Skip to main content

TENTANG RASA AMAN DALAM HIDUP (Bagian 2)


Selagi kita belajar bahwa kekayaan bendawi tidak pernah dapat menjadi jaminan bagi kita, kita perlu berhati-hati dan waspada supaya jangan sampai kita mengadopsi pemikiran yang ekstrim akibat salah menafsirkan maksud Tuhan dalam firman-Nya.

Menjadikan Tuhan sebagai rasa aman BUKAN BERARTI melakukan hal-hal seperti yang disebutkan berikut ini :

- Tidak lagi bekerja keras dan mencari nafkah untuk hidup sehari-hari lalu mengisi keseharian mayoritas dengan menghadiri acara-acara rohani, mengisi waktu sepanjang hari hanya dengan menaikkan doa-doa dan bernyanyi-nyanyi memuji Tuhan maupun menjari sibuk dalam kegiatan-kegiatan pelayanan dalam sebagian besar waktu yang ada. Jika memang Tuhan menghendaki demikian yaitu supaya kita fokus melayani Tuhan, itu baik dan tepat namun tidak berarti cara hidup yang demikian yang harus dijalani oleh semua orang percaya

- Menolak setiap dukungan atau pemikiran mengenai keuangan sebagai sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Tuhan tidak ingin kita fokus pada kekayaan materi, tetapi bukan mengabaikan dan menolaknya sama sekali untuk lalu menjalani hidup sebagai orang-orang miskin dan pertapa-pertapa

- Melarang penarikan persembahan keuangan dari jemaat atau bersikap menolak pemberian materi yang tulus dari jemaat untuk kepentingan pelayanan. Justru sebaliknya, karena tidak fokus kepada pencarian akan harta benda, hamba-hamba Tuhan harus hidup sewajarnya (bukan bermewah-mewahan) karena mereka hidup dari dukungan jemaat yang tentunya telah berkorban merelakan sebagian nafkahnya untuk memberkati pekerjaan Tuhan


Pada sisi lain, tidak fokus pada pencarian kekayaan demi memperoleh rasa aman darinya itu ditunjukkan dalam sikap dan perilaku :

1) Tidak menjadi serakah atau tamak, sehingga mengerahkan seluruh yang ada padanya demi memperoleh keuntungan materi sebanyak-banyaknya, apalagi dengan menghalalkan segala cara

2) Menjadikan pencarian akam perkenan dan kehendak Tuhan sebagai hal yang paling utama dalam hidup, termasuk dalam menjalani kehidupan sehari-hari sewaktu berkecimpung di dunia bisnis sekluer yang berkaitan dengan keuntungan-keuntungan materi. Di setiap langkah dan keputusan bisnis, yang tidak fokus pada kekayaan materi akan selalu mengarahkan dan membuka hatinya terhadap pimpinan Tuhan yang pasti menuntun pada jalan yang terbaik

3) Dalam gereja dan pelayanan pekerjaan Tuhan, tidak berulang kali menggemakan pesan-pesan yang berkesan meminta dukungan keuangan dari jemaat sebagai salah satu pesan utama, yang kerapkali disampaikan dengan berbagai cara. Pesan-pesan tersebut tampak rohani namun kemudian terbukti manipulatif seperti misalnya menyampaikan pengajaran berulang kali dengan penekanan pada pesan-pesan perpuluhan dan persembahan, mengulas dan mendoakan berkali-kali janji-janji Tuhan khususnya berkat-berkat jasmani dan ganjaran bagi yang suka memberi, mengajarkan supaya memberikan dukungan materi secara besar-besaran dengan alasan memberikan yang terbaik bagi Tuhan, yang nyatanya tidak seimbang dengan pesan-pesan mengenai membayar harga ketaatan dan persembahan hidup kepada Tuhan.

4) Tidak terikat pada kekayaan materi namun hatinya tertambat serta tertuju pada Tuhan dan kehendak-Nya dalam hidup. Ini sedikit banyak digambarkan dalam ayat berikut ini :

Peringatkanlah agar mereka itu (yaitu orang-orang kaya sebagaimana disebutkan di ayat sebelumnya:)
berbuat baik
menjadi kaya dalam kebajikan,
suka memberi dan membagi
dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.


Orang-orang kaya seharusnya menggunakan kelimpahan harta duniawinya untuk mempersiapkan dan mengumpulkan harta yang kekal di sorga alih-alih menghabiskan tahun-tahun hidupnya menimbun kekayaan yang bisa jadi ia sendiri tidak pernah menggunakannya.

5) Tidak berpikir dan bertindak seolah-olah pekerjaan Tuhan hanya dapat diadakan dengan biaya yang besar. Benar bahwa pekerjaan Tuhan membutuhkan dana namun penekanan bahwa hanya oleh karena ada dana yang disediakan dan ada yang menyandang dana saja maka pekerjaan Tuhan dapat dilangsungkan merupakan pikiran yang lebih fokus pada harta ketimbang pada kuasa Tuhan.

Saya ingin menutup semua ini dengan kisah Naaman, seorang panglima kerajaan Aram yang terkena kusta. Dalam 2 Raja-raja 5 disebutkan bahwa ia seorang yang terpandang, kesayangan dan kepercayaan rajanya. Tentang kekayaan tidaklah diragukan lagi. Singkat cerita, demi menyembuhkan sakitnya Naaman datang kepada Nabi Elisa dan sama seperti kebanyakan orang kaya atau orang-orang yang status sosialnya tinggi, ia merasa terhina saat sang nabi tidak mau menemuinya secara langsung dan hanya memberikan perintah melalui seorang suruhan untuk mandi di sungai Yordan tujuh kali. Atas nasihat pegawai-pegawainya (yang ternyata lebih bijak daripada sang tuan karena hati mereka tidak seangkuh Naaman) maka Naaman pun bersedia mandi di sungai Yordan. Ia pun mengalami mujizat dan sembuh sama sekali.

Selanjutnya adalah bagian yang berkaitan dengan pembahasan kita. Naaman sebelumnya sudah menyediakan suatu upah yaitu sejumlah harta benda yang besar bagi Elisa. Tidak main-main. Sepuluh talenta perak, 6000 syikal emas, dan 10 potong pakaian. Semuanya hendak diberikan pada Elisa. Namun Elisa tidak mau menerimanya sedikitpun. Bukan karena Elisa selalu bersikap demikian tetapi, saya sangat yakin, ini karena Tuhan yang memerintahkan demikian demi tujuan menguji motif bujang Elisa (lebih-lebih setelah belakangan diketahui bahwa bujang Elisa, Gehazi ternyata tergiur dengan harta pemberian itu sehingga memilih Naaman).

Di sini kita melihat :1- Harta yang banyak tidak mampu menolong ketika seseorang sampai pada suatu situasi kehidupan dimana harta seberapapun banyaknya tak mampu berbuat apa-apa. Naaman dengan segala jabatan, kehormatan, kedudukan dan kekayaannya harus mencari Tuhan sebagai solusi bagi problem hidupnya yang tak mampu diatasi oleh kelimpahan kekayaannya.

2- Orang yang celik mata rohaninya akan memuliakan Tuhan lebih daripada harta. Baginya memiliki Tuhan jauh lebih berharga daripada memiliki segala harta. Yang terbuka mata hatinya akan menyadari bahwa tidak ada yang lebih berharga selain dimiliki Tuhan, mengenal Dia dan menyembah Dia seumur hidupnya.

3- Hamba Tuhan sejati (seperti Elisa) dapat dikenali dari sikapnya terhadap harta benda. Ia tidak silau oleh harta, tidak mencari dukungan materi, namun mengutamakan mencari tahu kehendak Tuhan lebih daripada apapun juga. Bahkan ketika kehendak Tuhan itu tidak memberikannya keuntungan secara materi. Ini berbeda dengan hamba Tuhan palsu dengan motif-motif tidak murni seperti yang ditunjukkan oleh Gehazi. Mengatasnamakan Elisa, para nabi, dan pekerjaan Tuhan bujang Elisa itu menipu Naaman demi memperoleh sebagian harta yang dibawa Naaman dan yang sebelumnya ditolak Elisa itu (lihat 2 Raja-raja 5:22-23).

4) Rasa aman sejati ialah dengan tinggal di dalam Tuhan dan kehendak-Nya. Bukan di dalam keadaan limpah keuangan dan harta benda. Hidup Elisa yang semula kaya raya namun kemudian dijalani dengan sederhana sebagai hamba Tuhan (bukan sebaliknya yang semula sederhana lalu menjadi mewah setelah menjadi hamba Tuhan!) menggambarkan betapa hidup Elisa meskipun tidak berlimpah harta namun Tuhan senantiasa menjadi pertolongan, perlindungan, dan solusi secara ajaib bagi orang yang mau hidup mengabdi dengan tulus kepada-Nya.

Akhir kata dari semuanya, biarlah fokus kita bukan pada apa yang kelihatan namun yang tidak terlihat. Bukan pada yang di bumi tapi yang di sorga.
Bukan pada yang sementara namun yang kekal. Bukan pada yang dapat hilang dan rusak tetapi pada yang tak dapat dirusakkan atau berkurang.
Biarlah fokus kita tertuju pada harta yang rohani dan sorgawi jauh melebihi keterikatan dan cinta pada yang duniawi.

Oh betapa rindunya kita berjumpa Tuhan dan diam di rumah Tuhan sepanjang masa jika seluruh harta kita tersimpan di sana.
Tapi, betapa celakanya orang yang terikat pada hartanya di bumi sampai-sampai ia terjerat pada perkara-perkara di dunia, tak berminat akan sorga dan Tuhan. Seperti istri Lot, ia menjadi tiang garam dan binasa.

Biarlah harta kita berlimpah ruah di sorga.
Sebab dimana harta kita berada, di sana pula hati kita berada!

Dalam terang firman-Nya
Peter B
Hamba sahaya di Ladang Tuhan

Comments

  1. Ini bukan kebetulan saya baca,tapi memang rencana tuhan kepada saya..amin God bless you

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar