Skip to main content

MENGAWASI DIRI KITA DAN AJARAN KITA

Oleh Peter B, MA

1 Timotius 4:16 (TB)
Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.

Pesan Paulus kepada Timotius, anak rohaninya dan hamba Tuhan yang masih muda pada dasarnya adalah PESAN UNTUK RAJIN MEMERIKSA DAN MENGOREKSI DIRI. Introspeksi. Dan lagi² introspeksi di hadapan Tuhan dengan jujur dan apa adanya. 

Nasihat untuk mengawasi diri sejajar dengan perintah menjaga hati dengan segala kewaspadaan. Artinya, berhati²lah dengan yang apa yang ada di pikiran dan hati Anda. Jika tidak diawasi, itu akan menyimpang. Sesat. Keliru. Ngawur. Meleset dari yang dikehendaki Tuhan. 

Amanat untuk mengawasi ajaran hampir sama. Intinya tidak mudah² berucap, berkata², merasa sudah tahu ajaran atau prinsip ini dan itu, terburu nafsu bikin video viral dan tayang di youtube tanpa benar² merenungkan dan meneliti segala sesuatunya apakah sesuai dengan maksud dan kehendak Tuhan. 

Mereka yang tergesa² dalam bertindak sehari² dan dalam pelayanan, pada akhirnya tanpa sadar jatuh dalam kesombongan rohani. Ia merasa naik dan ada posisi yang tinggi, tanpa disadarinya bahwa ia sebenarnya telah terjerembab ke dalam kesalahan yang bisa berakibat fatal. Orang² demikian merasa tahu, padahal… tidak tahu. Merasa mengerti, padahal...masih banyak yang ia belum paham. Merasa benar, padahal… bisa jadi ia turut bersalah atau turut andil membuat kesalahan. Merasa pandai, padahal… di hadapan Tuhan ia sedang melakukan kebodohan. 
Itu semua karena ia TIDAK SUNGGUH² mengawasi diri dan pengajarannya. 
Pada akhirnya, ia akan merasa malu ketika kebenaran sesungguhnya dibukakan oleh Tuhan. 

Di sinilah sekali lagi kita dipanggil untuk rajin mengoreksi diri di hadapan Tuhan. Sama seperti yang suka dilakukan oleh Daud.

Mazmur 139:23-24 (TB)
23 Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku
24 lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal! 

Dengan menjaga sikap demikian, kita akan dijauhkan dari hati yang sombong, kecenderungan ibadah yang agamawi dan dangkal, juga menjaga hati kita selalu rendah hati di hadapan Tuhan, siap diproses dan dibentuk oleh Tuhan. Dengan cara demikian pula, kita belajar untuk mengenal motif² yang murni dari hati kita dan hati manusia pada umumnya. 
Betapa besar berkat dari orang² yang rajin memeriksa diri, yang merenungkan firman Tuhan siang dan malam untuk diterapkan dan dijadikan ukuran bagi sikap hati dan hidupnya di hadapan Tuhan. 

Saya ambil sedikit contoh kecil saja.

Matius 7:21-23, dalam pandangan saya tidak tepat untuk ditafsirkan sebagai teguran dan hukuman Tuhan bagi mereka yang melayani dalam kuasa yang besar seperti pelayanan mujizat, bernubuat dan mengusir setan. Dalam ayat itu, Tuhan tidak melarang pelayanan tersebut. Yang disampaikan oleh orang² yang mengatakan itu adalah fakta²  bahwa mereka memang (pernah) melakukan pelayanan demikian di bumi. 

Jadi tafsir saya, bukan pelayanannya yang keliru dan dilarang atau sudah tidak ada lagi tapi APAKAH PELAYANAN ITU SESUAI KEHENDAK BAPA? Itulah isu yang sebenarnya. 
Bagi saya, ada pelayan² Tuhan yang Tuhan pakai dengan karunia² supranatural, dengan berbagai tanda dan mukjizat. 
Persoalannya, apakah mereka melayani dalam bidang itu SESUAI DENGAN HATI TUHAN atau tidak. 
Di sini, lagi² Yesus berbicara mengenai motif dalam pelayanan. Masalah hati. Masalah apa yang Tuhan lihat dan temukan di hati para pekerja-Nya itu. 
Jika motifnya pamer, Tuhan tidak berkenan. Merekalah yang berpotensi akan ditolaknya jika tidak bertobat. 
Jika motif mereka memang karena taat melakukan kehendak Tuhan sebagai hamba yang melakukan kehendak Tuannya dan mengembalikan segala kemuliaan bagi Tuhan, maka ia sedang melakukan kehendak Bapa. 

Dari sini saya persilakan rekan² menguji mana tafsiran yang merupakan isi hati Tuhan dengan hati tulus dan mohon pimpinan Roh Kudus, yang saya yakin akan menuntun setiap kita (yang rindu, lapar dan haus akan kebenaran) sampai ada kebenaran sejati dari Tuhan. 

Sebagai penutup, kiranya kita semua merenung. Dan jika ada di antara kita masih enggan, malas, keras hati, dan menolak memeriksa diri dan pengajaran kita -bertobatlah. Hanya itu yang akan menarik perhatian Tuhan. Hati yang bertobat dan mau diubah lebih lagi di dalam Dia. 

Ingatlah selalu, jika kita mengawasi diri kita dan ajaran kita, seperti yang rasul Paulus katakan, KITA AKAN MENYELAMATKAN DIRI KITA DAN SEMUA ORANG YANG MENDENGAR KITA. 

Maksudnya, bukan kita diselamatkan karena perbuatan kita tetapi bahwa jika kita tetap berada dalam jalur yang benar dan sejati, kita akan sampai di ujung perjalanan di dalam keselamatan. Bukan kesesatan dan penyimpangan yang berujung pada maut. Selalu ada jalan yang disangka orang lurus padahal ujungnya menuju maut. Kiranya Tuhan menolong kita keluar dari jalan itu dan kembali ke jalan yang dikehendaki-Nya. Saat kita mau jujur mengoreksi dan menguji diri. 

Salam revival
Tuhan memberkati

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar