Skip to main content

MENCARI TUHAN DI MASA-MASA KEMUDAHAN

Oleh: Peter B



Mengamati kehidupan Daud, kita akan menemukan betapa jiwa manusia yang satu ini, khususnya dalam hubungannya dengan Tuhan, acapkali terasa berbeda dengan manusia yang lainnya. Banyak hal yang Daud tunjukkan dari hidupnya kerap hanya dipahami secara teori dan ditiru ala kadarnya oleh anak-anak Tuhan.
Banyak yang terinspirasi, tapi tidak kurang yang iri hati melihat kedalaman hubungan Daud dengan Tuhan. Namun, berapa banyakkah yang mau memberikan hatinya sedemikian bagi Tuhan, seperti halnya Daud?

Dalam mencari Tuhan, Daud memiliki prinsip yang berbeda dibanding kebanyakan orang. Perhatikan nats-nats berikut ini:

Dan Daud memberi perintah kepada segala pembesar Israel itu untuk memberi bantuan kepada Salomo, anaknya, katanya:
"Bukankah TUHAN, Allahmu, menyertai kamu dan telah mengaruniakan keamanan kepadamu ke segala penjuru . Sungguh, Ia telah menyerahkan penduduk negeri ini ke dalam tanganku, sehingga negeri ini takluk ke hadapan TUHAN dan kepada umat-Nya.
Maka sekarang, arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari TUHAN, Allahmu. Mulailah mendirikan tempat kudus TUHAN, Allah, supaya tabut perjanjian TUHAN dan perkakas kudus Allah dapat dibawa masuk ke dalam rumah yang didirikan bagi nama TUHAN."
~ 1 Tawarikh 22:17-19 (TB)

Selagi memberikan berbagai instruksi untuk mempersiapkan pembangunan Bait Allah yang akan dikerjakan Salomo, anaknya, Daud memberikan nasihat pada para pembesarnya, yang tak lain adalah para pemimpin bangsanya. Suatu nasihat yang mencerminkan sikap hatinya. Refleksi dari jiwa seorang pencari Tuhan sejati. Ia mengingatkan bahwa keadaan seluruh bangsa kini aman dan tenteram di segala penjuru. Suatu kondisi yang baik dan nyaman. Dan dalam situasi negeri seperti inilah, justru Daud mengingatkan dan mendorong para pemimpin-pemimpin bangsa untuk TERUS MENCARI TUHAN. Untuk mengarahkan hati dan jiwa mereka pada Tuhan. Bukan pada perkara lain.

Di sinilah perbedaan itu terlihat. Pada umumnya, dalam kondisi nyaman dan tenang, orang bersantai dan menikmati segala kemudahan itu. Bahkan tak jarang yang lau hidup berfoya-foya dan berpesta pora. Dalam keadaan limpah dan tak kekurangan, orang cenderung lupa akan Tuhan dan lebih menepuk diri dalam keberadaannya. Seolah ada di puncak dunia. Mampu melakukan semuanya dengan kekuatan yang ada padanya. Percaya pada harta, kedudukan, koneksi, posisi dan segala kelebihan yang bisa diandalkannya. Tuhan adalah hal dan pribadi terakhir yang akan dipikirkannya. Tanpa sadar mereka melecehkan Tuhan.
Seperti yang konon dikatakan tentang Titanic, kapal termegah di zamannya, "Tuhan sendiri pun tidak akan sanggup menenggelamkannya." Fatal. Sebab bahkan sebelum kapal itu menyelesaikan pelayaran pertamanya, ribuan orang memanggil nama Tuhan sementara kapal itu terbelah dua dan karam dengan sangat mengerikan dalam gelapnya malam di jantung Samudra Atlantik.
Di saat-saat terakhirnya, kesadaran baru tiba atas orang-orang di kapal itu. Yang mereka perlukan bukan segala kemewahan dan kenyamanan itu. Kabarnya, suatu pujian rohani dinaikkan sebelum segalanya berakhir. Judul pujian itu "Nearer, My God, To Thee"  yang diterjemahkan dalam pujian yang juga sering kita dengar dan nyanyikan, "Makin Dekat Tuhan".
Suatu bukti nyata bahwa kebanyakan manusia mencari Tuhan di saat krisis datang, waktu bahaya mengancam, ketika masalah menekan, menghadapi jalan buntu dan di kala maut di depan mata.

Tidak begitu dengan Daud.

Daud bukan pemburu Tuhan biasa. Dia bukan pencari Tuhan musiman. Ia tak sekali-sekali saja mencari Allahnya. Atau sekedar mengikuti mood, trend dan tergantung kebutuhannya dalam hidup. Ia mencari Tuhan seturut kerinduan hati Tuhan. Daud mencari Tuhan di segala waktu: baik tatkala sedang terjepit dalam kesukaran maupun di saat berada dalam kemudahan dan kelapangan hidup.
Bagi Daud, kondisi yang tanpa gangguan merupakan suatu kesempatan yang lebih besar, suatu waktu yang sangat baik dan tepat untuk menujukan hati dan jiwa pada Tuhan. Bisa jadi inilah perbedaan mendasar jiwa Daud dengan Salomo. Sebab dalam puncak segala pencapaian, Salomo berhenti mencari Tuhannya. Ia memilih bersenang-senang dengan istri-istrinya yang banyak itu. Yang membawanya menyimpang dari Allah Israel lalu menyembah berhala-berhala.

Daud telah sering mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Sejak ia belia. Menjaga kambing domba di padang belantara. Berhadapan dengan buasnya alam dan hewan pemangsa. Lalu ia dikejar-kejar Saul. Terlunta-lunta dari gua ke gua. Hidup seolah dari belas kasihan orang dan menjadi kelompok terpinggirkan yang tidak sebentar. Pukulan terberat bagi Daud terjadi di Ziklag, sebuah kota Filistin tempat ia melarikan diri dari proses Tuhan. Perompak Amalek menculik kekuarga dan menjarah seluruh miliknya dan kepunyaan orang-orangnya. Iapun berpaling pada Tuhan dan menguatkan imannya. Tuhan lagi-lagi tak pernah mengecewakannya.

Kini, setelah menjadi raja, hati Daud tak pernah berubah. Di dalam hatinya, ia masih seorang pemuda yang tergila-gila akan Tuhannya. Ia terobsesi dengan Kekasih Jiwanya itu. Ia ingin membuat sebuah rumah penyembahan bagi kemuliaan Tuhan. Suatu tempat yang lebih indah dari istana kediamannya. Tempat dimana orang-orang dapat datang berduyun-duyun mencari Tuhan, menaikkan penyembahan tanpa henti setiap harinya. Lebih dari mencari hal yang lain, Daud mencari Tuhan di masa-masa kemudahannya. Hati yang seperti ini yang berkenan -lebih daripada yang lain- di hadapan Tuhan.


JANGAN MENYIA-NYIAKAN KASIH KARUNIA TUHAN 

Ketika jalan kita buntu, harapan kita menipis, wajar jika kita mencari Tuhan. Itu sebabnya Tuhan mengijinkan berbagai krisis dan kesukaran hidup supaya kita mengetahui betapa lemah dan terbatasnya kita.
Namun, saat keadaan berkecukupan dimana semua berjalan lancar dan baik, ada kelebihan bahkan kelimpahan dalam hidup, adakah kita masih mencari Tuhan? Dengan gairah yang sama ketika kita berseru-seru dan minta terobosan dan pemulihan berkat-berkat dalam hidup kita?

Jika kita mencari Tuhan demi memperoleh pertolongan saja dari Dia, kita sesungguhnya tak pernah benar-benar mencari-Nya dan merindukan-Nya.

Pencari Tuhan sejati mendambakan Tuhan setiap saat dalam hidupnya. Kemurahan serta kelimpahan justru menjadikannya lebih bersungguh hati berusaha mengenal Tuhan. Waktu yang lebih longgar karena pekerjaan yang tak lagi banyak menyita waktu digunakannya untuk merenung, menyelidiki dan menyelami jalan-jalan Tuhan. Ruangan-ruangan rumahnya dibukanya untuk tempat berdoa dan bersekutu dengan saudara seiman. Harta miliknya tak dikumpulkannya untuk diri sendiri atau keluarganya, tapi diserahkannya supaya lebih banyak orang mencari Tuhan bersama-sama dengan rohnya yang rindu mendekat pada Tuhan. Ia mengingat pekerjaan Tuhan dan hamba-hamba Tuhan dalam kelebihannya secara ekonomi.

Ini berlaku tanpa kecuali atas para pelayan Tuhan. Masa-masa mudah dimana gereja masih diijinkan berkegiatan secara bebas, bukanlah waktu-waktu santai dan terlena dalam acara-acara rutinitas ibadah semata. Untuk merancang program-program yang tampaknya rohani namun yang tidak membawa pertumbuhan rohani dan pengenalan akan Tuhan.
Kesempatan beribadah dengan tenang merupakan kesempatan untuk mendalami lebih lagi kehendak dan rencana Tuhan. Untuk melatih kepekaan dan menyelidiki bagaimana Tuhan hendak meluaskan kerajaan-Nya. Untuk menangkap isi hati-Nya dan turut serta dalam kegerakan-Nya yang sejati. Untuk mempersiapkan terjadinya suatu kebangunan rohani atas kota dan bangsanya. Untuk membangkitkan umat yang radikal dan penuh gairah dan siap bagi Tuhan.

Daud berhasil sebagai raksasa rohani karena ia tak pernah menyia-nyiakan kasih karunia Tuhan. Dalam kejatuhannya, ia memohon ampun dan menerima pemulihan. Dalam kelemahan dan naik turun emosinya, ia bertelut lalu berseru-seru pada Tuhan dan kembali teguh dan tegar.
Dalam keamanan dan ketenteraman keadaannya, ia tetap mencari Tuhan dan menerima penyingkapan-penyingkapan yang lebih luas akan hati Tuhan sebagaimana rancangan Bait Suci terindah yang diterimanya sendiri dari Tuhan. Dari hati dan hidup Daudlah, kebangunan dan pemulihan besar-besaran dialami Salomo.

Hal yang sama akan Tuhan nyatakan atas generasi-generasi setelah kita, apabila hari ini kita tekun mencari Tuhan. Sebelum saat-saat ini semakin memburuk oleh karena amarah Tuhan dan keadaan menjadi sukar karena pengajaran Tuhan, sungguh, inilah waktunya kita tak menyia-nyiakan kasih karunia yang masih diberikan bagi kita.
Selagi pertemuan-pertemuan doa masih dapat dirasakan dengan bebas, kita perlu bersyafaat dengan segala ratap dan tangis bagi negeri kita. Sementara suara musik serta pujian penyembahan masih boleh bergema di kota-kota kita, marilah kita mencari Tuhan dan menetapkan hati melakukan kehendak-Nya bagi kita. Senyampang, umat Tuhan masih diberikan waktu dan tempat beribadah tanpa larangan dan ancaman, semestinya kita mengarahkan hati mencari wajah Tuhan dan membangun keintiman dengan Dia.
Selama berbagai sarana untuk mendekat dan mengenal Tuhan lebih lagi ada di sekitar kita untuk dijangkau, hendaklah kita tak berlambat-lambat namun bersegera bertumbuh dalam kedewasaan rohani, masuk lebih dalam lagi ke pusat tujuan hidup yang Tuhan telah tetapkan bagi kita.

Bersediakah Anda?

Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya,
tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN."
~ Yeremia 9:23-24 (TB)

Salam revival!
Indonesia penuh kemuliaan Tuhan

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar