Skip to main content

MENGAPA HOAX MASIH BEGITU BERPENGARUH?


Oleh : Peter B, MA



Hoax atau berita bohong hampir menjadi satu kata yang kita dengar setiap hari. Inilah zamannya hoax. Kata hoax sendiri meruoakan suatu kata yang dahulu jarang dipakai bahkan banyak yang belum mengetahui sebelumnya. Tapi kini menjadi salah satu kata paling dikenal dan populer di seluruh belahan dunia. Ya, dunia sedang dirundung hoax.

Di berbagai negara, hoax juga menjadi salah satu kunci untuk memenangkan perebutan kekuasaan politik. Melalui hoax, seluruh bangsa diaduk-aduk pikiran maupun perasaannya. Dipengaruhi begitu rupa sehingga sukar membedakan mana yang jujur dan yang bohong, yang asli dengan yang palsu, yang senyatanya terjadi atau sekedar rekaan, asumsi dan opini belaka.

Jelas hoax sangat berpengaruh di era sekarang ini. Informasi yang dapat diakses secara meluas dengan begitu cepat, yang seharusnya membuat orang lebih melek keadaan sekitarnya kini justru dikacaukan dengan produksi informasi-informasi palsu oleh oknum-oknum dengan tujuan tertentu untuk membingungkan banyak orang. Semakin sukar mengetahui informasi yang valid dan yang membawa manfaat bagi kebaikan semua pihak hari-hari ini. Bagi yang tidak mampu menyaring dan membedakan beragam informasi itu, jelas akan termakan hoax. Ia jatuh dalam pengaruh kebohongan. Dan jika ia bertindak atas dasar kebohongan, jelaslah kekacauanlah yang akan timbul karena orang-orang pada dasarnya bertindak tanpa dasar maupun tujuan yang nyata dan jelas. Ini nyata dari berbagai kerusuhan sosial yang terjadi seperti pembakaran vihara di Tanjung Balai maupun seseorang yang dibakar hidup-hidup karena dituduh mencuri sound system sebuah rumah ibadah. 

Sebagaimana hoax terkait kabar sehari-hari, demikian pula ada hoax rohani, yang adalah suatu kebohongan yang entah disengaja atau tidak seringkali diviralkan sebagai suatu ajaran yang benar. Dengan tafsir serta data yang meyakinkan, hoax rohani mempengaruhi jiwa seseorang (atau banyak orang) sehingga ia mengikuti pengajaran yang salah, pemahaman yang meleset bahkan pada dasarnya kemudian mengikuti Allah yang keliru meskipun tampaknya aktif berkecimpung di berbagai kegiatan rohani.

Yang menjadi pertanyaan penting bagi kita adalah MENGAPA HOAX MASIH SANGAT BERPENGARUH, KHUSUSNYA DALAM KONTEKS KONDISI SOSIAL KEMASYARAKATAN DI INDONESIA SEKARANG INI?


Makhluk yang suka membohongi diri
Manusia pada dasarnya tidak suka dibohongi orang lain. Tapi persoalan menjadi lain ketika ia membohongi dirinya sendiri. Ya, Anda tidak salah baca : membohongi diri sendiri.
Orang menuntut fakta dan kondisi yang jujur terkait hal-hal di luar dirinya tetapi tanpa sadar menyukai kebohongan jika itu terkait dirinya secara pribadi. Sebagai contoh, ketika menilai orang lain, orang menggunakan kata-kata yang jujur bahkan tajam tetapi sedikit sekali yang keras dalam hal menilai dirinya sendiri. Mudah mengatakan orang lain jelek, gendut, bodoh, malas dan sebagainya. Namun ketika tiba giliran terkait dirinya, orang menggunakan istilah yang berbeda. Sebagian besar orang memandang dirinya orang baik, cukup menawan, dan banyak sifat positif lainnya.

Saya tidak sedang mengatakan kita harus menilai yang buruk-buruk atas diri kita. Tetapi kita seharusnya jujur menilai segala sesuatu. Jangan menambah dan mengurangi penilaian kita terhadap orang maupun diri kita. Kita harus berani melihat apa adanya atas segala sesuatu. Dari sana kita bisa memperoleh perspektif yang jernih dalam menilai hampir semua hal.

Atas dasar inilah sebenarnya, manusia hampir selalu menilai pendapatnya sudah baik dan benar.

Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati.
Amsal 21:3 (TB)

Celakanya, bahkan ketika ditunjukkan akan adanya kesalahan akan pandangannya itu, kebanyakan orang jarang sekali mau mengakuinya (paling tidak di dalam hati). Hampir semua orang yang saya temui bersikap defensif (bersikap membela diri, menolak fakta-fakta yang diajukan tersebut lalu berdalih-dalih) ketika suatu bukti dipaparkan yang menunjukkan kesalahan pandangnya tersebut, bahkan saat teguran itu disampaikan dalam bentuk nasihat firman Tuhan.

Manusia, dalam karakternya yang masih dalam kuasa dosa, tidak suka dipersalahkan atau berpikir bahwa dirinya telah bersalah atau telah melakukan kesalahan. Mereka lebih suka membenarkan diri dan mencari alasan untuk itu. Manusia telah terbiasa menyalahkan pihak selain dirinya seperti yang tampak sejak manusia pertama menuduh yang lain meski ia bersalah memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat, yang dilarang oleh Tuhan. Hanya orang yang telah memahami betapa Tuhan menghargai kejujuran dan ketulusan, akan bertobat dari sikap semacam ini.

Akar inilah yang menyebabkan manusia terhubung dengan hoax dan segera merangkulnya daripada memilih mencari kebenaran yang hakiki.


Hoax menjadi suatu cara memperoleh pembenaran dan peneguhan atas kebohongan yang dipercayai seseorang
Mereka yang percaya hoax, pada dasarnya, pertama-tama, bukan mempercayai berita hoax itu sendiri. Ia telah sebelumnya membohongi dirinya sendiri, membuat dirinya percaya akam suatu yang belum teruji dan mengandung dusta. Ia telah mempercayai sepenuhnya bahwa pandangan, pendapat, prinsip dan pemahaman yang ia miliki sudah benar. Ketika ini bertemu dengan data-data yang mendukung pemikirannya itu, yang disebarkan secara masif di media sosial, maka ia seolah beroleh pembenaran dan peneguhan akan pandangannya itu. Dengan segera ia merangkulnya dan menjadikannya salah satu alasan untuk membuktikan pengertiannya itu adalah benar. Itulah mengapa hoax begitu kuat dipercaya oleh banyak orang. Itu berhubungan dengan cara pandang yang membenarkan diri dan berdalih-dalih itu.

Sebagai contoh, seseorang yang merasa bahwa suatu tafsir agama yang diterimanya itu merupakan hal yang benar, maka dengan mudah ia akan percaya pada bukti-bukti yang menguatkan tafsir tersebut, yang sebelumnya telah disampaikan padanya melalui cara dan data yang meyakinkan, sekalipun bukti-bukti tersebut sebenarnya hanya rekaan dan permainan pikiran dari seorang yang berpengaruh.

Hal semacam ini sangat sering kita temui setiap hari. Cobalah menanamkan dalam diri Anda suatu pikiran negatif tentang tetangga Anda. Misalkan bahwa dia seorang penipu yang didasari okeh dengan satu dua kabar burung yang beredar. Maka emosi Anda sudah mulai terpengaruh. Pikiran Anda mulai berubah menjadi tendensius. Kelak pada waktu Anda melihat atau berkomunikasi tentang tetangga Anda itu, bisa jadi Anda tidak terlalu mempercayainya bahkan mencari petunjuk atau tanda yang menguatkan bahwa tetangga Anda itu memang seorang penipu.

Itu pula yang dilakukan oleh Mahkamah Agama di zaman Yesus. Mereka menuduh Yesus sebagai seorang penghujat Allah, seorang sesat yang mengajarkan hal-hal yang sesat. Yesus dicari-cari kesalahan-Nya dan diusahakan kematian-Nya. Dan ketika tak satupun kesalahan ditemukan, dibuatlah tuduhan palsu atas-Nya. Tuduhan sebagai penista iman orang-orang Yahudi. Yesus pun disalibkan oleh karena hoax tua-tua agama Yahudi. Itu tidak berhenti di sana. Sewaktu kubur Yesus kosong karena Ia telah bangkit, tua-tua dan imam-imam kepala membuat berita bohong karena mereka tidak mau mengakui bahwa Yesus sungguh-sungguh telah bangkit (Matius 28:11-15). Mereka membuat kabar bohong dan menyebarkan berita bohong sebagaimana mereka telah membohongi diri mereka sendiri sebelumnya.


Bebas dari pengaruh hoax
Kebohongan dapat dilawan. Penawarnya adalah kejujuran dan pencarian akan kebenaran sejati.

Jika kita bersedia jujur dan tulus memandang diri sendiri, maka kita telah mengambil langkah yang penting untuk menjadi lebih imun terhadap hoax. Kita tidak mudah termakan kebohongan karena kita hidup dalam kebenaran dan kejujuran. Kita tidak lagi mencari pembenaran tapi kebenaran sejati. Kita tidak hanya mencari apa yang mendukung pikiran dan pendapat kita tetapi mencari pandangan dan hikmat yang benar dari Tuhan. Hati yang demikianlah yang terbuka pada pengaruh-pengaruh Sang Kebenaran itu sendiri daripada pengaruh-pengaruh lain yang diciptakan dan digiatkan oleh pekerjaan manusia dan setan.

Mengapa ajaran sesat atau pemahaman yang salah tentang tafsir Alkitab diterima secara luas, bahkan gereja atau pendeta yang mengajarkannya makin bertambah jemaat atau pengikutnya? (Ini tidak sedang mengatakan bahwa gereja atau pemimpin rohani yang diikuti banyak orang pasti mengajarkan sesuatu yang menyimpang dari kebenaran).

Jawabannya, bisa jadi karena ajaran-ajaran itu memenuhi dan memuaskan keinginan hati para pendengar dan pengikutnya yang juga telah tersesat karena mengikuti jalan-jalan dunia ini. Itulah sebabnya ajaran-ajaran Kristen yang berkompromi dengan prinsip-prinsip dunia masih sangat digemari dan diikuti oleh banyak orang, yang tidak lain masih banyak orang yang memahami beriman namun masih menginginkan hal-hal duniawi.

Selanjutnya, meskipun kita telah membebaskan dan menjaga diri kita untuk tidak dipermainkan oleh hoax, masih ada tantangan lain dalam menghadapi hoax. Yaitu bagaimana membedakan mana informasi yang patut kita percayai dan mana yang harus diabaikan. Sekalipun ketulusan telah mengawal kita, selalu ada penipuan-penipuan oleh kuasa kegelapan untuk menyeret orang-orang yang tulus mengikuti paham yang keliru dan keluar dari kehendak Tuhan yang sejati.

Di sinilah pentingnya membiasakan diri dan mempertajam diri untuk menguji segala sesuatu. Tidak bisa begitu saja kita menerima mentah-mentah perkataan seorang yang berpengaruh dan berotoritas atas kita. Pembimbing dan penuntun utama kita seharusnya adalah Roh Kudus, yang membawa kita memandang dan mengarahkan diri kepada otoritas utama dan tertinggi dalam hidup kita yaitu Yesus Kristus dan Bapa. Hati yang murni tertuju pada Kristus, yang dengan rendah hati terus belajar akan jalan-jalan Tuhan akan membentuk kita makin peka dalam menentukan apa yang menjadi kehendak Tuhan, yang merupakan kebenaran sejati itu. Kuncinya ialah bertumbuh dalam hubungan pengenalan akan Tuhan tiap-tiap hari. Menjadi pribadi-pribadi dewasa rohani yang semakin mampu membedakan segala sesuatu sesuai kehendak Tuhan.

Sedangkan makanan yang keras adalah bagi orang-orang yang sudah dewasa, sebab mereka sudah terbiasa memakai pancaindera mereka untuk membedakan antara yang baik dengan yang jahat.
~ Ibrani 5:14 (SB2010)

Akan tetapi, makanan padat adalah untuk orang-orang yang sudah dewasa, yaitu mereka yang sudah melatih indera mereka untuk membedakan apa yang baik dan yang jahat.
~ Ibrani 5:14 (AYT)

Hari ini bulatkan dan tetapkan hati untuk naik pada tingkatan yang lebih tinggi. Tinggalkan sifat dan masa kanak-kanak rohani yang mudah dibodohi dan dibohongi secara rohani. Jadilah orang-orang bijak dan berhikmat yang tak mudah dipermainkan oleh tipuan-tipuan manusia yang fasik dari dunia ini.

Pilihlah untuk mencari, menemukan dan melangkah dalam kehendak Tuhan. Dengan cara itu saja, Anda akan luput dari jerat hoax.

Bersediakah Anda?

SALAM REVIVAL
Indonesia dipenuhi kemuliaan Tuhan

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar