Oleh : Peter B, MA
Indonesia mendapat kabar buruk. Seperti seseorang yang tampak sehat selama ini tetapi tiba-tiba divonis mengidap kanker stadium akut. Diprediksi, ada kemungkinan potensi bencana alam besar terjadi di Indonesia. Tahun 2019 ini saja sudah terjadi gempa hampir tiap hari di berbagai tempat di Indonesia. Siapa yang tidak gentar dan was was.
Maka mulailah kembali diadakan pertemuan-pertemuan doa. Salah satu pokok doa utama tentunya meminta pada Tuhan Yang Maha Esa supaya Indonesia luput dari bencana. Akankah Tuhan menjawab doa-doa ini?
Sebagaimana yang saya tulis dalam artikel berjudul "Tuhan dan Bencana" di https://worshipcenterindonesia.blogspot.com/2018/10/tuhan-dan-bencana-selasa-2-oktober-2018.html?m=1, bencana sejatinya merupakan alat Tuhan. Untuk memperingatkan, menegur dan menghajar akan kefasikan manusia di bumi. Bencana itu layaknya pengeras suara berkekuatan ribuan watt yang memekakkan telinga sehingga setiap orang akhirnya terkejut dan mengalihkan pandangan pada suara itu untuk kemudian memperhatikan pesan peringatan yang keluar darinya.
Lalu bagaimana sesungguhnya jika kita mau mencegah supaya bencana itu tidak terjadi?
Oleh karena bencana diijinkan Tuhan untuk menghakimi dan menghukum dosa yang telah naik di hadapan-Nya, sebenarnya cukup jelas jawabannya bahwa untuk menahan supaya malapetaka itu tidak terjadi adalah dengan BERTOBAT DARI DOSA-DOSA ITU.
Pertama-tama kita perlu mencari tahu apa kesalahan kita di hadapan Tuhan. Setelah kita mengetahuinya, kita harus segera bertobat dari padanya. Itulah kunci membatalkan murka Tuhan.
Dan itu jelas sekali dinyatakan Alkitab.
Di Sodom dan Gomora, Tuhan mencari 10 orang benar supaya Ia tidak menunggangbalikkam kota itu (lihat Kejadian 18:16-33). Siapakah 10 orang ini? Orang yang tidak hidup seperti semua penduduk kota-kota itu, yang larut dalam berbagai dosa : orang-orang yang hidup dalam pertobatan dan kebenaran di hadapan Tuhan.
Demikian pula di zaman Nabi Yoel. Bencana sudah terjadi dan mungkin akan terus terjadi. Belalang dengan berbagai spesiesnya menjadi tokoh utama bencana saat itu. Belum lagi bencana lainnya seperti serangan bangsa lain maupun kebakaran hutan dan ladang secara besar-besaran. Semuanya disuratkan dalam pasal pertama kitab Yoel. Bencana itu menjadikan mereka jatuh dalam krisis ekonomi yang besar, kelaparan, kemiskinan, kesedihan, kekurangan, kekeringan dan kematian. Tidak ada panen. Tidak ada tuaian. Tidak ada hasil. Negara dirundung krisis dahsyat. Dan krisis itu disebut oleh sang nabi sebagai sesuatu yang datang dari Tuhan! (Yoel 1:15)
Lalu bagaimana menghentikan wabah dan malapetaka ini? Apa solusi dari nabi Allah ini?
Berdoa? Ya. Berpuasa? Ya. Tapi bukan sekedar berdoa dan berpuasa saja. Apalagi datang hanya untuk meminta keamanan serta berkat bagi seluruh bangsa.
Perhatikanlah baik-baik.
Inilah pesan dari Tuhan, kunci diluputkan dari tulah dan bencana :
Bangunlah, hai pemabuk, dan menangislah! Merataplah, hai semua peminum anggur karena anggur baru, sebab sudah dirampas dari mulutmu anggur itu!_
Merataplah seperti anak dara yang berlilitkan kain kabung karena mempelai, kekasih masa mudanya.
Korban sajian dan korban curahan sudah lenyap dari rumah TUHAN; dan berkabunglah para imam, yakni pelayan-pelayan TUHAN.
Lilitkanlah kain kabung dan mengeluhlah, hai para imam; merataplah, hai para pelayan mezbah; masuklah, bermalamlah dengan memakai kain kabung, hai para pelayan Allahku, sebab sudah ditahan dari rumah Allahmu, korban sajian dan korban curahan.
Adakanlah puasa yang kudus, maklumkanlah perkumpulan raya; kumpulkanlah para tua-tua dan seluruh penduduk negeri ke rumah TUHAN, Allahmu, dan berteriaklah kepada TUHAN.
Yoel 1:5, 8-9, 13-14 (TB)
Kata yang berulangkali disebutkan di sini adalah 'meratap' dan 'berkabung'. Ini bukan sekedar doa. Tapi doa dalam kesedihan dan keprihatinan. Bukan karena dilanda bencana. Tapi karena banyak hal tidak benar telah diperbuat di hadapan Tuhan.
"Tetapi sekarang juga," demikianlah firman TUHAN, "berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh."
Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya.
Siapa tahu, mungkin Ia mau berbalik dan menyesal, dan ditinggalkan-Nya berkat, menjadi korban sajian dan korban curahan bagi TUHAN, Allahmu.
Yoel 2:12-14 (TB)
Dan kali ini begitu jelas. Tuhan mau mereka meratap dan berkabung, dalam doa dan puasa, DENGAN MEMBAWA HATI YANG TERKOYAK, BERBALIK DARI JALAN-JALAN MEREKA YANG JAHAT, BERTOBAT DENGAN SEGENAP HATI DI HADAPAN TUHAN atas semua hal yang jahat yang mereka lakukan di hadapan Tuhan.
Bukankah tepat seperti ini pula yang Tuhan sampaikan kepada Salomo sebagai kunci pemulihan apabila bangsanya dirundung malapetaka?
Bilamana Aku menutup langit, sehingga tidak ada hujan, dan bilamana Aku menyuruh belalang memakan habis hasil bumi, dan bilamana Aku melepaskan penyakit sampar di antara umat-Ku,
dan umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka.
2 Tawarikh 7:13-14 (TB)
Jadi, benar seruan untuk berdoa itu. Tapi bukan hanya berdoa.
Berdoalah dengan merendahkan diri (jangan merasa sudah menjadi umat yang baik dan saleh!). Berdoalah dengan mencari wajah Tuhan (jangan hanya mencari perbuatan tangan-Nya dan berkat-berkat yang bisa diberikan-Nya. Carilah kehendak dan perkenan-Nya, bukan tetap melakukan kehendak kita sendiri!).
Dan, berdoalah dalam pertobatan, berbalik dari jalan-jalan yang jahat yang telah kita kerjakan selama ini. Karena jika jalan kita benar, Tuhan tidak akan mengijinkan kutuk dan bencana atas kita (kecuali kasus seperti Ayub) melainkan akan mengirimkan hujan berkat-Nya.
Sebab itu, jangan berdoa untuk minta keadaan-keadaan yang baik karena dilandasi rasa cemas dan takut kehilangan kenyamanan hidup atau untuk memperoleh kenyamanan hidup lebih lagi. Doa semacam ini akan menambah murka Tuhan dan melelahkan diri saja (karena Tuhan tidak akan menjawabnya)!
Berdoalah karena Anda rindu melihat Tuhan berkenan, wajah-Nya bersinar atas Indonesia karena banyak orang-orang yang memilih hidup benar dan berkenan di hadapan Tuhan sehingga Ia memberkati dan melindungi negeri ini. Berdoalah dalam pertobatan pribadi demi melihat pertobatan yang lebih banyak lagi di tengah-tengah bangsa ini. Doa semacam itu yang mampu menarik perhatian Tuhan.
Salam revival
Indonesia Penuh Kemuliaan Tuhan
Comments
Post a Comment