Oleh : Peter B
Kata Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."
Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
Matius 19:21-22
Salah satu adegan dalam Injil yang sangat sering muncul serta menjadi perenungan di benak saya adalah peristiwa dalam nats di atas. Alkitab kita memberinya perikop : "Orang muda yang kaya" (dalam Injil Matius) dan "Orang kaya sukar masuk Kerajaan Allah " (dalam Injil Markus dan Lukas). Kedatangan anak muda kaya yang juga seorang pemimpin (sebagaimana disebutkan oleh Lukas) yang sampai bertelut di hadapan Yesus (sebagaimana ditulis oleh Markus) untuk menanyakan perihal memperoleh hidup kekal ini hingga kini tetap menjadi perenungan yang tiada habisnya mengenai hakikat dan eksistensi manusia, hubungannya dengan Allah dan tentang makna kehidupan.
Ada banyak pelajaran yang sangat dalam, yang amat kaya dengan hikmat Tuhan, yang barangkali juga sangat sering luput dari perhatian kita kala mempelajari firman Tuhan maupun ajaran-ajaran Yesus.
Harus diakui, secuil adegan ini masih jarang saya dengar atau baca ulasannya dalam berbagai pemberitaan rohani. Memang kisah ini bukan merupakan topik khotbah dan pengajaran favorit di mimbar-mimbar masa lalu atau di media-media sosial kita di zaman modern sekarang ini. Ini makanan keras. Suatu pelajaran tentang mengikut Yesus yang menuntut suatu pengorbanan, mengenai suatu harga yang harus dibayar apabia ingin memastikan hidup kekal itu menjadi milik kita sepenuhnya, suatu bagian kita yang wajib kita lakukan ketika hendak mengadakan hubungan serta perjanjian dengan Tuhan.
Saya percaya, siapa yang memahami apa yang Yesus sampaikan kepada anak muda yang kaya ini, lalu merangkulnya sebagai kebenaran sejati, menghidupinya dengan sepenuh hati, maka ia akan menerima apa yang dijanjikan oleh Yesus pada anak muda itu : hidup kekal (Matius 19:16-17), kesempurnaan (perkenan) di hadapan Tuhan, harta di sorga serta kesempatan untuk menjadi pengikut sejati dari Kristus Yesus (Matius 19:21).
Dalam percakapan yang tampaknya singkat saja dengan seorang pemuda, Yesus sedang menyingkapkan suatu rahasia ilahi yang besar.
Ya, Yesus sedang mengajarkan pada pemuda kaya itu (dan kepada kita) rahasia sukses di mata Allah -suatu rahasia kesuksesan yang sesungguhnya, yang semestinya diraih manusia selama hidupnya di bumi.
Yang memahami perkataan Kristus ini, akan beroleh hikmat dan petunjuk penting untuk mengikut Yesus serta menerima segala yang dijanjikan Tuhan, baik di kehidupan sekarang maupun yang akan datang.
Sementara kita perlu terus merenungkan kisah di atas, saya ingin fokus menyoroti secara khusus bagian akhir dari kisah ini yang lalu dihubungkan dengan pernyataan Yesus bahwa "orang kaya sukar masuk Kerajaan Allah".
Perhatikanlah. Ketiga Injil yang mencatat hal ini, ketiga-tiganya menyimpulkan hal yang sama : "pemuda itu pergi dengan sedih sebab banyak hartanya". Injil Markus menambahkan kata "kecewa" untuk menggambarkan perasaan sang pemuda. Sedangkan Injil Lukas menuliskan secara lebih tragis dengan menyebutkan pemuda ini "menjadi amat sedih, sebab ia sangat kaya".
Perkataan Yesus supaya pemuda itu melepaskan hartanya, yaitu sesuatu yang paling dikasihinya dalam hidupnya, telah menggoncang anak muda yang tampaknya sangat bangga dengan dirinya itu. Ia TIDAK MENYANGKA bahwa hidup kekal itu diperolehnya dengan cara seperti itu : melepaskan segala sesuatu lalu mengikut Yesus kemanapun Ia pergi!
Dan seharusnya ini menggoncang kita semua. Ketika semua perbuatan baik dan sesuai tuntutan agama telah coba kita lakukan, nyatanya hati kecil kita masih merasa kurang dan gelisah. Masih bertanya-tanya, "Benarkah hidup kekal itu sudah pasti menjadi milikku?" Dan memang demikian adanya.
Manusia, walau telah menjalani kehidupan bermoral, mengamalkan agama, menjadi orang yang berpengaruh di tengah-tengah masyarakat serta menjalani kehidupan yang dipandang sukses oleh dunia -sejatinya, jiwa manusia masih merana. Ada sesuatu yang kurang, khususnya saat ia merenung akan akhir hidupnya dan bagaimana keadaannya setelah ia mati.
Mari kita melihat lebih detail lagi pada bagian akhir cerita ini. Sebagaimana telah saya sampaikan di atas, pemuda ini pergi dengan sedih. Namun ada yang tidak lazim. Kata "sedih", "kecewa", "amat sedih" - semua yang mewakili perasaan tidak menyenangkan itu - disandingkan dengan kalimat "sebab ia banyak hartanya' dan "sebab ia sangat kaya".
Tidakkah itu suatu kalimat yang kontras? Saling bertentangan satu dengan yang lainnya? Yang sebenarnya tidak cocok disandingkan dalam satu kalimat?
Bukankah mayoritas orang berpikir bahwa seharusnya orang yang kaya itu senang hatinya? Tidakkah orang berharta banyak itu semestinya tidak menyimpan kekecewaan dalam hidupnya? Begitu juga orang yang sangat kaya, mana mungkin ia disebutkan hatinya dipenuhi kesedihan?
Bukankah itu semua yang dipikirkan manusia di dunia ini? Bahwa dengan kekayaan yang banyak itu, kesusahan hidupnya dapat sirna digantikan kebahagiaan dan kesenangan belaka karena dipikirknya, dengan hartanya itu ia dapat memenuhi berbagai keinginan hatinya dan memuaskan seleranya?
Lalu mengapa pemuda kaya dan terpandang ini PULANG DENGAN SEDIH? Mengapa hartanya tidak dapat menjadi hiburan bagi hatinya?
Mengapa ia harus datang dan bertanya pada Yesus apabila hartanya yang banyak itu bisa memberikan kepuasan dan kelegaan bagi jiwanya???
Mengapa pemuda kaya itu sedih setelah mendengar jawaban Yesus tentang bagaimana memperoleh hidup kekal?
1- Pemuda itu menjadi susah hatinya karena ia tidak menyangka bahwa hidup kekal itu diperoleh dengan cara yang berbeda dari apa yang diharapkannya.
Banyak orang menginginkan hidup kekal. Masuk sorga dan hidup bahagia selama-lamanya sebagaimana yang diupayakan oleh orang-orang melalui agamanya masing-masing.
Tetapi siapakah yang benar-benar tahu dan yakin sungguh bahwa ia pasti memperoleh sorga?
Yesuslah yang memberikan jalan pasti menuju kebahagiaan kekal itu. Dengan melalui Dia. Dengan cara mengasihi Dia, mengikut Dia, mengabdikan hidup kepada-Nya. Itulah jalan untuk memperoleh hak penuh masuk ke dalam Kerajaan Allah (lihat 2 Petrus 1:10-11).
Sayangnya, acapkali bukan itu yang diinginkan orang. Manusia lebih suka menggunakan cara dan jalannya sendiri untuk mencapai sorga, ketimbang mengikuti petunjuk Allah. Mereka mau masuk sorga dengan akal dan usahanya sendiri, dengan mendirikan kebenaran mereka sendiri, dengan membuat dirinya layak sehingga dapat mendesak atau memaksa Tuhan memasukkan mereka ke sorga.
Masih sangat banyak yang beharap masuk sorga tanpa (mengikut) Yesus. Ada pula yang sekedar mengaku percaya dan beribadah kepada Yesus di gereja tetapi hidup mereka masih ingin dijalani seturut kehendak mereka sendiri. Mereka tidak mengasihi Tuhan tetapi mengasihi perkara-perkara duniawi, namun berharap Tuhan, sang empunya sorga, akan menerima mereka saat mereka mati. Bukankah itu pemikiran yang absurd dan mau enaknya sendiri?
Pemuda kaya ini pergi dengan sedih karena ia telah diberikan peta atau petunjuk jalan ke sorga tetapi itu tidak sesuai dengan yang diharapkan dan dipikirkannya. Karena itu ia tahu bahwa ia akan tetap menjalani hari-hari dalam kesedihan karena jalan yang ia ikuti tidak akan pernah membawanya kepada hidup kekal. Dan seperti itu pula mereka yang tidak pernah membuka hati pada uluran tangan Tuhan bagi keselamatan jiwanya. Setiap jiwa yang tidak benar-benar rindu mengikut Yesus selalu tertekan karena jalan yang ia pilih dan tetapkan sendiri bagi hidupnya justru akan membawanya semakin jauh dari jalan sejati kepada Tuhan dan hidup kekal.
Sayangnya, tidak banyak yang bersedia jujur pada dirinya sendiri akan hal ini. Tapi mereka yang mau mengakui bahwa jalannya telah keliru, ia akan beroleh kasih karunia untuk mengiring Yesus hingga kesudahannya.
2- Tokoh muda itu sedih karena ia tidak bersedia membayar harga mengikut Yesus meskipun ia menginginkan hidup maupun upah kekal untuk dirinya. Ia tidak menyangka bahwa untuk beroleh hdup kekal itu ia harus meninggalkan segala sesuatu yang dikasihinya lalu mengabdikan hidup kepada Yesus.
Apa yang diajarkan dan disampaikan Yesus pada pemuda ini (dan kepada kita) sebenarnya sangat jelas. Jika menginginkan hidup kekal, berkenan di hadapan Tuhan, beroleh harta kekal di sorga dan berada di jalan yang benar hingga ke sorga maka IA HARUS MELEPASKAN SEGALA SESUATU UNTUK KEMUDIAN MENYERAHKAN HIDUPNYA MENGIKUT YESUS.
Maksudnya adalah ia harus memutuskan dan memilih untuk Yesus Kristus lebih dari segala perkara; mengasihi Dia dengan segenap hati, jiwa dan akal budi; memberikan dirinya sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan di hadapan-Nya.
Sangat jelas sekali, bukan?
Sayangnya, banyak orang yang masih ingin tawar menawar dengan Tuhan. Mereka mau mengikut Yesus dengan syarat dan ketentuan mereka sendiri. Mereka memandang diri mereka sejajar dengan Kristus sehingga Yesus harus memenuhi syarat dan ketentuan mereka itu, jika Tuhan ingin mereka mengikuti Dia.
Persoalannya, Tuhan tidak mencari pengikut. Ia justru memberikan kasih karunia dan menunjukkan jalan keselamatan pada kita dengan cara mengikut Dia dengan segenap keberadaan kita. Bukan karena Ia mencari pengikut tetapi karena hanya dengan cara itu, kita beroleh keselamatan dan kehidupan yang berarti, kini dan nanti.
Kita seharusnya bersyukur atas kasih karunia ini ketimbang kemudian mengadakan negosiasi dengan Tuhan. Harga dari Tuhan adalah harga terbaik. Semua yang mau membayar harganya, akan mendapatkan keuntungan lebih -bahkan amat sangat jauh lebih banyak dan lebih besar - dari yang ia bayarkan dan bayangkan!
Dari kisah pemuda ini, saya menjadi mengerti bahwa selalu akan ada suatu kesedihan yang samar, suatu kegelisahan yang menghantui dalam hati, yang sering dirasakan oleh manusia saat menjalani hari-hari mereka tanpa Tuhan. Sekalipun mereka menyebut dirinya Kristen dan mengaku sebagai pengikut Yesus, hati mereka sebenarnya tidak tenang saat mereka memikirkan bahwa mereka masih menjalani hidup menuruti keinginan, cara dan tujuan mereka sendiri.
Seperti anak muda ini, sesungguhnya ada kesedihan di hatinya. Walau banyak hartanya dan ia hidup terhormat, tapi sesungguhnya seluruh hidupnya adalah usaha mendustai hati nuraninya. Seandainya saja ia jujur pada Roh Kebenaran yang berbicara dalam batinnya itu, tentu ia akan memperoleh kelegaan sejati. Seandainya saja... ia mau melepaskan segala sesuatu untuk mengiring Yesus saja!
3- Anak muda ini kecewa karena ia tahu bahwa ketidakrelaannya akan membuatnya tetap dalam keadaannya yang semula : keadaan gelisah, gundah gulana, sedih dan tertekan dalam hatinya yang belum menemukan kelegaan sejati dalam hidup.
Pemuda ini tahu bahwa jika ia tidak membuat keputusan untuk mengikut Yesus, hati dan hidupnya masih akan terus dihantui kegelisahan yang kian besar sekalipun ia menjalani hidup yang nyaman dan sukses menurut ukuran dunia. ia telah menjalani hidup seperti itu selama ini dan saat jalan kebenaran ditunjukkan kepadanya sedangkan ia tidak bersedia mengikutinya, maka ia masih akan tetap dalam kehidupannya seperti semula, Bahkan keadaannya bisa lebih buruk lagi. Nuraninya kini harus berhadapan dengan kebenaran yang telah nyata dan jelas, sangat terang-terangan dipampangkan di depan matanya. Selama ia menolak kebenaran itu, kesedihannya semakin besar dan berat menekan jiwanya karena serupa orang yang tahu jalan yang dipilihnya tidak akan membawanya sampai pada tujuan yang diinginkan namun terus saja dijalaninya, maka ia akan merasa makin putus asa menjalaninya.
Yang lebih mengerikan lagi ialah kuasa kegelapan kini yang menyertainya, yang berusaha sekuat tenaga supaya hatinya makin keras dan melupakan jalan kebenaran yang Tuhan tunjukkan ini. Untuk tujuan pembinasaan itu, Iblis menawarkan berbagai pemati rasa. Semacam obat bius bagi jiwa manusia yang sedih dan merana itu. Mereka dibuat terlena dan lupa akan sesatnya jalan mereka dengan hiburan-hiburan duniawi, ajaran-ajaran moral dan religius, hingga kesibukan mencari penghidupan sehari-hari sampai waktu mereka habis demi mengejar perkara-perkara duniawi semata.
Tidakkah kehidupan pemuda kaya itu merupakan gambaran umum sebagian besar manusia di dunia hingga sekarang ini?
Alkitab sudah menyuratkan kebenaran ini. Yesus mengajarkannya. Dan saat membaca ini, saya yakin, Roh Kudus sedang berbisik kepada Anda.
Jangan lagi mendustai hati nurani Anda. Dengarkan kata Roh dan bertobatlah.
Renungkan dan pikirkan makna hidup Anda.
Jika Anda belum memahami bahwa hidup yang paling berarti adalah mengikut Yesus kemana Ia pergi, maka sadarilah hari ini bahwa saat Anda membaca tulisan ini itu merupakan kasih karunia Tuhan bagi Anda.
Tuhan telah menyiapkan dan merencanakan hidup terbaik yang bisa diperoleh setiap orang. Yaitu dengan cara mengasihi Tuhan lebih dari segala perkara.
Saat Anda memutuskan menjalaninya, Anda akan dipenuhi sukacita yang besar, yang tiada tara dan tiada bandingnya. Kesedihan tak lagi mengendap di hati Anda, Damai sejahtera dan kehidupan akan mulai mengalir bagai mata air yang tak pernah kering. Hidup Anda akan mulai diubah menjadi seperti Kristus, menjadi hidup yang penuh arti bahkan menjadi sarana bagi banyak orang menemukan keselamatan dan kehidupan yang baru dan sejati.
Hanya hidup mengikuti jejak Kristus saja yang suatu kali PASTI menerima hidup kekal dan upah abadi.
Maukah Anda menjalaninya?
Salam revival
Tuhan Yesus memberkati kita semua
Comments
Post a Comment