Oleh Peter B, MA
"Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi kita, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita.
Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.
Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa."
- Penulis Surat Ibrani (Ibrani 12:1-3)
Dalam hatinya, tidak sedikit orang Kristen yang merasa sudah mengenal Tuhan. Tidak hanya itu, mereka juga yakin bahwa mereka telah mencari Tuhan. Setidaknya secara teratur. Daun jika ditanya apa tandanya, mereka akan menunjukkan kehadiran mereka yang teratur dalam ibadah atau menyebutkan beberapa pelayanan yang mereka telah ikuti serta lakukan dengan aktif. Dengan tingkat kehadiran yang tinggi dan keaktifan dalam berbagai kegiatan gereja, banyak yang teryakinkan bahwa mereka telah cukup melakukan pengejaran akan Tuhan.
Benarkah demikian?
Pertama-tama haruslah disadari bahwa dalam hal ibadah, tidak ada yang lebih giat daripada orang Israel. Sejak tampilnya mereka sebagai suatu bangsa, mereka telah dibesarkan dan dididik dalam budaya kerohanian yang kuat oleh Allah mereka yang juga Tuhan leluhur mereka Abraham, Ishak dan Yakub. Tak terbantahkan pula pengaruh Musa yang dengan gigih membangun suatu bangsa pilihan yang dasar-dasar eksistensinya, sendi-sendi dan haluannya ditetapkan dari hukum-hukum ilahi yang ditegakkannya secara ketat.
Dalam berbagai kesempatan, Allah sendiri menyatakan betapa giatnya mereka bagi hal-hal rohani dan bersifat keagamaan. Tapi yang mengejutkan, Tuhan tidak terkesan dengan semuanya itu saat mereka melakukannya tanpa hati yang mencari Dia untuk mengenal isi hati-Nya!
"Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai.
Apabila kamu datang untuk menghadap di hadirat-Ku, siapakah yang menuntut itu dari padamu, bahwa kamu menginjak-injak pelataran Bait Suci-Ku?
Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
Perayaan-perayaan bulan barumu dan pertemuan-pertemuanmu yang tetap, Aku benci melihatnya; semuanya itu menjadi beban bagi-Ku, Aku telah payah menanggungnya." (Yes. 1:11-14)
"Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu.
Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang.
Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar." (Amos 5:21-23)
"Jawab-Nya kepada mereka: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku.
Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia." (Markus 7:6-8)
"Sebab aku dapat memberi kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi tanpa pengertian yang benar." (Roma 10:2)
Jelaslah ternyata bahwa bukan kesibukan dan partisipasi dalam kegiatan peribadahan yang merupakan ciri mendasar mereka yang mengejar pengenalan akan Tuhan. Sebagaimana yang disampaikan pula oleh Hosea: "Dengan korban kambing domba dan lembu sapinya mereka akan pergi untuk mencari TUHAN, tetapi tidak akan menjumpai Dia; Ia telah menarik diri dari mereka" (Hosea 5:6).
Lalu apa? Apa yang seharusnya menjadi penanda bahwa kita sedang mengejar pengenalan akan Tuhan?
Paulus meringkasnya dengan salah satu kalimat terindah dan terkuat dalam Alkitab kita:
"Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," (Filipi 3:7-8)
Pengejaran Paulus untuk mengenal Yesus Kristus, junjungan dan Tuhannya, dibuktikan dengan melakukan sesuatu yang selayaknya dilakukan oleh mereka yang mengejar sesuatu. Ia fokus pada apa yang dikejarnya. Ia mengabaikan semua pengalih perhatian, pemberat dan penghambatnya untuk berlari. Ia melepaskan semua pengejaran lainnya yang kurang berharga di dalam hidupnya.
Saya tidak sedang mengatakan bahwa kita tidak perlu melakukan apapun yang lain dalam hidup selain menghabiskan waktu berdoa dan membaca firman Tuhan. Tetapi untuk mengenal Tuhan, pertama-tama, kita harus memandangnya sebagai sesuatu yang paling berharga. Paling utama. Paling layak dilakukan. Paling penting untuk diperjuangkan. Lebih dari segala hal apapun lainnya.
Itu akan meminta seluruh wilayah hidup kita diarahkan kepada Tuhan melampaui apapun lainnya. Hati kita. Waktu kita. Pikiran kita. Perasaan. Kehendak. Perkataan. Perbuatan. Perenungan-perenungan kita. Pilihan pergaulan kita. Keputusan-keputusan di hidup kita. Cara kita menghadapi urusan sehari-hari. Hingga gaya hidup kita sehari-hari.
Inilah yang disebutkan Yesus dalam perintah "kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatanmu" dan "carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu".
Dari sudut pandang inilah semuanya di dalam hidup disaring dan dinilai. Kita semestinya secara aktif merenungkan:
Apa yang mendominasi pikiran kita jam demi jam? Apakah itu untuk menyelami pikiran-Nya dalam apapun yang kita kerjakan?
Apakah yang menarik perhatian kita? Apakah itu yang berhubungan dengan Tuhan ATAU kepentingan-Nya atau semangat mencari harta?
Perlu kita selidiki secara jujur, apa yang seringkali memenuhi atau menggerakkan perasaan kita? Apakah hal-hal romantis dengan pasangan kita, emosi yang kuat terhadap anak-anak kita, kesenangan bercengkerama dengan teman dan sahabat kita ATAUKAH kerinduan yang membara untuk membalas cinta kasih Tuhan?
Apa yang menjadi tujuan dan hasrat terbesar kita? Adakah itu untuk menjadi saluran berkat dan alat kemuliaan Tuhan sesuai dengan kerinduan dan cara-Nya ATAU demi mengejar kesenangan dan pengharapan-pengharapan duniawi belaka?
Kita perlu bertanya dan menguji hati kita terdalam: adakah kita memikirkan Tuhan saat disibukkan dengan berbagai aktivitas setiap harinya? Adakah kita mengingat-Nya seperti juta mengingat orang-orang yang kita cinta dan dekat di hati kita? Apakah kita merindukan senyum di wajah-Nya yang bersinar bagi kita? Apakah kita mencari dan berusaha mendengar bisik suara-Nya di tiap langkah dan gerak kita? Akankah kita mencari petunjuk-Nya ketika dihadapkan pada pilihan dan keputusan-keputusan baik yang sederhana maupun yang penting di hidup kita.
Dan, apakah hari-hari kita dilalui dengan kerinduan dan usaha untuk merenungkan rahasia-rahasia di dalam kebenaran firman-Nya? Memadupadankan hidup kita apakah telah selaras dengan kehendak Tuhan dan dipimpin oleh hikmat-Nya baik secara umum maupun secara khusus demi mempersembahkan suatu hidup yang menyenangkan hati-Nya?
Jika itu semua tak pernah atau hanya sedikit saja didapati Tuhan dalam hidup kita, maka kita sebenarnya sedang menipu diri sendiri saat mengatakan kita telah mengejar pengenalan akan Tuhan. Kita hanya menyangka dan menilai secara palsu tanpa dasar yang kuat dan benar bahwa kita benar-benar ingin mengenal Dia lebih lagi.
Kiranya ini menjadi perenungan bagi kita. Tuhan yang maha mengetahui segala sesuatu hingga kedalaman batin dan yang menguji hati kita kiranya melihat bahwa hati kita tertuju kepada-Nya. Dan bahwa dalam setiap usaha kita dan tarikan nafas, kita merindukan Dia lebih dan lebih lagi.
Ada suatu kerinduan
Yang hanya Engkau saja
Yang dapat memenuhinya
Ada suatu badai yang menggelora
Yang hanya Dirimu saja
Yang mampu meneduhkannya
Hatiku haus, ya Tuhan
'Tuk mengenal-Mu
Seperti diriku dikenal
Ku mau minum dari sungai-Mu
Yang mengalir dari tahta-Mu
Bawaku lebih dalam
Lebih dalam lagi mencintai-Mu
Yesus, dekapKu erat dalam pelukan-Mu
Bawaku lebih dalam
Lebih lagi tuk mengasihi-Mu
Lebih dalam dari yang sebelumnya
Ku hanya ingin mengasihi-Mu
Lebih dan lebih lagi
Betapa kurindu-
Lebih lagi mengasihi-Mu
- Don Moen (diterjemahkan secara bebas dari lagu "Deeper in Love")
Comments
Post a Comment