Skip to main content

BUKAN DARI ROTI (DAN YANG DARI DUNIA INI) SAJA

Oleh : Peter B


Jawaban Yesus, ketika Iblis mencobai-Nya supaya mengubah batu menjadi roti adalah "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja ,tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah" (Matius 4:4).
Dalam keadaan lapar yang sangat membutuhkan makanan, Yesus menyampaikan suatu kebenaran tentang eksistensi manusia. Ia yang dicobai supaya menggunakan kuasa-Nya sebagai Anak Allah untuk membuat mujizat demi memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar sebagai manusia, memilih untuk memperkatakan firman daripada mengikuti godaan si jahat. 


"Manusia hidup bukan dari roti saja"
Manusia membutuhkan makanan untuk hidup. Jika manusia tidak makan, ia akan mati kelaparan. Itu sebabnya, kebutuhan akan makanan dan minuman disebut sebagai kebutuhan pokok atau dasar bagi manusia. Sesuatu yang wajib ada, yang harus dipenuhi. Mengetahui ini, tanpa sadar sesuatu yang alami dan wajar ini dapat dimanipulasi oleh kuasa gelap untuk mengendalikan hidup manusia.

Rasa takut dan kuatir karena tidak dapat memenuhi kebutuhan mendasar hidup manusia bisa menjadikan pemenuhan kebutuhan itu sebagai tujuan hidupnya, fokus kegiatannya, pencarian utamaya selama di bumi. Untuk mengatasi rasa lapar, baik rasa lapar dirinya sendiri, keluarga atau kebutuhan yang bersifat lebih global ini, manusia berjuang mengusahakan pemenuhannya. Segala upaya dan cara dilakukan supaya itu terpenuhi. Kerja keras melalui bercocok tanam, berdagang supaya dapat membeli makanan, menawarkan jasa sebagai profesional demi penghasilan merupakan bentuk-bentuk umum upaya manusia memperoleh pemenuhan kebutuhan hidupnya. Banyak yang kemudian tanpa sadar,  membuat manusia teralihkan dari suatu kebutuhan yang lebih besar dan sumber lebih utama kehidupan manusia. Dengan terus mendorong  setiap hasrat bertahan hidup atau mengumpulkan kekayaan untuk kelangsungan hidup KE TINGKAT YANG EKSTREM, iblis MEMBUAT MANUSIA MELUPAKAN KEBERADAAN TUHAN SERTA PENCARIAN AKAN TUHAN. Bahkan JIKA MANUSIA MASIH INGAT AKAN TUHAN, MEREKA DISESATKANNYA MEMANFAATKAN TUHAN SEBAGAI SARANA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN HIDUP MEREKA JUGA. 

Persis seperti itulah yang dianjurkan Iblis pada Yesus dengan meminta-Nya mengubah batu menjadi roti.

Dari perkataan Yesus, kita seharusnya disadarkan bahwa meski membutuhkan makanan dan minuman, penopang yang sesungguhnya atas hidup manusia bukan pemenuhan atas kebutuhan dasarnya itu. Manusia membutuhkan lebih dari itu untuk hidup -hidup yang sesungguhnya, yang layak, yang semestinya dijalani makhluk ciptaan yang serupa gambar ilahi itu. 

Manusia yang hidup hanya demi pencarian akan kebutuhan hidup, demi bertahan hidup, demi kelangsungan hidupnya dan kaum keluarganya tidak jauh berbeda dengan makhluk-makhluk yang lebih rendah seperti hewan dan tumbuhan. Mereka semua mencari makanan seumur hidup mereka. Dan hanya itu saja. 
Sedikit sekali bedanya, bukan?

Tapi manusia masih berusaha menghindar dari keserupaan dengan hewan. 

Dalam pencarian akan makna hidup, sebagian orang mencoba tingkatan yang lebih tinggi. Mereka mengaktualisasikan diri sebagai makhluk berbudaya dan punya kekuatan kreatif. Hasilnya, manusia mencipta dan melahirkan karya-karya seni yang indah dan luar biasa, yang mengundang decak kagum yang melihatnya. Cukupkah itu membuat hidup manusia berarti?

Ada pula yang hidup dengan sangat bermoral dan terhormat. Juga yang memberikan banyak jasa untuk kemajuan peradaban dunia di bidang keilmuan dan teknologi. Dengan cara demikian, mereka mencari ukuran-ukuran yang lebih tinggi dan lebih dalam mengenai arti kehidupan manusia. Sudahkah itu cukup membuat hidup manusia lengkap? Yang sanggup menjadikan kehidupan manusia lebih baik dalam pengertian lebih bermakna dan lebih puas dalam jiwanya?

Alkitab mengatakan TIDAK. 
Dan memang itu jawabannya jika kita mau jujur menilai diri dan segala sesuatunya. Salah satu kisah Injil menyimpulkan hal tersebut. Dalam kisah anak muda kaya yang datang bertanya kepada Yesus (lihat Matius 19), kita tahu bahwa pencapaian manusia apapun itu : kecukupan kebutuhan hidup, banyaknya harta, prestasi dan pengaruh di masyarakat sebagai orang terhormat dan terpandang maupun perilaku yang bermoral sehari-hari BELUMLAH CUKUP untuk membuat hidup manusia itu mencapai titik terbaiknya.

Jadi manusia hidup bukan dari roti saja, juga bukan dari semua pemenuhan kebutuhan jiwanya melalui perkara-perkara dari dunia ini. 


Manusia hidup ... dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah"
Inilah kebenarannya. Manusia hidup bukan dari pemenuhan jasmaniah dan jiwani semata. Ada kebutuhan rohani yang harus dipenuhi. Kebutuhan itulah sesungguhnya yang membuat hidup manusia lengkap dan berarti. Dan kebutuhan inilah yang berusaha dihalangi dan disangkali oleh iblis dengan membuat manusia hanya fokus kepada pemenuhan-pemenuhan kebutuhan yang lebih rendah sifatnya.

Perkataan Yesus bahwa "manusia hidup dari setiap yang difirmankan Tuhan" menunjukkan betapa manusia memerlukan Allah bagi hidupnya. Perlu memiliki hubungan dengan Allah. Perlu secara aktif berkomunikasi dengan Allah : berbicara maupun mendengar dari Allah. Perlu menjalani hidup di dunia ini dengan terus terhubung dengan Tuhan, tak dapat melepaskan atau memutuskan hubungan dengan  Tuhan. 

Hubungan yang intim antara manusia dengan Tuhan adalah kebutuhan terbesar manusia, intisari keberadaannya, yang menjaga kelangsungan hidupnya yang sesungguhnya!
Itu sebabnya Yesus, sebagai manusia hamba mengatakan, "Makanan-Ku iah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya" (Yohanes 4:34)

Manusia boleh saja mempunyai makanan, minuman, dan kebutuhan dasar lainnya, berlimpah-limpah banyaknya. Boleh saja orang memiliki harta yang dikatakan tidak akan habis tujuh turunan. Atau mungkin saja ia mendapat nama, penghargaan, popularitas, dipandang sebagai salah satu orang paling berprestasi dan berjasa bagi dunia. 
Namun itu baru benar-benar berarti.... jika kehidupan hanya berlangsung di dunia sekarang ini saja!

Itu sebabnya Yesus mengatakan perkataan ini : 
"Apakah untungnya kepada seorang, jikalau ia beroleh segenap dunia ini, tetapi jiwanya binasa? Atau apakah yang patut diberi orang akan menebus jiwanya?" (Matius 16:26, Terjemahan Lama)

Alkitab berkata, setelah mati, manusia dihakimi (lihat Ibrani 9:27). Masih ada babak lain setelah kehidupan yang sekarang. Masih ada dunia lain di balik dunia tempat hidup sekarang. Dan di dunia yang tak terlihat itu ada Pencipta kita yang akan meminta pertanggungjawaban atas hidup kita. Selama kita tidak mengingat Dia dan kembali kepada Pencipta kita itu, jiwa kita masih ada di tangan iblis dan akan dibinasakan, oleh sebab dosa dan kehidupan kita yang melawan Allah dan kebenaran-Nya.

Apa yang bisa kita bawa dan banggakan di hadapan Hakim Yang Adil itu dari kehidupan yang telah kita lewati tanpa sedikitpun memikirkan tentang Dia?

Kita memerlukan Tuhan supaya kita tahu mengapa kita ada, bagaimana kita seharusnya hidup, dan kemana kita akan menuju. 
Kita membutuhkan Tuhan supaya hidup kita sekarang ini memiliki makna dan  dijalani sesuai tujuan keberadaaan kita di sini. Adalah rencana Tuhan untuk membawa kita pada  suatu kehidupan yang tidak sia-sia. Yang memuliakan Bapa, yang daripada-Nya kita berasal. Dan bahkan lebih dari itu. Kita dipanggil untuk menjadi alat-alat Kerajaan Allah melalui kesaksian hidup kita membawa jiwa-jiwa yang tidak mengenal kehidupan sejati datang kepada Allah dan menerima kehidupan yang sesungguhnya di sini dan nanti. 

Untuk hidup di dunia ini, kita memerlukan lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan fisik dan jiwa. Kita perlu Tuhan lebih dari udara, air dan makanan. Hidup kita bergantung dan harus berpusat pada-Nya. Dan untuk itu, Dia berjanji bahwa jika kita memusatkan hidup kepada-Nya, Dia akan memenuhi makan, minum, pakaian dan semua yang dicari semua bangsa di dunia ini (Matius 6:33). Itulah hidup yang kita seharusnya pilih untuk dijalani. Bukan sebaliknya. yaitu menjalani hidup mengejar kebutuhan sehari-hari saja atau yang hendak memuaskan keinginan kita di dunia, sehigga melupakan dan mengabaikan Tuhan, menjadikan Dia sebagai sesuatu yang kurang penting atau tidak penting sama sekali. 

Oleh karena hidup kita bergantung pada Tuhan dan ditentukan oleh-Nya baik di sini dan nanti, tidak ada yang lebih baik yang bisa kita lakukan selain kita menjadikan pencarian, pengenalan, pergaulan dan penyerahan hidup kepada Dia sebagai prioritas satu-satunya yang kita kejar selama di dunia. Ini bukan berarti kita mengabaikan tanggung jawab kita mencari penghidupan tetapi semuanya itu kita masukkan sebagai bagian dari pencarian dan perjalanan bersama Dia  
Di dalam Dialah kita bernafas, kita bergerak dan kita ada. 
Di dalam Dialah kita melakukan setiap tanggung jawab dan aktivitas kita sehari-hari. 
Dalam pimpinan-Nyalah kita menjalani hari-hari kita sehingga semuanya boleh menjadi sesuatu yang berkenan di hati-Nya karena kita belajar selalu mencari dan melakukan kehendak-Nya. 

Betapa indahnya dan puasnya hidup yang demikian!

Hidup seperti itulah hidup Yesus Kristus. Kehidupan termulia, teragung dan terbaik yang pernah dijalani seorang manusia -yang patut menjadi inspirasi dan teladan terbesar bagi kita, pengikut-pengikut-Nya. 

Rindukah hidup Anda dijalani serupa Kristus?

Salam Revival
Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar