Skip to main content

TUHAN MENCARI DAN MEMANGGIL UMAT-NYA DI INDONESIA UNTUK DIPERLENGKAPI MENJADI PRAJURIT (PASUKAN) TUHAN

Oleh: Ruth Yanti Tampinongkol


Ketika berdoa syafaat untuk Indonesia pada pertengahan tahun 2019, saya  merasakan kehadiran Tuhan. Dalam hadirat-Nya, saya melihat Bapa memeluk saya dan berkata, "welcome back". Saya merasakan kasih Bapa yang begitu indah. Dalam pelukan erat itu hati saya bertanya mengapa Tuhan berkata seperti itu seolah baru bertemu kembali padahal setiap hari saya selalu datang kepada-Nya. 

Tuhan memberikan hikmat bahwa inilah keadaan umat Tuhan dan gereja hari ini, yakni seperti kisah anak bungsu yang terhilang. Kehidupan orang percaya yang jauh dari Bapa Surga tidak jauh berbeda dengan orang-orang yang sekedar beragama tanpa pengenalan akan Tuhan dan hubungan dengan Tuhan. Yang membuat umat-Nya terpisah adalah keserakahan dan kejahatan oleh karena belenggu kuasa dosa. 

Beberapa hari kemudian, dalam hadirat Tuhan saya melihat sebuah gunung diselimuti awan yang nampak seperti kabut putih. Letaknya tidak jauh, sangat dekat. Saya berdiri di sebuah rumah seorang wanita yang sedang sibuk menyapu/membersihkan rumahnya yang terletak di seberang gunung. Wanita itu sangat sibuk sehingga tidak memperhatikan keindahan pada gunung itu. 
Melihat keindahan gunung yang diselimuti kabut (awan putih) hati saya sangat ingin pergi dan naik kesana. Gunung itu seolah memanggil saya untuk segera datang kesana. Tanpa memperdulikan apapun lagi saya segera berlari dan naik kesana. 
Tuhan menjelaskan bahwa ini berbicara tentang bagaimana kita harus rela meninggalkan segala-galanya, baik itu kenyamanan dan segala kepentingan pribadi untuk memberi diri hidup sepenuhnya bagi Tuhan dan menjadi murid-murid-Nya. 

Ini adalah panggilan Tuhan atas umat-Nya hari-hari ini. Mendaki gunung menjelaskan tentang sebuah tekad dan ketaatan untuk menggenapi panggilan hidup kita di dalam Tuhan. Sebagaimana teladan Yesus yang merelakan segala-galanya demi menggenapi tujuan hidup-Nya selama di bumi demikian Tuhan memanggil kita hidup dalam teladan Kristus menjadi hamba-hamba sejati yang bahkan tidak takut untuk kehilangan nyawanya sendiri.

Ketika naik dan berada di atas gunung itu, saya melihat ada jalan setapak kecil yang memudahkan saya untuk berjalan di atas gunung tersebut. Di tengah perjalan diatas gunung itu saya melihat sepanjang jalan penuh dengan kabut putih. Ada suasana sukacita yang tak terlukiskan dan kebahagiaan yang sangat dalam. Saya merasakannya seperti seorang anak laki-laki kecil yang sangat bahagia karena hendak bertemu dengan bapanya. Diatas gunung itu kita bisa mengalami keintiman sebagai kekasih dan sahabat, serta erat sebagai putera-puteri Bapa. 

Sesaat setelah berada diatas gunung itu saya melihat PASUKAN TUHAN SEDANG BERBARIS RAPI. Jumlah mereka tidak banyak, hanya beberapa orang saja. Perawakan mereka tinggi dan tegap. Seluruh tubuh dan wajah mereka bersinar karena pancaran kemuliaan Tuhan yang berdiri dan menaungi mereka dalam cahaya terang. Masing-masing orang menengadah memandang keatas sedang mendengarkan instruksi Tuhan. Mereka sedang dilatih. Dimuridkan dan diajar oleh Tuhan sendiri.
Saya berurai air mata ketika mengamati lebih dekat terlihat dengan sangat jelas pembimbing dan bapa rohani yang Tuhan panggil dan percayakan untuk memperjuangkan terjadinya kebangunan rohani di kota-kota dan bangsa Indonesia dalam pancaran sinar terang sedang berdiri di depan pasukan ini untuk memberikan arahan.  

Mereka semua yang berada di atas gunung itu diperlengkapi dan diarahkan. Semua penuh kidmad (sangat tertib) mendengarkan. Hati mereka sungguh tulus dan murni. Siap untuk bergerak kapanpun Sang Pemimpin perintahkan. 

Sementara melihat pasukan itu, Tuhan menaruhkan saya sebuah firman di dalam 2 Timotius 2:3-4. Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. 
Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

Tuhan memberikan pengertian bahwa PASUKAN YANG BERDIRI DIATAS GUNUNG ITU ADALAH PARA PRAJURIT TUHAN YANG TELAH MENGABDIKAN HIDUP SEPENUHNYA BAGI KERAJAAN ALLAH. Mereka hidup meneladani komandan-Nya yaitu Yesus Kristus. Merelakan dan meninggalkan segala keinginan dan kepentingan pribadi untuk sepenuhnya mengikuti kehendak Tuhan. Mereka adalah para hamba-hamba sejati.

Saat mendengarkan hal ini, Tuhan kembali menaruhkan hikmat-Nya bahwa inilah yang Tuhan kehendaki atas umat-Nya di negeri ini. Supaya mereka meneladani hidup hamba-hamba sejati ini, yaitu tidak mencari perkara-perkara di bumi tetapi perkara diatas, meninggalkan segala keinginan duniawi dan hidup sebagai prajurit-prajurit Kristus. 


HIKMAT DARI PENGLIHATAN YANG TUHAN NYATAKAN:
• Gunung yang berkabut putih ini menggambarkan tentang hadirat Allah. 
• Sementara wanita yang sedang sibuk adalah gambaran dari gereja-Nya. Kesibukan menggambarkan prioritas gereja yang lebih mengutamakan perkara duniawi sehingga mengabaikan akan perkara ilahi serta melupakan panggilan utama mereka untuk hidup bagi Tuhan (dalam keintiman). Bahkan tidak mendengar ataupun memahami sama sekali (karena kehilangan ketajaman/kepekaan) ketika Tuhan menggunakan fenomena alam untuk berbicara dan memanggil mereka datang kepada-Nya.

• Tuhan menyatakan bahwa inilah keadaan nyata yang sedang terjadi di negeri ini. Berbagai keindahan bahkan hingga bencana tidak cukup membuat umat Tuhan dan gereja-Nya tersadar bahwa Tuhan sedang memanggil mereka mendekat kepada-Nya. 

• Bagi mereka yang mendengar panggilan-Nya dan segera meninggalkan segala kesibukannya untuk berlari mencari dan mendekat dalam hadirat Tuhan di atas gunung itu mengalami kebahagiaan dan sukacita yang berlimpah. Sebuah persekutuan yang intim dengan Allah Bapa.

• Sebagaimana keadaan jemaat Laodikia (Wahyu 3:14-22), demikianlah keadaan umat dan gereja Tuhan di Indonesia dimana gereja telah berzinah dengan dunia. Sebab itu Tuhan memerintahkan supaya jemaat Tuhan membeli/menukar hartanya demi memperoleh kebenaran. Artinya Tuhan menghendaki supaya umat -Nya meninggalkan perzinahan rohani dengan dunia dan membayar harga perubahan. Sama seperti nasihat Yesus dalam kisah orang muda yang kaya dimana ia harus  menjual semua hartanya demi mengikut Tuhan (Matius 19:16-26).
Ini adalah sebuah PEPERANGAN ROHANI UMAT TUHAN hari ini. Yaitu MELAWAN SEGALA KEINGINAN DUNIA di dalam dirinya.
BAGI MEREKA YANG MENANG dalam peperangan ini, TUHAN BERJANJI UNTUK MENDUDUKKAN MEREKA DALAM KEMULIAAN-NYA.

• Tuhan dan kemuliaan-Nya digambarkan seperti sebuah gunung yang diatasnya dilingkupi kabut putih. TUHAN MEMPERLIHATKAN BAHWA ORANG-ORANG PILIHAN TUHAN MASIH BERADA (BERAKTIVITAS) DI RUMAH-RUMAH DAN BUKAN DIATAS GUNUNG BERSAMA TUHAN. Sebab itu TUHAN MEMANGGIL PASUKAN-NYA UNTUK DATANG DAN BERLARI KEPADA-NYA. Kepada gunung-Nya yang kudus. Yaitu tempat dimana kemuliaan dan hadirat-Nya tinggal. 

• Tuhan ingin pasukan itu datang keatas puncak gunung itu, sebagaimana Musa naik ke atas gunung Sinai untuk mendengarkan petunjuk dan arahan-Nya bagi umat-Nya.


KEADAAN UMAT TUHAN DAN GEREJA-NYA DI INDONESIA:
Hari ini umat Tuhan dalam keadaan bukan lagi hanya berpakaian compang-camping tetapi bahkan TELANJANG sebagaimana tertulis dalam kitab Wahyu 3:17. Tuhan memperlihatkan keadaan mereka ini seperti orang-orang primitif/pedalaman yang tak berpakaian namun tidak merasa malu.  Ketelanjangan mereka disebabkan karena dosa yang membuat mereka kehilangan kemuliaan Allah. Keluar dan berdiri jauh dari hadirat Allah yang Kudus. 

Orang-orang pedalaman cenderung liar dan membabi buta sebab sangat primitif. Berkeras hati dan sulit menerima perubahan akibat kebodohan. Mereka adalah para pendukung buta karena terbiasa mengikut saja apa kata pemimpin suku mereka. Mereka merasa diri kuat dan tidak mengerti/mengikuti bahwa jaman telah berganti sehingga dalam dunia perang harus menggunakan persenjataan modern. Kebodohan membuat mereka tidak menyadari bahwa mereka bisa dihabisi musuh kapan saja. Kebodohan ini juga yang mengakibatkan terjadinya berbagai krisis di segala bidang dalam pemerintahan di Indonesia.

Demikianlah gambaran kehidupan umat Tuhan dalam pengaruh dan kendali roh agamawi yang menyebabkan mereka tinggal dalam kebodohan. Umat Tuhan harus dipulihkan dari kebodohan dengan kebenaran. Sebagaimana Tuhan mengetuk pintu jemaat Laodikia demikian TUHAN SEDANG MENGETUK PINTU GEREJA-GEREJA. DIA SEDANG MEMANGGIL UMAT-NYA UNTUK MENDENGAR SUARA-NYA. MENJADI MURID-MURID DAN HAMBA-HAMBA-NYA. Siapa saja yang merendahkan diri (membukakan pintu hati) dan mengijinkan Yesus masuk, mereka akan menjadi sahabat-sahabat dan kekasih-kekasih-Nya. Mereka akan duduk satu meja menikmati keintiman dengan BAPA. Mereka akan hidup sebagai anak-anak bagi kerajaan Bapa di Surga.

Inilah yang Tuhan rindukan, yaitu memulihkan jati diri umat Tuhan dan gereja-Nya sebagai anak-anak Raja yang akan BEKERJA DI RUMAH BAPA dan mewarisi kerajaan-Nya sehingga otoritas dan kuasa serta kemuliaan Tuhan ada di dalam mereka. 
Menjadikan mereka BUKAN SEKEDAR SEBUAH KUMPULAN TETAPI PASUKAN TUHAN. 

Ketika saya merenungkan dan berdoa untuk menanyakan apakah maksud Tuhan atas semuanya ini,  Tuhan membawa saya kembali melihat gunung itu dalam sebuah mimpi. Dalam mimpi itu, Tuhan membawa saya melihat sebuah kehidupan atau aktivitas di sekitar gunung tersebut. 
Di pintu gerbang masuk jalan setapak menuju puncak gunung, nampak seorang wanita yang berprofesi sebagai pengajar sedang konsultasi dengan bapa rohani untuk mengajukan sertifikasi bagi tempatnya/lingkungan ia mengajar. Saya melihat pembimbing rohani tersebut menyetujui pengajuannya itu dan memberikan stampel pada form yang dibawanya. Wanita ini adalah seorang yang dikhususkan untuk pelayanan rohani khusus anak-anak. Ia sendiri menemui pemimpin itu bersama dengan anak kecil. 

Lalu Tuhan membawa saya berjalan melihat sekeliling pada tepi atau pinggiran hingga turun ke bawah gunung itu. Nampak jelas kehidupan dan aktivitas warga sekeliling gunung tersebut, mereka menjual makanan-makanan tradisional. Tidak ada kesan mewah dan modern pada sekitarnya. Bagi pasukan yang tinggal diatas gunung itu mendapatkan peraturan bahwa mereka tidak bisa hidup bebas mengikuti ataupun membeli segala keinginan mereka termasuk hal makanan. Saya merasakan ada perasaan yang menahan untuk tidak membeli apapun meski terlihat menarik. 

Setelah melihat itu, Tuhan menuntun saya kembali ke atas gunung. Saat memasuki pintu gerbang saya melihat bapa rohani (pelatih/pemimpin seluruh pasukan) sedang duduk di pintu penjagaan sambil menulis/mengerjakan tugas² hariannya. Tidak ada perkantoran ataupun gedung yang megah selain hanya tempat penjagaan yang kecil. 
Saat memasuki pintu gerbang dan berjalan di jalan setapak menuju ke tempat berkumpulnya seluruh pasukan di atas gunung, saya bertemu dengan beberapa wanita setengah baya berpakaian putih bersih yang menghampiri saya kemudian menceritakan perjalanan² pelayanan mereka. Mereka nampak paruh baya bukan karena tua secara usia tetapi karena mereka adalah orang-orang yang telah dewasa rohani. 

Salah seorang wanita bercerita bahwa ia baru saja menyampaikan kebenaran kepada seseorang namun ditolak hingga seluruh keluarganya pun mengalami penolakan bahkan olokan. Ketika wanita itu sedang bercerita, Tuhan mengijinkan saya melihat dan mendengar sebuah gambaran bagaimana dari cerita tersebut dan nampak jelas terlihat ada seseorang yang sedang marah hingga memaki dan mengutuki wanita itu dan juga seisi rumahnya. Membuktikan bahwa apa yang disampaikannya adalah benar adanya.
Ketiga wanita itu adalah para pemimpin yang memiliki panggilan dan karunia rohani yang berbeda-beda. Salah seorang diantara mereka adalah seorang pendoa. Tanpa bercerita, Tuhan membuat saya mendengar dan melihat bagaimana ia berseru dalam doa siang dan malam di hadapan Tuhan. 

Meskipun dalam beban dan tekanan yang berat karena pelatihan serta tugas dan panggilan Tuhan, kami yang tinggal di atas gunung itu merasakan sukacita dan kebahagiaan yang besar. Kami saling membangun dan meneguhkan, menghibur dan menguatkan.
Kami tetap bersukacita sekalipun segala sesuatu yang kami inginkan tidak selalu bisa kami dapatkan meski yang terkecil sekalipun. Sebab hati kami telah dimerdekakan dari segala keinginan. Kami hidup sebagai murid-murid Tuhan. 
Gunung itu menjadi tempat atau asrama dan sekolah dimana orang-orang ini dimuridkan. 


KESIMPULAN:
Panggilan untuk menjadi pasukan Tuhan ditujukan kepada seluruh umat Tuhan di Indonesia. Tuhan menjelaskan bahwa Pasukan Tuhan dipanggil untuk tinggal dalam kemuliaan Allah. Dalam kekudusan Allah. Dalam otoritas dan kuasa Allah. 

Beberapa pasukan Tuhan yang sudah berada diatas gunung bersama Tuhan, mereka adalah orang-orang yang TELAH BERGANTI IDENTITAS. Mereka MENJADI PRAJURIT-PRAJURIT DENGAN SERAGAM/PAKAIAN DAN PERSENJATAAN LENGKAP SIAP PERANG. MEREKA BERBARIS RAPI sedang MENDENGARKAN PETUNJUK TUHAN. Awan putih melingkupi mereka, seluruh tubuh mereka bersinar terang hati mereka berkobar seperti nyala api. Suara mereka lantang dan serempak. Inilah prajurit (pasukan) Tuhan yang sejati. Mereka tidak bergerak tanpa perintah sang Panglima. Sikap mereka sigap (siap sedia) kapan pun waktunya untuk bertindak.

Sebab itu Tuhan menghendaki umat-Nya harus segera berlari meninggalkan segala kebodohan untuk menggenapi panggilan ilahi dengan membuka hati dan telinga untuk menjadi seorang murid, hamba, sahabat dan kekasih, serta anak-anak kebenaran.

Pasukan Tuhan yang berada di atas gunung itu adalah orang-orang pilihan Tuhan dari berbagai bidang ataupun divisi pelayanan. Mereka dipanggil untuk dimuridkan dan diperlengkapi. Dipersatukan dan dipersiapkan dalam berbagai karunia rohani untuk masuk dalam kegerakan Tuhan. Mereka  adalah pasukan Tuhan yang siap bergerak dan telah membayar harga ketaatan demi sebuah perubahan. Mereka tidak lagi hidup untuk dunia ataupun dirinya sendiri tetapi menjadi hamba-hamba sejati. 

Tuhan merindukan dan menghendaki bangkitnya pasukan Tuhan dari berbagai kota di seluruh penjuru negeri ini. Ya, Tuhan sedang memanggil umat-Nya untuk masuk dalam kegerakan-Nya. Pasukan yang akan diperlengkapi dengan roh hikmat dan wahyu dari Surga, pertama-tama untuk mengenal Tuhan dengan benar dan diperlengkapi menjadi prajurit-prajurit sejati.

Prajurit-prajurit sejati yang Tuhan persatukan untuk menjadi lebih kuat. Untuk bersama-sama melewati tempat-tempat dan masa² yang sulit. Menjadi pasukan Tuhan yang akan membuat perbedaan dan perubahan besar.

Amin..
Tuhan Yesus memberkati perjuangan kita.

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar