Skip to main content

LAZARUS, ORANG KAYA DAN ABRAHAM


Oleh : Peter B, MA



Bukan sekali saja saya mendengar khotbah dan membaca pernyataan ini : "Pilihlah menjadi Abraham, kaya di dunia dan kata di sorga". Juga, "Jadilah seperti Abraham, Ishak, Yakub, Salomo yang percaya Tuhan tapi juga merupakan orang-orang kaya selama di bumi". Yang terbaru yang saya tangkap adalah penyataan ini :  "Kita membaca ada orang kaya, ada Lazarus dalam kisah perumpamaan Yesus. Kenapa memilih di antara kedua orang itu, jika ada Abraham di kisah itu. Bukankah lebih baik memilih jadi Abraham. Kaya di dunia tapi juga masuk sorga?"

Pernyataan tersebut rupanya disimpulkan dari perumpamaan Yesus dalam Lukas 16:19-31 (harap dibaca sendiri), yang secara khusus menyebutkan tiga sosok tersebut di ayat 23 :
Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus  duduk di pangkuannya.

Tanpa bermaksud menghakimi siapapun, kita patut bertanya mengapa beberapa orang menafsirkan ayat ini sedemikian. Yaitu bahwa Tuhan menghendaki kita kaya seperti Abraham daripada hidup seperti Lazarus, yang meski masuk sorga tapi hidup miskin dan menderita di dunia.  Mengapa seolah "menghindari" hidup serupa Lazarus? Mengapa masuk dalam hidup abadi penuh bahagia tidaklah cukup?
Benarkah Tuhan memang menghendaki kita menjadi kaya raya dalam hidup sekarang ini seperti halnya Abraham?

Saya punya jawaban untuk pertanyaan tersebut. Jawaban dalam bentuk pertanyaan : Jika Tuhan menghendaki selama hidup ini kita kaya raya, bagaimana dengan Yesus Kristus yang tidak menjadi kaya raya selama hidup-Nya?

Mungkin ada yang mencoba berdalih : "Tapi, bukankah Yesus memang dikehendaki menjadi miskin supaya kita kaya? Jadi kita harus mengklaim dan menikmati hak kita sebagai anak-anak Allah yang ditentukan untuk kaya karena kemiskinan Yesus"

Tanggapan saya : "Jika demikian, maka merujuk kepada hidup Yesus, bukankah itu artinya Allah Bapa bisa menghendaki hamba-hamba-Nya hidup dalam keterbatasan daripada kelimpahan materi?
Atau, jika memang hanya Yesus yang ditentukan untuk miskin, mengapa rasul-rasul-Nya juga bukan orang-orang yang kaya raya seperti Abraham?
Dan bukankah sebagian besar yang memiliki kekayaan yang banyak itu ada di Perjanjian Lama, jauh sebelum Yesus lahir dan mati?
Lalu mengapakah kita hanya bersedia menjadi orang-orang yang kaya selagi mengikut Yesus daripada meneladani hidup-Nya sebagai hamba Tuhan yang sederhana serta penuh keterbatasan sementara hidup mengerjakan kehendak Bapa?"

Sebelum pertanyaan-pertanyaan itu dapat dijawab dengan meyakinkan, saya menolak tafsiran yang meyakini bahwa kita dipanggil dan ditentukan menjadi kaya raya secara materi di dunia.
Alkitab memang buku yang perlu ditafsirkan. Namun untuk menemukan kebenaran sejati, kita harus menafsirkannya dengan tepat, yaitu yang sesuai dengan apa yang ada di hati, pikiran Tuhan dan yang menjadi kehendak-Nya sebagai Pribadi yang menyuratkannya melalui hamba-hamba yang diilhami Roh-Nya itu. Menafsirkan kitab suci mengikuti pola pikir kita sendiri, lebih-lebih yang berorientasi duniawi daripada sorgawi, akan sangat berbahaya dan dekat dengan kesesatan, yang menyebabkan kita akhirnya terjatuh dalam jerat kuasa kegelapan yang membinasakan.

ABRAHAM DI PERUMPAMAAN YESUS
Sesungguhnya bukan kebetulan Abraham dimasukkan dalam perumpamaan Yesus mengenai orang kaya dan Lazarus. Jika ada yang menafsirkan bahwa itu karena Tuhan menghendaki kita seperti Abraham, ada baiknya kita berhati-hati sebelum menyimpulkan demikian.

Dari apa yang saya teliti tentang Abraham, oleh pertolongan Dia yang adalah sumber segala hikmat, saya memberanikan diri memberikan pandangan sebagai berikut:

1) Perumpamaan Yesus mengenai orang kaya dan Lazarus memang dengan sengaja mengkontraskan kehidupan dua orang yang sangat berbeda. Yang satu kaya, yang satu sangat miskin. Yang satu menderita, yang satu hidup penuh kemudahan, kenyamanan dan kemewahan. Yang satu percaya kepada Tuhan, yang satu tidak peduli akan Tuhan selama hidupnya. Dan karena hal itu, Lazarus dikenal oleh Tuhan dengan disebutkan namanya oleh Yesus sedangkan si kaya tak dikenal Allah. Persamaannya, keduanya kemudian sama-sama mengalami kematian dan sama-sama masuk ke alam maut. Lalu kembali muncul perbedaan. Yang satu, Lazarus, berada dalam kedamaian dan kebahagiaan sedangkan si kaya dalam penderitaan, yang mana ini berbanding terbalik dengan keadaan mereka di dunia.

Pesan utama dari perumpamaan ini adalah : Tuhan tidak memandang rupa. Yang hidupnya diarahkan pada Tuhan, meski miskin akan diganjar hidup kekal penuh bahagia bersama-sama orang-orang kudus-Nya. Sebaliknya, walau ia kaya raya, kekayaannya tidak dapat membuatnya membeli tempat permai nan abadi ketika ia mati. Dalam segala kenyamanan dan kemudahan, ia telah menyia-nyiakan hidupnya dengan menghabiskan segala yang ada padanya demi kesenangannya sendiri,  tanpa mau mengingat Tuhan selama di dunia. Saat kematian menjemput, semuanya telah terlambat.

Melalui perumpamaan kedua orang ini, secara tersirat Yesus menyampaikan suatu pesan penting bahwa : YANG TERUTAMA SELAMA HIDUP DI DUNIA BUKANLAH TENTANG MENJADI KAYA DALAM MEMILIKI BANYAK HARTA BENDA, ATAU MENJALANI HIDUP ENAK DAN MUDAH DENGAN MENIKMATI SEGALA YANG BAIK DAN MEWAH DI DUNIA INI. Hidup di dunia ini adalah pengejaran akan yang lain, yang lebih dari itu. Yaitu untuk mengejar harta di sorga.
Ini selaras dan memiliki benang merah dengan pengajaran Yesus lainnya.

"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
~ Matius 6:19-20 (TB)

Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah."
~ Matius 19:21, 23-24 (TB)

Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."
~ Lukas 12:15 (TB)

Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 
~ Matius 16:26 (TB)

Hidup di dunia ini bukanlah untuk memperoleh dunia dan isinya. Hidup di dunia ini adalah terutama mencari harta bukan yang di bumi tapi yang di sorga. Berbahagialah orang yang hiduo secara demikian. Hidupnya tak pernah sia-sia tetapi kelak penuh bahagia selama-lamanya.

2) Abraham turut disebutkan dan diceritakan dalam perumpamaan itu karena Tuhan bermaksud menunjukkan pada kita murid-murid-Nya :

     bahwa Abraham adalah orang benar dan karena iman ia beroleh tempat yang penuh bahagia di dunia orang mati. Demikian pula halnya dengan Lazarus yang karena iman masuk dalam tempat yang baik penuh kelegaan. Dan dengan ini, sekali lagi, Yesus menegaskan bahwa jiwa-jiwa yang menerima kesukaan di dunia orang mati tidak bergantung akan kekayaannya dunia. Asalkan ia beriman dan mengharap kasih karunia Tuhan, ia diselamatkan dari penderitaan kekal.

      menjadikan Abraham sebagai pembanding bagi orang kaya yang fasik, yang sekarang menderita sengsara di alam maut itu. Sebagai pembanding untuk apa?

- Untuk menunjukkan bahwa tidak semua orang kaya akan menerima nasib celaka setelah mati. Bahwa ada orang kaya yang masuk kebahagiaan kekal juga setelah ia mati. Contohnya, Abraham. Ini merupakan pesan penghiburan khususnya bagi orang-orang berharta di dunia. Bahwa bukan karena ia kaya, ia akan menderita sengsara setelah mati. Dan bukan ia harus menjadi miskin lebih dahulu supaya bisa beroleh tempat di kerajaan sorga.

- Untuk menyiratkan suatu pesan rahasia melalui perbandingan antara si kaya dan Abraham, yang juga kaya itu. Pesan itu adalah kunci supaya tidak terlena dengan kekayaan tetapi SUPAYA MENJADI ORANG KAYA SEPERTI ABRAHAM : ORANG KAYA YANG AKHIRNYA MASUK DALAM KERAJAAN SORGA, MESKIPUN PADA DASARNYA SUKAR BAGINYA!

Haruslah diketahui bahwa Abraham berasal dari keluarga kaya sejak semula. Bukan karena ia percaya Tuhan, lalu ia menjadi kaya. Ia sudah kaya sejak orang tua atau mungkin kakek buyutnya. Ini JELAS BERBEDA DENGAN PIKIRAN ORANG-ORANG YANG INGIN MENJADI KAYA SEPERTI ABRAHAM SETELAH IKUT TUHAN!
Dan bukan kebetulan Tuhan memanggil bapa orang percaya dari kalangan orang berada. Ini supaya ditunjukkan-Nya bahwa orang yang rela dipanggil-Nya untuk meninggalkan kenyamanan hidup untuk melangkah dengan iman bersama Dia bukanlah orang yang bermotifkan materi atau mencari keberhasilan duniawi melalui percaya pada Tuhan. Tapi semata-mata karena percaya dan karena cinta kepada-Nya. Tidak banyak yang tahu bahwa orang dengan tipe sifat bawaan seperti Abraham, yang seorang phlegmatis, adalah tipe orang yang suka mencari dan tinggal dalam zona aman dalam hidup. Kesediaan dan kerelaan Abraham meninggalkan kenyamanan dan kemudahan di tanah asalnya untuk menjadi pengembara di tanah asing menunjukkan kualitas kedalaman hubungan Abraham dengan Tuhan dalam motif-motif yang murni, jauh dari keinginan menjadi lebih kaya lagi!
Jadi, Abraham tergolong langka. Ia adalah salah satu dan orang-orang kaya pertama dari sedikit bilangan orang-orang kaya yang beroleh tempat di kerajaan sorga.

- Untuk menunjukkan bahwa kunci menuju kerajaan sorga ialah seperti halnya Abraham, yaitu SIAP SEDIA MELEPASKAN SEGALA KENYAMANAN HIDUP BAHKAN KEKAYAAN SEKALIPUN DEMI MENGIKUT TUHAN DAN PERGI KEMANA IA MENYURUH KITA PERGI.
Perbedaan si kaya (yang adalah gambaran sebagian besar orang kaya yang ada di dunia dari segala zaman) dengan Abraham adalah sekalipun Abraham kaya, ia TIDAK FOKUS MENGEJAR KEKAYAAN dan TIDAK TERIKAT DENGAN GAYA HIDUP SEBAGAI ORANG KAYA. Bahkan meskipun Tuhan terus menambah-nambahkan kekayaan pada Abraham dan juga Ishak, hati mereka setia pada Tuhan dan kepada rencana-Nya dalam hidup mereka. Mereka hidup sebagai pengembara dan perantau di dunia ini. Dunia ini bukan tempat yang mereka ingini dan cintai. Mereka tidak mencari dan membangun tempat yang nyaman dan aman bagi mereka di bumi ini.

Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.
Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.
Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.
Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.
Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.
Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
~ Ibrani 11:8-10, 13-16 (TB)

Seumur hidup Abraham setia pada apa yang Tuhan panggil dan tetapkan bagi hidupnya. Karena itulah, sekalipun ia kaya, ia mendapat tempat dalam kerajaan sorga.

Dari sini, kita seharusnya menyadari bahwa Abraham bukan hendak dijadikan contoh kehidupan kaya di dunia sekaligus masuk sorga tetapi justru sebaliknya bahwa di balik segala kekayaan dan kemudahan hidupnya, Abraham mengasihi Tuhan di atas segalanya. ITULAH KUNCI UNTUK MASUK DALAM KERAJAAN SORGA. Entah hidup kita kaya, sederhana, pas-pasan atau dipandang penuh keterbatasan, yang terutama ialah kita mengasihi Tuhan di atas segalanya sehingga beroleh tempat abadi penuh kesukaan setelah dunia yang sekarang ini berlalu.

PERENUNGAN BAGI KITA
Masih banyak ayat lain yang menunjukkan bagaimana semestinya seorang yang kaya dapat berkenan di hadapan Tuhan. Kita akan mendalaminya, jika Tuhan menghendaki.

Hari ini, ingatlah satu perkara bahwa tujuan kita di dunia secara umum ialah mengingat Tuhan, mengasihi Dia, mengabdi kepada-Nya dan dengan demikian kita mengumpulkan harta bagi kita di sorga (lihat kembali Matius 19:21). Hidup yang demikianlah yang Tuhan rindukan atas kita murid-murid-Nya. Dan entah keadaan kita selama di bumi seperti Abraham atau Lazarus, yang terutama ialah kelak kita boleh berjumpa dan diam bersama Tuhan dalam sukacita abadi.

Hiduplah tanpa penyesalan setelah mati.
Kejarlah apa yang perlu dan berguna bagi nasib kekekalan Anda.
Pastikan harta sorgawi nan abadi telah Anda kumpulkan dan miliki. Dengan mengiring Yesus sampai saat terakhir.

Sudahkah Anda mengambil keputusan itu hari ini?

SALAM REVIVAL
Indonesia dipenuhi kemuliaan Tuhan

Comments

Popular posts from this blog

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

SIKAP DAN PANDANGAN KITA YANG SEHARUSNYA TERHADAP NUBUAT /PENGLIHATAN: MENANGGAPI PESAN PROFETIK YANG DISAMPAIKAN OLEH CINDY JACOB DI MEDIA SOSIAL

Oleh: Didit I. Beberapa hari ini saya mendapatkan kiriman cukup banyak dari rekan-rekan di media sosial tentang nubuatan dari Cindy Jacob terkait Bapak Ahok. Menanggapi pesan nubuatan dari Cindy Jacob yang disebarkan di media sosial tersebut, Tuhan menggerakkan saya untuk mengajak rekan-rekan dan seluruh umat Tuhan untuk bersama menguji pesan yang disampaikan oleh Cindy Jacob dan mencari kehendak Tuhan dalam pesan tersebut. Pesan profetik yang disampaikan oleh Cindy Jacob seperti gambar di bawah ini: Sesuai dengan 1Tesalonika 5:19-22, kita tidak boleh memandang rendah setiap nubuatan namun juga tidak boleh langsung menerimanya mentah-mentah, sebaliknya kita harus mengujinya. Ini berarti sikap kita terhadap setiap nubuatan/penglihatan adalah menampungnya untuk kemudian diuji sesuai dengan cara dan prinsip Firman Tuhan dan mencari maksud serta tujuan pesan nubuatan/penglihatan tersebut. Penting di sini untuk bersikap netral/tidak berprasangka terlebih dahulu terhadap setiap pesan nubuata