(Cuplikan diskusi dari group komunitas rohani kami)
Oleh Bp. Peter B, MA
Menyikapi situasi-situasi yang dipandang sebagai nasib buruk atau keadaan yang tidak menguntungkan dalam hidup. Entah itu sakit yang berat, kerugian materi seperti keadaan kepepet keuangan bahkan kebangkrutan, cacat sejak lahir atau cacat karena kecelakaan dsb, berikut pandangan saya:
1) segala yang dirasa dan dialami sebagai sesuatu yang buruk dalam hidup kita, sejauh yang saya pelajari dari Alkitab bisa didekati dalam 4 pendekatan:Satu, karena hukuman dan hajaran Tuhan, yang pada dasarnya merupakan konsekuensi atau akibat yang harus ditanggung dari perbuatan yang melawan kehendak Tuhan itu. Jadi karena tidak taat, Tuhan bisa menghajar dan menghakimi dengan melepaskan kutuk atas dosa² yang jahat itu. Ini sebagai tanda keadilan dan penghakiman Tuhan atas manusia yang semena² dan melupakan Dia yang harus ditakuti dan dipandang selama hidup di dunia ini.Dua, itu adalah ujian atas iman (seperti yang dialami Ayub, yang menimpa keluarga, harta dan kesehatan fisiknya). Suatu bentuk menderita tanpa alasan, selain alasan² dari Tuhan sendiri. Ini dialami jemaat mula² yang dianiaya, yang penderitaan mereka dibahas rasul Petrus dalam suratnya yang pertama.Tiga, sebagai bentuk pelatihan dan didikan rohani supaya seseorang makin matang dan dewasa dalam Tuhan. Ini seperti yang disebutkan dalam Yakobus 1:2-8. Jadi ini merupakan suatu proses dan pembentukan karakter dari Tuhan supaya kita menjadi murid², hamba² bahkan sahabat²Nya yang sehati sepikir, makin serupa dengan Dia.Empat, itu suatu bentuk kasih karunia Tuhan bahwa melalui kondisi yang tidak sempurna itu justru kuasa Tuhan nyata. Ini seperti yang dialami rasul Paulus terkait duri dalam daging yang ditanggungnya. Nyatanya itu adalah suatu bentuk kasih karunia Tuhan sebab melalui keadaannya itu, malah ia dicegah dari kesombongan dan sikap mengandalkan diri sendiri, lalu semakin bergantung pada Tuhan.
2) Kita tidak bisa tahu persis, yang mana yang sedang dialami oleh seorang anak Tuhan. Harus orangnya sendiri yang INTROSPEKSI DIRI lalu bertanya dan mencari di hadapan Tuhan, apa yang sedang Tuhan ijinkan dan mengapa Ia mengijinkan hal itu terjadi.
3) Semua yang tidak menyenangkan dan terkesan sebagai suatu bencana/kesialan, bagi umat yang dikasihi Tuhan, semuanya diijinkan Tuhan dan tetap berdasar serta bersumber dari sifat-Nya yang penuh kasih, yaitu untuk menyadarkan manusia akan Dia dan membawa manusia lebih dalam lagi mengenal Dia. Bahwa manusia tidak mampu menjalani hidup atau memahami hidup tanpa terhubung dengan Dia.
4) Apapun yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup kita, asalkan kita meresponnya sesuai dengan kehendak dan cara Tuhan, SEMUANYA AKAN MEMBAWA PADA KEBAIKAN, sebab apapun yang Ia kerjakan dan ijinkan terjadi dalam hidup kita, Allah mengerjakannya demi kebaikan setiap orang yang mengasihi Dia dan mau hidup bagi Dia.
Roma 8:28 (TB) Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Jadi walaupun kita tidak atau belum memahami maksud Tuhan melalui peristiwa buruk yang menimpa kita, kita tetap dapat merespon dengan iman dan pengharapan yang diwujudkan dalam bentuk ucapan syukur dan perkataan yang memuliakan nama-Nya. Dengan keyakinan bahwa semuanya akan membawa kebaikan bagi kita di kemudian hari. Khususnya bagi pembentukan manusia rohani kita semakin serupa dengan Tuhan. Entah itu hajaran, pelajaran atau ujian iman semuanya pasti menuju satu titik, yaitu Allah dimuliakan melalui hidup kita yang disaksikan oleh orang² dunia yang belum mengenal Allah.
5) Untuk menjelaskan kepada orang² yang mengalami ini, sebaiknya memang harus intropeksi diri masing² dalam terang firman Tuhan. Apakah mereka sedang diproses Tuhan, atau sedang menanggung dampak kesalahannya/dosanya sendiri, atau memang sedang menanggung aniaya yang harus mereka tanggung sebagai saksi Kristus?
6) Mengikuti nasihat Kristus, semua yang buruk bahkan itu dialami sejak lahir, Yesus berkata dalam Yohanes 9:1-3 (TB)
1 Waktu Yesus sedang lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahirnya.
2 Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: "Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?"
3 Jawab Yesus: "Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
Maksudnya memang atas orang yang cacat tersebut, tidak usah dipertanyakan lebih lanjut itu karena apa. Itu tidak mungkin dipahami oleh kita secara umum. Hanya orang² dan keluarga terkait yang mengetahuinya jika mereka mencarinya dalam persekutuan dengan Tuhan. Yang penting, orang yang mengalami cacat harus berpaling pada Tuhan sebab Tuhan ingin menyatakan pekerjaan²Nya melalui orang itu. Entah itu melalui kesembuhan mujizat atau dalam bentuk iman dan karya yang luar bisa bagi Tuhan sekalipun dalam keterbatasan.
7) Pandanglah selalu hidup kita dalam kacamata proses. Bahwa Tuhan tidak ingin kita menikmati hidup yang baik, saja, enak² saja, nyaman² saja, mulus² semua segala urusannya dan mengharapkan itu semua sebagai motif kita mengikut Tuhan.
Kita harus memandang bahwa Tuhan ingin hidup kita bertumbuh, berbuah, berguna, bermanfaat, menjadi sebesar² berkat, menjadi agen² perubahan di dunia ini, menjadi sarana dan alat untuk menyatakan keberadaan dan karya Tuhan hingga hari ini, yang memampukan kita melalui dan menghadapi segala keadaan yang paling berat dan pahit di dunia ini dengan segala hikmat dan kekuatan dari Tuhan, oleh karena kita disertai dan dipimpin sendiri oleh Tuhan.
Dan ini sebenarnya bukan sesuatu yang aneh dan sukar dipahami. Setiap kita pernah dan masih menjalani (dan kini mungkin anak² dari rekan² apabila sudah memiliki anak) hidup yang berhadapan dengan masalah dan tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan. Mulai dari belajar berjalan, belajar di sekolah dasar, sampai di perguruan tinggi atau di dunia kerja. Tantangan itu membentuk dan melatih kita memiliki pengalaman bahkan kemampuan baru menghadapi situasi² dan masalah² yang sebelumnya tidak pernah kita hadapi. Dan kita menjadi pribadi² yang lebih bijak sana dan matang melalui perjalanan dan tantangan hidup. Lebih², hidup kita di tangan Tuhan…. Ia pasti menyiapkan dan sedang terus mendidik kita di sekolah (kehidupan) terbaik-Nya supaya kita menjadi anak²Nya yang kuat dan berbuah banyak selama hidup di dunia ini.
Yakobus 1:2-4 (TB)
2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,
3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.
4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
8) dalam Yohanes 15:2 (TB) Yesus berkata, "Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah."
Ranting yang berbuah dibersihkan mengandung arti "DIPROSES LEBIH LAGI" supaya lebih banyak lagi berbuah. Tuhan akan menangani, mengurusi dan terus mengkondisikan ranting yang berbuah itu semakin berbuah.
Itulah yang dilakukan Tuhan dalam hidup kita sehari². Supaya kita makin melekat pada-Nya, tidak terhalang menerima kehidupan dari pokok anggur kita, makin bergantung penuh pada Tuhan saja.
Perhatikanlah. Hanya emas yang hendak dijadikan barang berharga dan mahal uang dimurnikan. Hanya bijih besi yang hendak dibentuk menjadi perkakas yang berguna yang akan ditempa. Dan semua makanan harus melalui proses supaya semuanya dapat dicerna dan dinikmati oleh banyak orang. Inilah tujuan proses dan didikan Tuhan.
Saya sendiri kurang setuju ilustrasi paku yang lurus yang dipukul sedangkan paku yang bengkok tidak dipukul. Itu karena ilustrasi itu tidak menunjukkan adanya suatu proses seperti yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita. Itu malah seperti menunjukkan pembenaran diri bahwa dia orang baik dan lurus tapi harus mengalami hal yang menyakitkan (meskipun ada yang seperti Ayub, yang mengalami nasib buruk tanpa alasan apapun selain ujian dari Tuhan)
Hal selanjutnya, paku yang bengkok pun pada akhirnya akan dipukul juga untuk diluruskan sehingga berguna kembali. Bagi sang paku, dipukul justru menjadi kesukaan, bukan sesuatu yang menyakitkan karena memang tujuan penciptaannya untuk hal tsb. Ini berbeda dengan manusia yang diciptakan bukan untuk dipukul² dan dihajar, tetapi dibentuk. Dan perumpamaan Tuhan untuk ini sudah tersedia seperti tanah liat di tangan tukang periuk atau kisah² tokoh² Alkitab yang harus mengalami proses Tuhan supaya hidup mereka menjadi alat Tuhan yang berguna bagi rencana Tuhan memberkati dan menyelamatkan banyak orang.
9) Mengenai Habakuk 3:17-19 (TB)
17 Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang,
18 namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku.
19 ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.
Sesungguhnya inilah sikap seorang anak Tuhan menghadapi masa² sukar dalam hidup. Di dalam Tuhan selalu ada ungkapan untuk bersorak sorai dan bersukacita dalam hari²nya.
Pertama, karena Tuhan sudah memberikan keselamatan kekal.
Kedua, karena Ia pasti menolong setiap kondisi kita saat kita percaya dan berharap pertolongan-Nya. Mungkin tidak persis sesuai gambaran yang kita inginkan tapi Dia pasti akan menolong kita dengan cara-Nya yang terbaik bagi kita.
Ketiga, beroleh persekutuan dengan Allah mengusir segala takut dan kuatir. Dia beserta, siapa yang akan melawan kita. Apapun yang kita hadapi, kita cakap menanggung segala perkara karena Dia beri kekuatan pada kita (Fil. 4:13)
Keempat, pada saatnya kita akan diangkat melampaui segala tantangan dan kesulitan. Bukan kita yang tertimpa bukit tapi kita bagai rusa yang kakinya menginjak bukit² yang tinggi. Kita kan berkemenangan dalam setiap situasi, entah keadaan sudah berubah ataupun belum sebab bersama² dengan Tuhan kita akan tampil lebih dari pemenang.
Kira² demikian pandangan saya. Semoga memberikan wawasan lebih lagi akan jalan² Tuhan.
Inilah yang saya maksud sebagai firman Tuhan dalam praktek, yaitu HIKMAT Tuhan. Firman Tuhan yang tidak hanya dipahami dalam pikiran tapi nyatanya sulit mengaplikasikannya dalam hidup sehari dan belum mampu menjawab pergumulan² dan pertanyaan² sehari².
Kiranya kita semua boleh bertumbuh menjadi murid² sejati yang bukan saja menangkap pelajaran dari Tuhan tapi juga mampu menerapkan pelajaran² tersebut dalam tantangan² hidup sehari²
Tuhan memberkati rekan² semua…
Amin.
Comments
Post a Comment