Skip to main content

POKOK-POKOK DALAM MENGUJI NUBUATAN LANGKAH PENGUJIAN 5 : KESESUAIAN DENGAN TUJUAN PELAYANAN DAN KARUNIA BERNUBUAT


Oleh : Peter B, MA



PELAYANAN BERNUBUAT DI PERJANJIAN LAMA
- Kata "bernubuat" (dalam bahasa asli naba') muncul pertama kali dalam Perjanjian Lama di Kitab Bilangan 11:25. Dalam terjemahan Indonesia itu diterjemahkan sebagai "kepenuhan seperti nabi" yang sesungguhnya lebih merujuk kepada sifat dari orang yang bernubuat itu sendiri. Kata yang sama, yang diartikan sebagai "bernubuat" pada dasarnya digunakan untuk semua orang yang mengalami kepenuhan (baca: dikuasai Roh Allah) maupun untuk istilah lain yang konotasinya negatif yaitu kerasukan (seperti nabi-nabi Baal yang bertanding dengan Elia dalam 1 Raja-raja 18:29) atau dikuasai dan dipengaruhi roh-roh lain selain Roh Tuhan (seperti halnya nabi-nabi palsu atau orang-orang yang bernubuat palsu dalam Yeremia 5:31; 14:14-15; 29:21; Yehezkiel 13:16-17 dsb).  Dari titik ini kita bisa mulai menangkap mengapa ada nubuat palsu, tidak murni atau yang benar-benar menyesatkan. Itu karena seseorang bisa "bernubuat" oleh karena pengaruh roh yang lain di luar Roh Tuhan. Tugas kita, bukan kemudian menolak seluruh pelayanan nubuat, tetapi untuk membedakan mana yang memang berasal dari pengaruh Roh Kudus dan mana yang dikendalikan oleh roh-roh yang lain. 

- Orang yang bernubuat selalu dipengaruhi dengan kuat oleh suatu roh lain di luar dirinya. Dalam konteks bernubuat sesuai kehendak Allah, itu berarti seseorang dikuasai rohnya oleh Roh Tuhan yang menggerakkan dan menuntunnya menyampaikan perkataan-perkataan ilahi seperti yang dikehendaki Tuhan. Begitu juga sebaliknya. Sejatinya, ada roh-roh yang mempengaruhi seseorang untuk menyampaikan nubuat palsu, yang bukan berasal dari Tuhan tetapi menggunakan nama Tuhan dan mengaku sebagai Roh Tuhan, padahal sangat mungkin itu merupakan roh dusta (sebagaimana diungkapkan dalam 1 Raja-raja 22:21-23) yang bermaksud mendatangkan penyesatan atas umat Tuhan, baik secara perorangan maupun korporat. Itulah iblis yang menyamar sebagai malaikat terang (2 Korintus 11:14).

- Orang-orang yang bernubuat secara konstan atau terus menerus disebut sebagai 'nabi", yang artinya juru bicara. Merekalah juru bicara Tuhan. Yaitu orang-orang yang mewakili Tuhan menyampaikan pesan yang ada di hati dan pikiran Tuhan untuk umat-Nya, khususnya terkait hubungan mereka dengan Tuhan. Melalui para nabi inilah Tuhan memperagakan kekuasaan yang sangat dahsyat, khususnya KEMAHATAHUAN-NYA kepada umat-Nya -suatu pembuktian bahwa Dialah Allah yang mahakuasa, yang mengetahui segala sesuatu dari masa lampau, masa kini hingga masa yang akan datang.

- Para nabi yang bernubuat juga kadangkala disebut sebagai "pelihat" -suatu istilah yang kerap muncul di zaman Samuel dan raja-raja. Disebut demikian oleh karena mereka melihat hal-hal yang tidak dapat dilihat atau diketahui orang pada umumnya tetapi mereka melihat hal-hal yang hanya dapat dilihat oleh Tuhan, yang kemudian menunjukkan itu kepada para pelihat ini. Dalam kemampuan ini pula, Tuhan bermaksud menyatakan bahwa Dia Allah yang mengetahui hal-hal yang tersembunyi di alam semesta ini namun demi kepentingan atau tujuan tertentu yaitu untuk mendatangkan kebaikan bagi umat-Nya, Ia membukakan yang rahasia itu kepada hamba-hamba-Nya untuk diteruskan kepada umat yang dikasihi-Nya.


TUJUAN PELAYANAN BERNUBUAT DI PERJANJIAN LAMA
- Merujuk pada bagaimana suatu nubuat disampaikan bahkan ditugaskan kepada hamba-hamba Tuhan di Perjanjian Lama, kita dapat menarik beberapa kesimpulan mengenai maksud dan tujuan nubuatan tersebut disampaikan kepada umat Tuhan, yaitu :

1> sebagai sarana Tuhan berkomunikasi kepada umat-Nya

2> untuk menunjukkan kepedulian dan kerinduan Tuhan terlibat secara pribadi atas hidup umat-Nya, baik secara perseorangan/pribadi maupun secara berjemaat/korporat

3> untuk menegaskan suatu pikiran, perasaan dan kehendak Tuhan atas suatu keadaan yang sedang berlangsung atas umat-Nya

4> untuk mendemonstrasikan kuasa kemahatahuan Tuhan sebagai satu-satunya Allah sejati yang layak dipuji dan disembah oleh karena besar dan dahsyat kekuasaan dan kasih-Nya

5> demi mengusahakan kedekatan dan kelangsungan hubungan antara Tuhan dan umat-Nya supaya hubungan tersebut tidak menjadi renggang apalagi rusak namun terjalin semakin erat sehingga nama Tuhan dimuliakan dan menjadi kesaksian bagi bangsa-bangsa yang belum mengenal Tuhan ketika melihat betapa baik dan indahnya umat yang berhubungan dan dipimpin oleh Allah sendiri

- Tujuan-tujuan ini akan selalu menjadi benang merah, ya, semuanya itu pasti didapati dalam setiap pesan nubuatan yang murni dan sejati dari Tuhan. Sebagai contoh, kita dapat mendalami dan menyelidikinya setiap nubuatan para nabi yang disuratkan dalam kitab suci kita dan pasti akan menemukan bahwa semuanya memiliki tujuan seperti yang disampaikan di atas.


PELAYANAN NUBUAT DI PERJANJIAN BARU
- Sebagaimana di Perjanjian Lama, pengertian dan makna bernubuat dalam Perjanjian Baru tidak terlalu memiliki perbedaan. "Bernubuat" dalam bahasa Gerikanya, diterjemahkan oleh kamus Strong sebagai "berbicara oleh sebab inspirasi ilahi atau untuk memprediksikan sesutau dengan pemikiran menyampaikan kejadian-kejadian di masa yang akan datang yang berkaitan dengan Kerajaan Allah; atau mengucapkan atau mendeklarasikan sesuatu yang hanya dapat diketahui melalui penyataan atau penyingkapan ilahi. Termasuk dalam pengertian ini adalah menjalankan jawatan profetik atau bertindak seperti seorang nabi.

- Pelayanan nabi sesungguhnya tetap ada dan berlangsung dalam Perjanjian Baru (lihat 1 Korintus 12:28-20; 14:29,32,37 dan Efesus 3:5; 4:11) dengan tata pelaksanaan yang sedikit berbeda dengan Perjanjian Lama meski tetap memiliki esensi yang serupa yaitu menyampaikan pesan terkait pikiran, perasaan dan hati Tuhan kepada umat-Nya. Hanya saja di Perjanjian Lama, yang disebut umat Tuhan adalah dalam lingkup satu bangsa yaitu Israel sedangkan di Perjanjian Baru, umat Tuhan adalah gereja-Nya yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Contoh nabi-nabi di Perjanjian Baru adalah Agabus dan Silas (Kisah Rasul 15:32; 21:10).
Perbedaan lain, sebagian dari apa yang dinubuatkan oleh para nabi di Perjanjian Lama telah diperintahkan oleh Tuhan melalui ilham Roh untuk disuratkan dalam gulungan-gulungan kitab yang kemudian dikanonisasi sebagai kitab-kitab Perjanjian Lama yang dipegang sebagai kitab suci Yahudi hingga kini.  Apa yang telah dicatat dalam Perjanjian Lama itu lalu menjadi dasar dan pedoman bagaimana pelayanan nubuatan di Perjanjian Baru dijalankan dalam gereja. Ini semua karena esensi dari pelayanan nubuatan di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru adalah sama.
Nubuatan-nubuatan dalam Perjanjian Baru hanya sedikit saja dicatat dalam kitab atau surat Perjanjian Baru karena pesan-pesan yang disampaikan lebih banyak merupakan pesan yang berkaitan dengan kondisi masing-masing gereja yang sangat khusus karena tersebar di berbagai tempat. Salah satu contoh nubuat yang sebenarnya sangat khusus untuk berbagai gereja tetapi kemudian disuratkan pula sebagai salah satu pesan akhir zaman ada dalam Kitab Wahyu pasal 2 dan 3 yaitu surat profetik dari Kristus sendiri yang dialamatkan kepada tujuh jemaat.


TUJUAN PELAYANAN BERNUBUAT DI PERJANJIAN BARU
- Mengingat panggilan dan fungsi pelayanan kenabian tidak dihapuskan, pada dasarnya setiap tujuan pelayanan bernubuat di Perjanjian Lama secara umum juga menjadi tujuan pelayanan nubuatan di Perjanjian Baru.

- Meneguhkan akan tujuan pelayanan nubuat dalam Perjanjian Lama, Rasul Paulus memberikan penegasan akan tiga hal yang menjadi output atau hasil dari suatu nubuatan dari Tuhan.

Itu dinyatakan dalam 1 Korintus 14:3

Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur

 Disebutkan di sana, pelayanan nubuat akan :

1> Membangun jemaat
• Dalam bahasa aslinya, "membangun" memang memiliki pengertian seperti halnya membangun rumah atau sebuah bangunan tetapi yang dimaksud di sini sebagai membangun adalah membangun manusia rohani (seperti dalam Kolose 2:7).
Apa yang dibangun itu mengalami perubahan ke arah yang lebih baik, lebih indah, lebih kuat, lebih bermanfaat, lebih megah daripada sebelumnya. Jadi, melalui perkataan nubuatan, jemaat yang menerima pesan ilahi dari pikiran dan hati Tuhan diharapkan mengalami pertumbuhan dalam hal hikmat, kesalehan, kebahagiaan, dan kekudusan Kristiani (sebagaimana dituliskan dalam kamus Strong).
Dengan kata lain, pesan nubuat seharusnya berdampak pada kemajuan dan pertumbuhan secara rohani. Jemaat yang secara teratur dilayani secara profetik, asalkan mereka dengar-dengaran akan pesan ilahi itu, akan dibawa menjadi lebih dekat dan lebih intim dengan Tuhan. Mereka akan beroleh pemahaman dan pengertian yang lebih jelas serta dibawa makin memahami jalan-jalan Tuhan. Juga semakin penuh dengan hikmat-Nya, semakin mengenal isi hati dan kehendak-Nya sehingga hubungan mereka naik tahap demi tahap makin menyatu dengan Tuhan sendiri. Ini diteguhkan juga dalam ayat-ayat lain dalam pasal yang sama yaitu 1 Korintus 14:5 dan 26 yaitu bahwa sama dengan karunia-karunia rohani lainnya, karunia bernubuat dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan rohani jemaat.
   
• Pengertian lain dari "membangun" adalah "mengkonfirmasi" atau "menguatkan dan meneguhkan" (makna figuratif sebagaimana disebutkan dalam kamus Strong). Maksudnya adalah apa yang sudah ada diperkuat dan dikokohkan oleh pesan-pesan dari pelayanan nubuatan. Jadi, jemaat tidak hanya dibawa naik kepada level rohani selanjutnya tetapi juga dimantapkan lebih lagi untuk tetap berada dalam jalan kebenaran dan kehendak Tuhan yang sejati, yang selama ini telah diajarkan para pemimpin rohani maupun yang diperoleh secara pribadi berupa tuntunan dari Roh Kudus yang diam di setiap masing-masing jemaat. Melalui pelayanan nubuatan sejati, jemaat merasakan kehadiran dan kedaulatan Tuhan yang mengetahui dan mengendalikan segala sesuatu dan bahwa Ia selalu terlibat dan bekerja dalam setiap tahap perjalanan dan pergumulan umat-Nya. Inilah yang dimaksud peneguhan itu!

• Dari pengertian akan tujuan pelayanan nubuatan ini, kita bisa mulai menilai, menguji dan mengukur sejauh mana nubuatan itu memang berasal dari Tuhan atau bukan. Nubuat yang nyatanya tidak membawa anak-anak Tuhan pada pengalaman yang lebih mendalam dengan Tuhan (namun justru sebaliknya yang terjadi yaitu kejatuhan dan kemunduran rohani) harus diwaspadai sebagai suatu pesan yang patut diragukan, yang bukan berasal dari Tuhan sendiri.
  

2> Menasihati jemaat
• Yang dimaksud 'menasihati" adalah memberikan petunjuk dan arahan. Termasuk di dalamnya adalah  memperingatkan akan suatu kesalahan maupun memohon dengan sangat atau mendesak supaya melakukan sesuatu seperti yang dikehendaki Tuhan.

• Ada irisan persamaan berkaitan dengan tujuan nubuatan yang kedua ini dengan tujuan yang pertama (membangun) dan juga tujuan yang ketiga (menghibur).
Selagi menasihati, sesungguhnya Roh Kudus juga sedang mengadakan pembangunan dan penguatan secara rohani (seperti tujuan pertama). Perbedaannya, menasihati menekankan campur tangan Tuhan pada sisi yang lebih personal / pribadi dan yang lebih emosional.
Melalui "menasihati" Tuhan tak hanya berbicara sebagai pemimpin dan penuntun tetapi Ia juga pembimbing dan pengayom.  Melalui pelayanan profetik, Tuhan menyatakan bahwa diri-Nya ada bersama-sama dengan umat-Nya. Ia tidak hanya memberikan perintah dan amanat atau mengarahkan pada  target yang harus dicapai --Ia mendampingi dan ada mendampingi setiap anak-anak-Nya. Pesan-pesan profetik sejati seringkali menyatakan pesan yang begitu kuat yang menyatakan bahwa Ia tidak meninggalkan anak-anak-Nya tetapi Ia menyertai, menggandeng bahkan memapah atau membopong kita yang terlalu lemah dan lelah untuk berjalan di dalam kehendak-Nya.

• Pesan-pesan Tuhan yang menasihati biasanya disampaikan dalam kitab-kitab nabi-nabi di Perjanjian Lama pada bagian akhir setelah serangkaian pesan profetik yang keras menegur dan menghardik umat-Nya. Setelah pernyataan yang keras dan tajam, biasanya ada kata-kata nubuat yang membesarkan hati, membangkitkan pengharapan dan mengajak untuk kembali bangkit mengasihi Dia dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya (misalnya dalam Yesaya 31:6; 55; Yeremia 4:1-4; 18:1-11 dsb)


3> Menghibur jemaat
• Apa yang disebut "menghibur" ialah memberikan kekuatan dan semangat untuk hati yang sedang diselimuti kesedihan, kepedihan, terluka, kecewa putus asa atau tawar hati. Perkataan nubuat yang diurapi dan berasal dari Tuhan sendiri mampu menembus setiap relung terdalam hati anak-anak Tuhan oleh karena Ia yang mahatahu itu turut merasakan apa yang kita tanggung dan rasakan di hati. Dan karena Dia adalah Allah yang dekat dengan orang-orang yang patah hati dan yang remuk jiwanya (lihat Mazmur 34:19; 51:19 dan Yesaya 66:2), kata-kata nubuatan dapat menjadi kata-kata penuh penghiburan bagi hati yang dirundung beban berat.

• Tujuan ketiga ini (yaitu menghibur)  memiliki persamaan dengan tujuan kedua (yaitu menasihati). Di dalam menasihati terkandung pesan-pesan yang membangkitkan semangat, demikian pula dalam hal menghibur. Perbedaannya terletak pada titik fokus masing-masing tujuan tersebut. Jika menasihati lebih kepada memberikan masukan, saran, ajakan dan desakan untuk melakukan sesuatu yang Tuhan inginkan, maka dalam hal menghibur, pesan nubuatan secara khusus bermaksud memberikan suatu kelegaan, damai dan sukacita di tengah keadaan yang tertekan, dirundung susah atau saat hati kecewa dan terluka.
Pesan-pesan semacam itu tercantum misalnya dalam Yesaya 30:18-26; 40:27-31; 60 dan Wahyu 2:7,9-11,13,17,19,24-28; 3:104-5,8,10-12,15,30-21

- Dari tiga berkat yang diterima jemaat melalui pelayanan nubuat, kita dapat menarik kesimpulan penting bahwa tiga hal tersebut bukan saja menyatakan hasil karunia dan pelayanan nubuat tetapi juga bisa dijadikan ukuran untuk menilai suatu nubuat : apakah nubuat itu murni berasal dari Allah atau bukan. Pesan-pesan nubuat yang berasal dari hati dan pikiran Tuhan sudah pasti akan menghasilkan ketiga hal tersebut. Begitupun sebaliknya. Yang bukan dari Tuhan bukannya membawa berkat bagi pertumbuhan dan penguatan jemaat tetapi mengacaukan, membingungkan dan melemahkan umat Tuhan.


MENGUJI NUBUATAN BERDASARKAN TUJUANNYA

-Mengetahui tujuan mula-mula sampai tujuan lanjutan dari pelayanan bernubuat di Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dapat menolong kita membedakan mana nubuat yang bersumber dari Roh Kudus dan mana yang digerakkan oleh roh-roh yang lain.

- Roh Kudus membawa agenda-agenda Kerajaan Sorga dan selalu memuliakan Yesus Kristus. Dan kepentingan Kerajaan Sorga ialah supaya gereja sebagai tubuh Kristus berfungsi sebagaimana mestinya, bersatu dan bekerja sama dengan Tuhan menyelesaikan rencana Tuhan di bumi : membawa segala bangsa menjadi murid Kristus sampai kesudahan segala sesuatu.
Pesan-pesan nubuat sejati selalu membawa gereja menjadi makin jelas dan gamblang akan kehendak Tuhan, keberadaan Tuhan, kehadiran Tuhan dan penyingkapan lebih lanjut akan rencana Tuhan yang kemudian menjadikan gereja menggenapi panggilannya sebagai terang dan garam dunia,  pula dipersiapkan menjadi mempelai wanita yang suci dan layak bagi Dia.
Seluruh pesan-pesan nubuat di Alkitab mengarah pada pembentukan dan penyelarasan kehidupan umat dengan kehendak Tuhan dan demi pembangunan Tubuh Kristus.
Agenda-agenda semacam ini tidak akan ada dalam pikiran roh-roh lain yang bukan berasal dari Tuhan. Juga tak mungkin terpikirkan oleh nubuat rekaan manusia yang didasari agenda pribadi yang mengejar keuntungan bagi dirinya sendiri.

- Itu sebabnya, kita dapat menguji sebuah pesan nubuat dengan mempertanyakan apakah pesan tersebut memenuhi tujuan dari suatu pelayanan nubuat:

Apakah dalam pesan tersebut terasa kepedulian dan kerinduan Tuhan terlibat dalam kondisi dan keadaan yang sedang jemaat hadapi?
Adakah dalam pesan tersebut yang menunjukkan Dia tahu benar keadaan jemaat sampai pada apa yang mereka rasakan atau simpan dalam hati?


Adakah pikiran, perasaan, serta kehendak Tuhanya yang diungkapkan dalam nubuat tersebut?
Adakah itu suatu pernyataan yang kuat, menyentuh dan menghentak batin kita sehingga kita tertempelak serta tersungkur di hadapan Tuhan?

Adakah rahasia-rahasia atau hal-hal tersembunyi, yang tak mungkin diketahui manusia, yang disingkapkan dan dibukakan di sana?
Adakah bukti-bukti kemahatahuan Tuhan dalam pesan itu yaitu bahwa Dia mengetahui masa lalu, keadaan masa kini yang tersembunyi dan masa depan yang masih tertutup itu?
Adakah pesan itu menyingkapkan keadaan-keadaan hati manusia yang tak mungkin dapat diketahui siapapun juga selain Sang Mahatahu?

Apakah pesan tersebut membawa kepada suatu kedekatan, keintiman, kekaguman dan fokus kepada pribadi Tuhan (dan bukan pribadi atau lembaga lain) sehingga pendengar diteguhkan untuk hanya memandang dan berharap pada Dia, untuk berjalan bersama Dia dalam ketaatan penuh kepada-Nya?

Ketika pesan nubuatan itu disampaikan adakah itu memupuk dan menghasilkan suatu pertumbuhan rohani bagi yang menerimanya?
Adakah peningkatan rohani dari kanak-kanak rohani menuju kedewasaan rohani dimana jemaat dibawa makin mengenal Tuhan jalan-jalan-Nya dan rencana-Nya atas hidup umat-Nya?
Apakah melalui nubuatan itu jemaat beroleh hikmat, pencerahan, penyingkapan baru atau beroleh makanan rohani yang bergizi sehingga manusia rohnya diperkuat lebih lagi?
Adakah penyingkapan mengenai jalan-jalan Tuhan, rencana atau visi Tuhan atau pengetahuan akan kehendak-Nya yang makin jelas bagi penerima nubuatan itu?
Setelah menerima suatu nubuat, adakah hidup rohani yang makin teguh dan kokoh dalam komitmen pada Kristus, makin melekat dan berbuah di dalam Kristus?

Apakah didapati dalam nubuat itu suatu nasihat, dorongan dan ajakan untuk melangkah dan bertindak seperti yang Tuhan kehendaki?
Adakah teguran, peringatan, masukan dan saran yang bersifat strategis, yang memberikan solusi atas suatu kondisi jasmani atau rohani yang sedang dihadapi oleh umat Tuhan?

Ketika ada suatu situasi dan suasana yang menekan, penuh beban berat, dirundung kesedihan dan putus asa, adakah perkataan-perkataan ilahi dalam nubuatan tersebut yang membangkitkan iman dan pengharapan? Yang memberikan penghiburan dan mengangkat segala dukacita untuk digantikan dengan kekuatan yang baru yang membawa kesegaran rohani?

- Terhadap pertanyaan-pertanyaan di atas, apabila jawaban yang diperoleh adalah "tidak" maka sudah seharusnya nubuat tersebut perlu diselidiki dan diwaspadai sebagai suatu pesan yang keluar BUKAN dari Tuhan tetapi dari sumber-sumber atau pengaruh-pengaruh roh lain.
Apabila sebaliknya, yaitu dalam pesan nubuatan itu ditemukan unsur-unsur yang membawa jemaat  memperoleh hasil sebagaimana tujuan sebuah pesan nubuat, maka kita boleh yakin bahwa itu merupakan suatu pesan yang dari Tuhan sendiri. Terhadap pesan demikian, hati kita harus siap untuk melangkah dalam iman dan ketaatan demi kasih kepada Tuhan dan jiwa-jiwa dengan pengharapan bahwa ketika kita melakukannya semua itu takkan sia-sia melainkan berdampak secara rohani bahkan hingga kekal.


KESIMPULAN

Jika kita memahami maksud dan tujuan Tuhan melalui pelayanan dan karunia bernubuat, sesungguhnya tidak sukar mengetahui apakah suatu pesan nubuat berasal dari Tuhan atau bukan.
Nubuat yang dari Tuhan akan membawa umat atau jemaat pada hasil atau dampak yang Tuhan inginkan dari penyampaian pesan itu. Yaitu untuk membawa mereka mendekat pada-Nya, supaya makin bertumbuh dalam pengenalan akan Dia, juga kehendak dan rencana-Nya. Untuk diteguhkan, dimantapkan, dikuatkan, didorong, diarahkan dan didesak untuk melangkah sesuai kehendak Tuhan. Untuk diangkat dari keputusasaan dan dibangkitkan pengharapannya serta menerima penghiburan ketika lemah dan terjatuh.

Sudah tiba waktunya kita tak lagi mudah ditipu oleh berbagai hoaks dan kebohongan yang datangnya dari alam rohani. Sudah waktunya kita menjadi peka dan tajam mengikuti suara Roh Kudus dalam kita yang akan memberikan penyingkapan pada kita mana yang merupakan suara-Nya dan mana yang bisikan dari roh-roh yang menipu dan bermaksud menyesatkan kita dari kehendak Tuhan.

Pengujian yang jujur atas hati kita dan pesan-pesan yang kita terima menjaga kita tetap berjalan seturut keinginan hati Tuhan.

Salam revival

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar