Oleh: Sharon R.
Mazmur 51:10, 17 (TB)
Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!
Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.
Mazmur diatas adalah cuplikan doa dan seruan Daud kepada Tuhan untuk diampuni dan dipulihkan ketika hatinya hancur setelah menyadari dan menyesali dosa dan perbuatannya yang jahat di mata Tuhan. Ia telah berzinah dengan istri dari salah satu prajuritnya yang terbaik dan setia. Bukan hanya itu, ia bahkan telah membunuh prajuritnya itu dengan cara-cara yang licik dan keji. Dosa-dosa yang sangat besar sebetulnya di mata manusia. Tetapi Tuhan mengampuni dan memulihkan kehidupan Daud meskipun dia tetap harus menanggung konsekuensi dari dosa-dosanya. Mengapa Tuhan mau mengampuni dan memulihkan hidup Daud meskipun telah melakukan kejahatan yang demikian besar di hadapan-Nya? Karena Daud telah merendahkan diri dan bertobat di hadapan Tuhan dengan hancur hati. Inilah kasih Tuhan yang ajaib dan tak terselami bagi manusia. Demikian janji Tuhan kepada umat-Nya yang mau merendahkan diri dengan hancur hati memohon pengampunan dan pemulihan-Nya. Dari kisah hidup Daud kita juga dapat belajar suatu kualitas sikap hati seorang penyembah sejati yang memampukan dia bertahan sampai akhir menjadi salah satu tokoh Alkitab yang berhasil dengan sebutan orang yang berkenan di hati Tuhan. Hati yang lembut dan hancur, Inilah sikap hati yang dimiliki, dijaga, dipelihara dan dikembangkan oleh raja Daud. Sayangnya tidak banyak jemaat Tuhan dan pemimpin rohani yang memiliki sikap hati yang demikian. Bahkan mungkin menginginkannya pun tidak.
Pemulihan atau kebangunan rohani terjadi diawali dengan adanya kehancuran hati. Suatu kesadaran yang mendalam akan keadaannya yang berdosa dan kebutuhannya yang besar untuk diampuni dan dipulihkan Tuhan ketika Roh Kudus menyingkapkan keadaan dirinya apa adanya. Dimulai dari keberanian dan kerelaan untuk jujur menilai dirinya tanpa usaha untuk berdalih dan membenarkan diri menurut ukuran kebenarannya sendiri. Hanya mereka yang hancur hatinya yang dapat datang kepada Tuhan dengan rendah hati. Suatu persembahan yang tidak akan pernah ditolak dan dihinakan Tuhan. Terhadap orang-orang yang demikian Tuhan justru akan mencurahkan kasih karunia-Nya untuk mengampuni, memperbarui, menjamah, memenuhi dan memulihkan hidup mereka. Sebaliknya, tidak akan ada pemulihan tanpa kehancuran hati dari pengakuan yang tulus dan jujur akan keadaan rohani kita di hadapan Tuhan.
Kehancuran hati sama seperti hati yang tobat. Tidak dilakukan sesekali atau hanya pada waktu pertama bertobat terima Tuhan Yesus tetapi sikap hati yang harus terus dijaga dan dipelihara seumur hidup. Terus menerus merendahkan diri mengakui setiap dosa dan kelemahan. Menyadari bahwa hidupnya bergantung sepenuhnya kepada kasih karunia dan kemurahan Tuhan. Fokus dan rajin introspeksi dan koreksi diri. Tidak suka berdalih dan mencari pembenaran diri. Suatu keadaan hati seperti seorang murid yang rela dan rindu untuk belajar dan diajar seumur hidup untuk diubahkan makin sempurna, berkenan dan serupa dengan Kristus.
Hati yang lembut dan hancur juga merupakan sikap hati seorang hamba Tuhan yang sejati. Hati yang rela dan taat menerima dan menjalani proses Tuhan setiap hari untuk dipersiapkan menjadi alat dan bejana kemuliaan-Nya. Hati yang selalu lapar dan haus akan Tuhan. Hati yang tertuju sepenuhnya untuk melakukan kehendak Tuhan dan merindukan perkenanan Tuhan semata.
Lawan atau kebalikan dari kehancuran hati adalah hati yang keras yang berakar pada pembenaran diri. Hati yang menolak untuk bertobat dan mengubah diri karena sudah merasa benar atau baik menurut ukuran dari pikirannya sendiri. Ketika teguran, masukan, kebenaran disampaikan bukannya diterima, direnungkan dan dirangkul dengan hancur hati tetapi diresponi dengan emosi dan penolakan dengan berpikir bahwa itu bukanlah mengenai dirinya bahkan berprasangka buruk atau negatif kepada mereka yang menyampaikan pesan atau menegur dengan kasih dan ketulusan sesuai pimpinan Tuhan. Pada dasarnya hati yang keras adalah hati yang tertutup terhadap teguran dan koreksi dari Tuhan. Lebih suka membenarkan diri dan enggan untuk memperbaiki diri dan berubah lebih lagi sesuai kehendak Tuhan. Senang mencari dan menerima pujian dan penghargaan dari manusia. Merasa benar dan tepat dalam pandangannya sendiri bukan apa yang tepat dan benar menurut Tuhan. Puas dan berpegang teguh pada prinsip dan kebenaran diri sendiri. Tidak mau membuka hati untuk mencari tahu lebih lagi akan kebenaran yang sesuai hati dan pikiran Tuhan. Sarat dengan kepentingan dan tujuan-tujuan pribadi.
Berkat terbesar dari memelihara hati yang hancur adalah hubungan yang dekat dengan Tuhan karena Ia dekat dan bersama-sama dengan orang yang remuk dan rendah hati. Hanya dengan sikap hati yang demikian kita dapat mendekat dan berhubungan selalu dengan Dia. Menjadikan kita peka akan suara dan pimpinan-Nya. Hidup rohani kita tidak hanya dibangkitkan dan dipulihkan tetapi bahkan kita dimampukan dapat terus berjalan dalam jalan-jalan-Nya dan tetap dalam jalur kehendak-Nya sampai akhir hidup kita. Kita akan terhindar dari tipuan dan jebakan iblis, yaitu kesombongan rohani yang merupakan cikal bakal dari banyak penyimpangan dan kesesatan rohani. Menjadi hamba-hamba-Nya yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugasnya dan tujuan keberadaannya di dunia ini.
Salah satu kunci terjadinya kebangunan rohani (baik pribadi maupun secara massal) adalah kehancuran hati. Inilah beban dan seruan doa kita kepada Tuhan untuk bangsa ini, yaitu semakin banyak anak-anak Tuhan dan pemimpin rohani yang hancur hati dan merindukan terjadinya kebangunan rohani. Dimulai dari kita semua yang telah dicelikkan Tuhan dan dipanggil menjadi pejuang dan pelopor kebangunan rohani bagi bangsa ini. Tuhan hendak berperkara dengan dan melalui gereja-Nya untuk memulihkan bangsa ini. Tuhan mencari hati yang remuk diantara umat-Nya, yang merendahkan diri, bertobat, berbalik dari jalan-jalannya yang jahat dan memohon belas kasihan-Nya. Tidak lagi hidup dan melayani dengan cara-cara lama yang sesuai dengan kehendak dan untuk tujuan-tujuan pribadi tetapi mencari, merenung, menyelami dan melakukan kehendak Tuhan dan demi tujuan dan kepentingan-Nya.
Bersediakah kita membayar harga untuk memiliki hubungan yang selalu dekat dengan Tuhan dan menjadi pejuang-pejuang kebangunan rohani dengan memiliki dan memelihara sikap hati yang hancur melalui penundukan diri dan ketaatan total kepada Kristus dan kebenaran-Nya dan melepaskan seluruh kebenaran diri kita yang telah membuat hati kita keras dan melawan Dia? Maukah kita merelakan diri menjadi murid dan hamba-Nya yang selalu menyediakan hati yang lemah lembut dan hancur di hadapan-Nya sebagai persembahan yang menyukakan hati-Nya?
Mazmur 34:18 (TB) (34-19) TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.
Yesaya 57:15 (TB) Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk.
Matius 5:3 (TB) "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Amsal 4:23 (TB) Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Hancur hati bukanlah kebangunan rohani; tetapi itu merupakan langkah yang sangat penting dan diperlukan untuk menuju ke arah kebangunan rohani
~ Arthur Wallis ~
Comments
Post a Comment