Skip to main content

MENYELESAIKAN PEKERJAAN BAPA



Oleh: Peter B, MA



Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. (Yohanes 4:34)

Jika kita renungkan, adalah suatu fakta bahwa setiap benda ataupun sesuatu yang dihasilkan atau dibuat oleh tangan manusia memiliki nilai tujuan. Sebutkan benda apa saja, dan kita dapat menyebutkan pula tujuan keberadaan benda tersebut. Mungkin saja ada benda yang semula kita tidak mengerti apa kegunaannya, tetapi jika sang pembuat benda tersebut yang ditanya, maka ia pun akan memberikan tujuan atau manfaat dari benda tersebut. Hampir sulit kita temui suatu benda di dunia ini yang tidak memiliki kegunaan atau tujuan tertentu dalam keberadaannya. Dengan begitu dapat dengan mudah kita menyimpulkan bahwa setiap benda di dunia ini memiliki tujuan tertentu. Benda yang tidak memiliki kegunaan atau tujuan tertentu dalam keberadaannya dapat digolongkan sebagai sesuatu yang tidak memiliki nilai atau arti penting. Benda yang tidak dapat dipakai lagi atau tidak dapat membawa manfaat lagi hanya layak untuk satu perlakuan: dibuang.
Itu dapat disamakan dengan apa yang kita sebut sebagai sampah. Dan memang definisi dari sampah adalah barang yang tak berguna atau tak berharga.

Setiap kali kita melihat atau mendapati suatu barang dan masih menemukan kegunaannya, kita tidak akan membuangnya, bukan? Dan demikian sebaliknya, jika kita merasa suatu barang sudah tidak memberi manfaat lagi paling tidak bagi kita maka kita akan membuangnya. Benda yang tidak memiliki tujuan dalam keberadaannya pasti cepat atau lambat akan disingkirkan atau didaur ulang jika bisa. Hingga di sini kita dapat belajar bahwa tujuan atau manfaat keberadaan suatu benda sangat menentukan nilainya. Jika benda itu membawa banyak keuntungan serta multifungsi, itu pasti memilik nilai tertentu bahkan mungkin saja harga yang mahal. Dan sebaliknya, jika benda itu membawa keuntungan yang sedikit saja, ia akan dinilai rendah. Demikian garis besarnya.

Mungkin Anda bertanya-tanya mengapa kita membicarakan begitu panjang lebar mengenai kegunaan benda-benda hingga ke topik mengenai sampah. Ya, uraian di atas hanyalah pengantar untuk renungan kita kali ini. Dalam edisi lalu kita mengetahui bahwa apa yang dianggap sebagai ‘makanan yang tidak kamu kenal’ (makanan rohani) oleh Yesus ialah 2 perkara yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan Bapa. sebelumnya kita telah membahas mengenai betapa penting dan berartinya kehendak Bapa dalam kehidupan Yesus, Itulah kebutuhan pokokNya, kebutuhan hidupNya yang paling vital bagi kerohanianNya. Tetapi itu hanya setengah dari apa yang disebut ‘makanan lain’ ini. Hal kedua yang tidak kalah pentingnya dengan melakukan kehendak Bapa adalah menyelesaikan pekerjaan Bapa. Bagi Yesus, tidak ada hal lain yang lebih penting dalam hidupnya selain kedua hal ini. Dan kita akan membahas hal kedua mengenai kebutuhan pokok dan kegemaran dari para penyembah sejati ini. Mari kita mulai.

Jika setiap benda yang diproduksi oleh manusia memiliki kegunaan, pastilah Sang Pencipta Agung itu jauh lebih bijaksana. Tuhan tidak pernah salah mencipta. Ia tidak pernah mengalami kegagalan produksi atau menggunakan formula yang salah sehingga apa yang hendak diciptakannya itu tidak jadi atau setengah jadi. Alkitab memberitahukan kita bahwa semua ciptaanNya itu baik adanya. Dan setelah ciptaanNya yang disebut manusia di tambahkan ke dalam seluruh ciptaanNya, Allah memandang segala yang diciptakanNya itu sungguh amat baik (Kejadian 1:31). Itu berarti bahwa ciptaan Allah tidak hanya sekedar baik, indah, luarbiasa atau dahsyat tetapi juga sempurna.

Dalam kesempurnaan ciptaanNya itu, tentu saja terkandung nilai tujuan di dalamnya. Allah menciptakan manusia bukan untuk menjadi suatu barang yang tidak berguna atau tidak bertujuan. Justru tujuan Allah di dalam penciptaan manusia adalah tujuan yang terbaik. Tujuan keberadaan setiap manusia yang dilahirkan di muka bumi adalah mulia. Jika ada manusia yang merasa tidak memiliki tujuan hidup atau tidak merasa memerlukan suatu tujuan hidup, ia adalah makhluk yang mengingkari kodratnya. Manusia , sepanjang umur hidupnya di dunia di maksudkan untuk suatu tujuan khusus yang ditetapkan oleh Pembuatnya sendiri, Allah.

Sayangnya, karena kejatuhan manusia sejak Adam ditambahkan program-program penghancuran hakikat penciptaan manusia oleh iblis, maka telah begitu banyak manusia yang pernah ada di setiap generasi bumi ini menyimpang dari tujuan hidupnya. Ada kumpulan manusia yang sama sekali tidak membawa kegunaan bagi Tuhan, manusia lain ataupun seisi bumi. Mereka hanya dapat merusak dan merusak saja. Ini penyimpangan yang sangat menyedihkan. Tetapi ada juga yang tidak kalah buruknya – kelompok manusia yang mungkin saja mereka membawa manfaat bagi manusia lain atau isi dunia ini, tetapi tujuan mereka tidak selaras lagi dengan tujuan Penciptanya. Inipun penyimpangan yang sangat tragis karena jika dipersamakan dengan benda manusia demikian sudah tidak berguna lagi bagi Penciptanya. Jika Sang Pencipta merasa ia tidak berguna, maka dengan mudah Ia dapat…. (sungguh ngeri memikirkannya saja!)

Efesus 2:10 menerangkan kepada kita bahwa “kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Hal itu menunjukkan sesuatu yang penting: setiap kita diciptakan Tuhan untuk suatu pekerjaan atau tugas khusus dan Tuhan mau kita hidup di dalamnya! Mengapa Tuhan mau demikian? Kembali ke contoh di atas. Jika kita diciptakan untuk suatu tujuan khusus yang telah ditetapkan Tuhan sebelumnya, dan ternyata kita tidak hidup menurut tujuan itu maka tentu saja kita akan menjadi seperti benda yang tidak tepat guna, salah guna bahkan mungkin bisa saja tidak berguna lagi keberadaannya! Ini berarti bahwa untuk mencapai potensi maksimal dari keberadaan kita sebagai manusia di dunia ini, maka tidak dapat tidak – kita harus hidup di dalam tujuan yang sempurna, yang telah ditetapkan Tuhan dalam hidup kita dan kemudian menyelesaikan pekerjaan yang sesuai dengan tujuanNya itu.

Keberadaan serta apa yang dikerjakan oleh Yesus di dunia 2000 tahun yang lalu adalah karena satu tujuan. Itulah sebabnya, salah satu hal yang paling utama dan vital dalam hidupNya adalah menyelesaikan pekerjaan BapaNya. Tanpa melakukan hal itu, keberadaan Yesus di duna ini menjadi tidak berguna lagi. Tanpa hidup dalam tujuan Bapa serta menyelesaikan pekerjaanNya, sia-sialah Ia datang ke dunia ini. Inilah teladan yang sempurna dari manusia yang sempurna bagi kita di masa sekarang ini.

Saudara-saudara kekasih, sebagai penyembah sejati, kita tidak dapat menawar lebih rendah daripada itu. Prinsip demikianlah yang harus kita ambil dan jadikan bagian dalam hidup kita di dunia ini. Tidak ada hal yang lebih berharga, perkara yang lebih mulia, urusan yang lebih utama dalam hidup kita yang singkat di dunia ini selain hidup di dalam rencana tujuan Bapa serta menyelesaikan tugas pekerjaan yang Ia berikan bagi kita. Tidak ada usaha lain yang lebih layak kita perjuangkan daripada hal itu. Itulah kebutuhan utama hidup kita. Itulah kegemaran kita. Itulah yang membuat hidup kita bergairah selama menjalani kehidupan dunia yang gersang ini.

Pertanyaan-pertanyaan ini patut kita renungkan: adakah kehendak Allah serta menyelesaikan pekerjaanNya merupakan prioritas hidup kita? Apakah yang membuat kita tetap bertahan hidup dan bergairah selama di dunia ini: hal-hal duniawi ataukah urusan surgawi? Kita yang mengaku pengikut Kristus dan rindu menjadi penyembah sejati harus mengikuti teladanNya. Kita harus mendahulukan kehendakNya serta memiliki hasrat yang tidak pernah padam untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah ditetapkan Bapa pada kita. Biarlah di akhir hidup yang singkat ini kita dapat berkata seperti Yesus: “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu untuk melakukannya (Yohanes 17:4). Amin.

(Diambil dari warta Worship Center edisi 12 – 29 Maret 2002)









Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar