa. Dalam prosesnya, Yusuf dipelihara Tuhan meskipun harus bekerja menjadi budak atau narapidana. Daud, dalam prosesnya menjadi buron kerajaan, namun Tuhan peliharakan selalu beserta ratusan pengikutnya dengan cara ajaib meskipun harus hidup dalam gua-gua. Dan daftar ini terus bertambah dengan catatan Musa dalam Taurat dimana Tuhan mencukupi kebutuhan satu bangsa melalui kepemimpinan Musa yang disertai banyak mujizat dan tanda-tanda ajaib. Begitupun Elia yang tetap kecukupan meskipun harus dipelihara Tuhan dengan cara yang sangat tidak lazim (1 Raja-raja 17:1-16).
Di Perjanjian Baru kita tahu, selama melayani di Korintus, Paulus menerima dukungan keuangan dari jemaat lain (2 Korintus 11:8-9) karena tidak menerima sokongan jemaat Korintus (oleh sebab adanya perpecahan di jemaat tersebut) sekaligus ia bekerja sebagai pembuat kemah untuk mencukupi dirinya (Kisah Para Rasul 18:3; 20:34). Dalam kondisi tidak biasa ini, Tuhan mencukupi Paulus dengan membuat kemahnya laku terjual, setidaknya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pelayanannya sehari-hari. Yang tentunya tidak kalah mencengangkan ialah kisah panti asuhan George Muller di Bristol, Inggris yang kerap menerima pertolongan Tuhan secara ajaib dalam mencukupi kebutuhan ribuan anak-anak yatim piatu yang diasuhnya. 
Semuanya menunjukkan TUHAN SELALU PUNYA CARA UNTUK MENJALANKAN PEKERJAAN-NYA DAN MEMELIHARA HIDUP HAMBA-HAMBA SEJATI-NYA

3) Tuhan bekerja melalui manusia untuk memberkati hamba-hamba-Nya maupun kebutuhan pekerjaan-Nya, namun jika tidak ada manusia yang mau dipakai-Nya untuk menjadi saluran berkat-Nya, Ia dapat memakai apa saja dan siapa saja untuk memelihara hamba-hamba-Nya dan melangsungkan pekerjaan-Nya. Sekali lagi, Tuhan selalu mempunyai cara memelihara hamba-hamba-Nya dan menjalankan pekerjaan-Nya di bumi.
Ia dapat memakai angin untuk mendatangkan burung puyuh atau roti yang turun dari sorga seperti manna untuk makan dan minum umat-Nya (Bilangan 11:31; Keluaran 16:1-31). Gunung-gunung batu pun dipecahkan-Nya supaya umat-Nya tiada kehausan (Keluaran 17:6). Secara ajaib tiang awan dan tiang api menjaga dan melindungi mereka sepanjang hari (Keluaran 13:21-22). Begitupun burung gagak, janda miskin atau bendahara istana (1 Raja-raja 17:1-16; 18:3,4,13) -- semuanya di luar pikiran manusia dapat Tuhan pakai untuk mendatangkan pemeliharan-Nya atas hamba-hamba-Nya maupun melaksanakan rencana-Nya di muka bumi. 
Pada sisi lain, mereka yang dipercayakan harta kekayaan namun tidak menggunakannya sesuai kepentingan dan kehendak Tuhan, akan menerima hajaran dan diminta pertanggungjawaban pada penghakiman terakhir (Matius  10:14-15; 1 Samuel 25:37-38; Obaja 1:1-14; Matius 25:44-46)

4) Meneliti kitab Kisah Para Rasul, kita tahu bahwa pekerjaan Tuhan ditanggung oleh SEMUA MURID-MURID YANG RELA BERBAGI HARTANYA SATU SAMA LAIN UNTUK KELANGSUNGAN PEKERJAAN TUHAN (Kisah 2:44-45), terlepas mereka memiliki banyak harta maupun tidak, terlepas mereka tergolong sebagai orang kaya maupun tidak. Dalam beberapa kasus, justru ada orang-orang kaya yang malah melepaskan seluruh hartanya untuk kemudian melayani secara penuh waktu seperti Barnabas (Kisah Para Rasul 4:36-37; 13:1-3).
Dengan apa yang ada, para rasul (dan jemaat mula-mula) terus bergerak dengan berani membawa gereja pada pertumbuhannya sesuai rencana Tuhan dengan mengikuti pimpinan Roh Kudus dalam pemeliharaan Tuhan (Kisah Para Rasul 4:29-31). Sesungguhnya bukan persembahan materilah yang Tuhan cari melainkan hati dan hidup yang dipersembahkan bagi kemuliaan-Nya dengan mengambil bagian dalam pekerjaan-pekerjaan di ladang-Nya (Roma 12:1; Lukas 10:2; Kisah Para Rasul 8:20-23; 2 Korintus 12:14).

5) Berkali-kali juga disampaikan oleh rasul Paulus bahwa ketika kita memberikan harta kita bagi pekerjaan Tuhan, sesungguhnya kita tidak sedang "membantu" Tuhan namun memperbesar kasih karunia Tuhan bagi hidup kita sendiri dan sesama kita lainnya. Tuhan tidak perlu bantuan kita sebab Dia mahakuasa. Namun Ia berkenan memakai kita supaya kita berkesempatan menyatakan kasih kepada-Nya dan kepada sesama kita, baik yang seiman maupun yang belum percaya. Pemberian-pemberian kita merupakan suatu praktek nyata bahwa kita hidup di dalam kasih, meneladani diri-Nya yang murah hati dan suka memberi, yang membangkitkan lebih banyak lagi buah-buah jasmani maupun rohani oleh sebab Ia berkenan pada semuanya itu. Dengan demikian, kita dan banyak orang jualah yang akhirnya beroleh keuntungan berlipat ganda (Mazmur 41:2-4; Amsal 19:17; Kisah Para Rasul 20:35; Filipi 4:17; 2 Korintus 8:13-15; 2 Korintus 9:6-12)

6) Jadi, berbahagialah dan bersyukurlah apabila Tuhan hendak memakai kita memberkati hamba-hamba-Nya maupun turut mengambil bagian dalam kelangsungan pekerjaan Tuhan melalui persembahan harta kita. Sungguh kemurahan Tuhan jika Ia berkenan menjadikan kita alat kemuliaan-Nya (1 Tawarikh 29:2-9; 2 Korintus 8:2-8; 3 Yohanes 1:5-8; Keluaran 35:4-29; 36:3-7)

Tetapi, janganlah berpikir bahwa pekerjaan Tuhan tidak akan berhasil tanpa sumbangan dan dukungan harta kita sebagaimana yang banyak dijadikan alasan beberapa orang untuk memburu materi lebih banyak lagi. Melainkan kepada setiap mereka yang dipercayakan Tuhan kelimpahan harta semestinya berpikir bahwa merekalah yang tidak akan berhasil di hidup sekarang maupun yang akan datang apabila Tuhan tidak berkenan pada mereka oleh sebab mereka tidak menggunakan apa yang dipercayakan pada mereka untuk kemuliaan Tuhan.

Kesimpulan: 
Apakah Yesus memerlukan minyak narwastu yang dicurahkan di kaki-Nya sebelum hari kematian-Nya? 
Adakah Dia memerlukan persembahan harta dari para wanita yang mengiring-Nya (Lukas 8:3) selama Ia melayani di dunia -padahal lima ribu orang diberi-Nya makan dan masih ada kelebihan 12 bakul? 
Perlukah jasad Yesus yang diturunkan dari salib dibaluri dengan mur dari Nikodemus seberat 50 kati? 
Pernahkah Yesus berkata supaya Ia dikuburkan di makam orang kaya, Yusuf Arimatea? 

Tentu saja jawabannya dari semua itu adalah "tidak". Yesus tidak memerlukan dan menuntut persembahan harta kita. Namun berbahagialah setiap orang yang memiliki harta namun bersedia dengan penuh gairah melayani Tuhan dengan hartanya. Tuhan akan mengingat, mencatat bahkan membalas semuanya berkali-kali lipat entah di dunia yang sekarang maupun yang akan datang. 

Adakah orang itu Anda? 

Salam revival! 
Tuhan Yesus memberkati.

Comments

Popular posts from this blog

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

SIKAP DAN PANDANGAN KITA YANG SEHARUSNYA TERHADAP NUBUAT /PENGLIHATAN: MENANGGAPI PESAN PROFETIK YANG DISAMPAIKAN OLEH CINDY JACOB DI MEDIA SOSIAL

Oleh: Didit I. Beberapa hari ini saya mendapatkan kiriman cukup banyak dari rekan-rekan di media sosial tentang nubuatan dari Cindy Jacob terkait Bapak Ahok. Menanggapi pesan nubuatan dari Cindy Jacob yang disebarkan di media sosial tersebut, Tuhan menggerakkan saya untuk mengajak rekan-rekan dan seluruh umat Tuhan untuk bersama menguji pesan yang disampaikan oleh Cindy Jacob dan mencari kehendak Tuhan dalam pesan tersebut. Pesan profetik yang disampaikan oleh Cindy Jacob seperti gambar di bawah ini: Sesuai dengan 1Tesalonika 5:19-22, kita tidak boleh memandang rendah setiap nubuatan namun juga tidak boleh langsung menerimanya mentah-mentah, sebaliknya kita harus mengujinya. Ini berarti sikap kita terhadap setiap nubuatan/penglihatan adalah menampungnya untuk kemudian diuji sesuai dengan cara dan prinsip Firman Tuhan dan mencari maksud serta tujuan pesan nubuatan/penglihatan tersebut. Penting di sini untuk bersikap netral/tidak berprasangka terlebih dahulu terhadap setiap pesan nubuata