Oleh : Peter B, MA.
Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.
Galatia 5:1 (TB)
Berdirilah teguh dalam kemerdekaan yang telah dikerjakan Kristus itu dan jangan lagi terjerat lagi dalam kuk perhambaan (atau perbudakan)
Galatians 5:1 (KJV)
Untuk kemerdekaan kita, Kristus telah membebaskan kita. Karena itu berdirilah teguh, dan jangan lagi tunduk kepada kuk perhambaan.
Galatians 5:1 (NET)
Kemerdekaan adalah apa yang kita miliki -- Kristus telah membebaskan kita!
Berdirilah, karenanya, sebagai orang-orang yang merdeka, dan jangan biarkan dirimu untuk menjadi budak lagi.
Galatians 5:1 (GNB)
Kristus sudah membebaskan kita dari kewajiban untuk hidup seperti budak, jadi hendaklah kita terus bebas! Oleh karena itu, berdirilah kuat dan janganlah berbalik lagi untuk hidup seperti budak dengan terus terikat kepada Hukum Taurat.
Galatia 5:1 (TSI2)
Selagi hari ini kita memperingati hari kemerdekan Indonesia dari penjajahan bangsa asing 75 tahun yang lalu, patut kita merenungkan apa dan bagaimana seharusnya kita hidup sebagai orang-orang yang merdeka itu.
Indonesia telah menyatakan dirinya merdeka 3/4 abad lampau. Tapi untuk menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, perjalanan serasa masih panjang. Secara resmi dan kenyataan lahiriah, tidak ada lagi penguasa asing yang mengendalikan dan menindas kita sebagai suatu bangsa. Tetapi, secara mental, adakah kita telah terbebas dari penjajahan dan perbudakan dalam mental kita. Penjajahan, kini bisa jadi bukan lagi dilakukan oleh bangsa lain. Sangat mungkin dan telah terbukti itu terjadi, penindasan dilakukan oleh sesama anak bangsa sendiri. Dari perbedaan kelas, suku, agama, ras dan golongan.
Barangkali itu sebabnya, Bung Karno, bapa pendiri Indonesia pernah berkata : "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri,"
Menyatakan diri sebagai orang merdeka dengan benar-benar menjalani hidup sebagai orang merdeka, ternyata merupakan dua hal yang berbeda. Tidak serta merta orang yang dinyatakan merdeka, tiba-tiba merasa merdeka dan benar-benar hidup dalam kemerdekaan itu.
Itu terlihat dari bagaimana budak-budak kulit hitam di abad-19 yang mendapat surat pembebasan, ternyata sebagian dari mereka memilih tetap bekerja sebagai budak dan tidak menggunakan kebebasan mereka itu untuk hidup bebas dan mandiri.
Hal serupa terjadi ketika Israel dibebaskan dengan tangan yang perkasa dari kekuasaan Firaun di Mesir. Mereka sudah lepas dari Mesir tapi hati mereka berkali-kali menginginkan serta berharap untuk kembali ke Mesir. Sungguh tidak mudah untuk menjalani hidup sebagai orang yang bebas. Bagi sebagian orang, jauh lebih mudah tetap tinggal dalam tekanan dan tindasan dalam suatu sistem, suatu kelompok orang, suatu figur yang karismatik dan hebat, atau suatu organisasi yang besar dan seterusnya. Termasuk sebagian merasa lebih mudah menjalani hidup dalam suatu keadaan yang menjadi kebiasaan kita ketimbang menyediakan kirbat yang baru untuk anggur hidup yang baru dalam kemerdekaan dari Tuhan.
Dalam surat Galatia, Paulus mengingatkan jemaat Galatia (dan kita semua) supaya kita BERDIRI TEGUH SEBAGAI ORANG-ORANG YANG TELAH DIBEBASKAN ATAU DIMERDEKAKAN OLEH TUHAN. "Berdiri teguh" disebut dalam terjemahan Alkitab bahasa Jawa dengan sangat baik, sebagai "ngadega kang jejeg" yang artinya "berdirilah dengan kokoh dan mantap, tidak berdiri seadanya yang mudah goyang atau digoyahkan"
Dihubungkan dengan yang dimaksud Paulus, ini berarti bahwa jika kita telah dimerdekakan oleh Kristus, kita harus MANTAP, TETAP, MENGOKOHKAN DIRI, TEGUH HIDUP DALAM KEMERDEKAAN YANG TUHAN BERI ITU. Tidak bimbang atau goyah dalam mengiring Kristus dan dalam kekuatan kasih karunia-Nya yang memerdekakan kita itu!
JANGAN MAU DIPERHAMBA LAGI.
Jangan sedikitpun ingin dan punya pikiran hidup dalam perbudakan dan pengendalian, selain karena tuntunan dan arahan dari Tuhan sendiri.
Jangan mau dipasangi kuk perhambaan.
Tapi relakan diri Anda dipasangi Kuk yang Kristus pasangkan pada kita (lihat Matius 11:29) supaya kita belajar pada Dia, yang lemah lembut dan rendah hati. Kuk-Nya itu ringan, beban dari-Nya itu nyaman bagi jiwa kita.
Menerima kuk dari Kristus adalah jawaban dan solusi untuk benar-benar lepas dari kuk perhambaan.
Tetapi sesungguhnya perhambaan apa yang dimaksud Paulus? Yang darinya kita tidak boleh lagi berada bawahnya?
Dalam pasal 5 surat Galatia, Paulus menyoroti dua hal yang dapat memperbudak manusia.
Pertama, mengenai kehidupan yang tampak saleh tapi sebenarnya didasarkan pada praktek-praktek pelaksanaan hukum Taurat. Yaitu kehidupan yang dikuasai legalisme atau keagamawian (lihat ayat 1-12)
Kedua, kebalikan dari yang pertama, adalah mengenai kehidupan yang bebas tanpa batas, yang dikuasai keinginan-keinginan daging, yang membawa pada perbudakan dosa (lihat ayat 13-26).
Perhambaan dari Hukum-hukum dan Aturan-aturan Yang Tampak Rohani Padahal Bukan Yang Tuhan Kehendaki
Untuk yang pertama, Paulus sedang merujuk pada ragi orang Farisi dan Saduki yang pernah dibicarakan Yesus (lihat Matius 6:6-12) pada saat ia mengatakan bahwa "sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan" (Galatia 5:9).
Yang disebut sebagai ragi Farisi dijelaskan lebih lanjut dalam Injil sebagai ajaran orang Farisi dan Saduki (dalam Matius 16:11) dan kemunafikan mereka (Lukas 12:1).
Dan seperti kita tahu, orang-orang Farisi dan Saduki menjadi musuh Yesus selama pelayanan-Nya. Mereka yang mengaku sebagai tokoh dan umat beragama dan taat pada Tuhan, dengan liciknya justru menyalibkan Yesus yang tidak ditemukan satupun kesalahannya. Sesuatu yang sangat licik dan keji, yang belum tentu dilakukan mereka yang tidak paham hukum agama.
Ragi Farisi dan Saduki adalah ajaran mereka yang mencari kebenaran di hadapan Tuhan dengan melakukan hukum-hukum taurat. Yang dengan melakukannya kemudian mereka merasa benar dan layak di hadapan Tuhan. Sesuatu yang bukannya justru membebaskan mereka terhubung dengan Tuhan dan menikmati persekutuan dengan Dia tetapi yang terus menjerat mereka dalam keadaan puas diri rohani, merasa selalu benar, bahkan berusaha membenarkan perbuatan-perbuatan mereka yang keliru dengan selalu mengatakan diri bahwa mereka telah melakukan berbagai amalan yang rohani sifatnya.
Melalui aturan, hukum, perintah melakukan ini dan itu, yang dilakukan tanpa suatu dasar hubungan yang hidup dengan Tuhan, orang sebenarnya terikat dan dikuasai oleh hukum. ia lebih tunduk kepada hukum daripada kepada Tuhan sendiri. Dalam hukum tidak ada bekas kasihan dan pengampunan, itu sebabnya hati orang makin keras dan penuh kepahitan. Akibatnya, ia pun bersikap keras kepada orang lain yang dirasanya tidak tunduk kepada hukum Tuhan.
Itu bukan kebebasan. Itu perbudakan. Itu perhambaan, yang membuat manusia bukannya lebih lagi mengenal Tuhan namun semakin dikuasai roh-roh jahat sehingga semakin berani melampiaskan sifat-sifat jahatnya - sambil merasa ia sedang berbuat bakti pada Tuhan! (Lihat Yohanes 16:2-3)
Terhadap perhambaan seperti itu, Tuhan ingin kita bebas. Dan Ia telah membebaskan kita melalui karya-Nya di atas salib. Kini kita seharusnya tak lagi tunduk pada berbagai ketetapan dan hukum-hukum mati, yang juga akan membawa ada kematian rohani, alih-alih kebangunan dan pertumbuhan rohani.
Tuhan ingin kita mengikuti Dia, sebagai Suatu Pribadi, bukan sebagai seperangkat aturan dan perintah yang kaku. Tuhan rindu kita melangkah dalam pengenalan akan pikiran dan isi hati-Nya, melampaui sekedar mengetahui dan memahami teori dan serangkaian data tentang Dia dan hukum-hukum yang tidak memberikan kedamaian sejati.
Dan kita tahu kita mengenal Dia sebagai Pribadi ketika kita berjalan bersama Dia tiap-tiap hari. Bercakap-cakap dan mendengar dari Dia. Bergaul dengn Dia. Sehingga kita mengenal apa yang Ia kehendaki atas kita secara pribadi dalam kehidupan ini. Makin hari makin terang langkah hidup kita di dalam Dia. Sehingga kita pun masuk dalam perhentian akan pencarian makna dan tujuan hidup. Lalu hidup semata-mata dalam kehendak dan rencana-Nya.
Perhambaan Kedagingan dan Dosa
Bebas dari cengkeraman legalisme dan roh perbudakan melalui hukum-hukum agama, bukan berarti bebas tanpa batas.
Beberapa orang menafsirkan kebebasan dan kemerdekaan sebagai kebebasan berbuat apa saja. Yang seperti itu terlihat di negara kita yang baru belajar merangkak dalam demokrasi. Bangsa yang terkenal santun dan penuh tenggang rasa seolah menjadi bangsa yang tanpa kontrol dan kendali dalam menggunakan lidah, sehingga saling hujat, saling menyebarkan berita bohong, saling fitnah dan saling bunuh -sesuatu yang sangat kentara di media'media sosial yang tak lama berbuahkan berbagai perpecahan dan kerusuhan di tengah-tengah masyarakat dalam berbagai sendi kehidupan. Semua karena kebebasan (yang dipandang) tanpa batas.
Jemaat Galatia pun diperingatkan Paulus :
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
Galatia 5:13 (TB)
Hidup dalam dosa adalah perbudakan lama kita. Setiap orang pernah hidup diperhamba dosa(-dosa)nya. Karena inilah, beberapa orang kemudian berusaha mencari solusi dengan melakukan perbuatan-perbuatan agama, dengan harapan menjadi penebusan atas dosa-dosa yang dilakukannya. Sesuatu yang juga tidak akan pernah berhasil, tetapi justru membawanya pada perhambaan (dan penipuan) yang lebih dalam lagi.
Jika kita telah dimerdekakan dari dosa dan perbudakannya, tapi kita kembali pada hidup lama itu, maka kita jatuh sekali lagi dalam perhambaan masa lalu kita. Ini suatu kemunduran dan langkah kekalahan. Itulah yang dimaksud Paulus sebagai tidak berdiri teguh dalam kemerdekaan dari Kristus itu.
Jika kita telah dibebaskan dan diberikan kuasa untuk mengatasi dosa, sudah seharusnya kita melangkah dalam kehidupan yang baru. Dalam kebenaran dan kekudusan. Bukan dalam kenajisan dan kecemaran. Bukan dalam hawa nafsu dan berbagai kejahatan lain, yang kita pikir dapat kita lakukan karena kita telah ditebus dan diampuni.
Jangan mau lagi diperbudak hawa nafsu. Jangan tetap diikat oleh dosa-dosa lama atau yang baru.
Hiduplah dalam suatu kehidupan yang menunjukkan Anda telah merdeka dan menang. Yang nyata dari suatu kemajuan dan pencapaian rohani yang baru, hari demi hari. Hidup berbuah-buah karena Tuhan dan di dalam Tuhan.
Bebas Dari Perhambaan Itu Hidup Menghamba Kepada Tuhan
Paulus memberikan kunci untuk suatu kehidupan yang teguh, yang bebas dari kedua kuk perhambaan di atas.
Dalam Galatia 5:16, 18, 25-26 Terjemahan Lama dikatakan :
Tetapi demikian inilah kataku: Berjalanlah kamu dengan Roh, niscaya kehendak tabiat duniawi tiada akan kamu genapkan.
Tetapi jikalau kamu dipimpin oleh Roh, maka tiadalah kamu di bawah syariat Taurat.
Jikalau kita hidup oleh sebab Roh itu, biarlah juga kita berjalan menurut Roh itu.
Janganlah kita memegahkan diri, sehingga kita menyakiti hati sama sendiri, dan berdengki-dengkian sama sendiri.
Kunci untuk lepas dari segala perhambaan adalah dengan menyerahkan diri untuk taat mengikuti Roh Kudus yang memimpin kita dalam kebenaran demi kebenaran. Tanpa syarat apapun. Itulah yang disebut menghambakan diri kepada Tuhan.
Dengan dengar-dengaran akan Roh Kudus yang senantiasa membawa kita pada hubungan, persekutuan dan keintiman dengan Kristus maka kita akan terhindar dari melakukan perbuatan-perbuatan daging yang menuntun pada dosa sekaligus tak lagi sekedar melaksanakan! hukum-hukum semata.
Kita akan dituntun dan diarahkan untuk intim dan karib dengan Tuhan. Dan melalui pergaulan dengan Dia itu, sifat-sifat kita diubahkan semakin serupa Diri-Nya karena kita akan menjadi sama dengan siapa kita bergaul.
Hasil dari pergaulan dengan Tuhan itu menghasilkan sesuatu yang amat sangat baik, yang tidak mungkin dihasilkan ketika kita terhubung dengan apapun yang lain kecuali dengan Tuhan. Disebutkan Paulus bahwa hasil keintiman kita dengan Roh Allah adalah munculnya karakter-karakter baru (seperti yang ada pada Kristus) dari hidup kita :
Tetapi buah Roh (buah hasil kita berjalan dalam pimpinan Roh Kudus) ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Galatia 5:22-23 (TB)
Hidup sesuai kehendak Tuhan, menyatakan kemuliaan Tuhan, menggenapi rencana dan tujuan Tuhan dalam hidup kita -itulah kemerdekaan yang sesungguhnya bagi kita, yang sejak semula Tuhan ciptakan dan kehendaki menikmati kebebasan dan kebahagiaan dalam hubungan yang manis, indah, memuaskan dan penuh sukacita melalui kasih mengasihi dengan Dia.
Sebelum kita menjalani hidup dengan yakin dan teguh dalam persahabatan dengan Tuhan, kita masih goyah dan belum kokoh sebagai orang-orang yang merdeka di dalam Kristus. Kuk perhambaan masih mencengkeram kita, yang selanjutnya akan menghancurkan kita. Sesuatu yang sama sekali jauh dari kehendak Tuhan.
Jadi karena Yesus sudah memerdekakan kita, marilah kita berdiri di atas kemenangan dan kebebasan kita untuk melangkah dalam kehidupan yang lebih tinggi dan lebih mulia. Hidup yang seperti Kristus. Bukan hanya menjadi orang saleh tapi menjadi pribadi yang menggenapkan seluruh rencana Tuhan selama usia kita di bumi.
Itulah tujuan kemerdekaan yang telah diperjuangkan Yesus bagi kita hingga tetesan darah terakhir-Nya. Darah yang amat sangat mahal, melampaui emas dan perak - demikian harga kemerdekaan kita.
Akankah kita menyia-nyiakannya dengan kembali merangkul perbudakan hukum agama atau dosa?
Berdirilah hari ini di hadapan Tuhan dengan pertolongan kasih karunia-Nya, dan katakanlah, "Tuhan ini aku. Ini hidupku yang telah Kautebus dan bebaskan. Aku berserah ke dalam tangan kasih karunia-Mu supaya seumur hidupku aku boleh berjalan bersama-Mu kemanapun Engkau menuntun Aku. Aku ingin memuliakan nama-Mu melalui penebusan yang memerdekakanku ini. Jadikan hidupku berarti, berbuah-buah bagi kebesaran nama-Mu".
Dan mulailah merasakan dan menikmati betapa besar sukacita dan ketenteraman karena kita dimampukan untuk mengasihi Dia dan melakukan kehendak-Nya!
Salam Revival
Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua
Comments
Post a Comment