Skip to main content

PENYELUBUNGAN DIRI (THE COVER UP)


Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
(Kejadian 3:7)

Di sini dosa masuk sedikit lebih dalam lagi.  Seperti yang telah kita pelajari, tanggapan pertama Adam dan Hawa terhadap dosa adalah mereka melihat diri mereka sendiri. Keterpusatan pada diri sendiri adalah racun yang membunuh dari Pohon Pengetahuan.  Kita diciptakan untuk berpusat pada Tuhan.  Proses pemulihan melalui mana pikiran kita diperbarui dan kita dibebaskan dari sifat dosa kita, berasal dari melihat kemuliaan Allah, seperti yang kita baca dalam 2 Korintus 3:18:

Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.

Pembebasan dari dosa terjadi karena kita berpaling dari dosa dan sikap mementingkan diri sendiri menjadi kembali berpusat pada Tuhan.  

Tujuan kita bukan untuk sekedar mencari tahu siapa kita di dalam Kristus, tetapi  siapa Dia di dalam kita. Tujuan yang pertama masih bisa mengandung unsur mementingkan diri sendiri, meskipun dicampur dengan banyak motif yang baik.

Jika kita ingin diubah menjadi gambar-Nya, kita harus melihat kemuliaan-Nya dengan "wajah yang tidak terselubung". Tudung kepala adalah mekanisme pertahanan yang kita paksakan oleh karena sifat dosa demi melindungi diri kita sendiri.  Itu adalah perpanjangan dari penutup yang dibuat Adam dan Hawa setelah dosa mereka.  Dosa menyebabkan kita menjadi sadar diri dan melindungi diri sampai ke titik di mana kita takut siapa pun melihat kita apa adanya.  Tabir ini harus dibuka agar kita dapat melihat Tuhan sebagaimana adanya, dan agar kita dapat menjadi nyata satu sama lain.

 Menjadi nyata apa adanya berarti berjalan dalam kebenaran, dan berhubungan dengan orang lain tanpa pretensi atau motif-motif tersembunyi. Dengan bertobat dari dosa, proses dimulai, yang disebut dari "kemuliaan kepada kemuliaan" (from glory to glory). Semakin kita membiarkan tabir, mekanisme pertahanan kita dilucuti, semakin banyak kemuliaan-Nya yang akan kita lihat, dan semakin kita akan menjadi seperti Dia.

Ketika kita berdosa, kecenderungan pertama yang kita miliki adalah menutupi, menyembunyikan, atau merasionalisasi dosa.  Ketika ini terjadi, kematian dilepaskan atas kita, dan itu akan mulai menjadikan kehidupan kita kering. Pertobatan dimulai dengan mengakui dosa, menyebutnya apa adanya, dan mengambil tanggung jawab atasnya.

Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran.
Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.
Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.
Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.
Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita
(I Yohanes 1: 6-10).

 Sebagaimana telah dinyatakan, respons alami kita terhadap dosa adalah menyembunyikannya, berpura-pura tidak ada dosa, atau merasionalisasi dosa.  Semua tanggapan ini hanya memperdalam cengkeraman dosa pada kita, dan membuka kita untuk penipuan yang lebih lanjut. Jawabannya adalah bukan dengan menutupi dosa, tetapi mengakuinya, melarikan diri ke salib untuk pengampunan dan penyembuhan dari luka yang disebabkan oleh dosa.  

Seperti yang dikatakan Kitab Suci di atas, kita harus mengaku dosa kita agar bisa diampuni, dan kemudian Dia bisa menyucikan kita.

 Yudas disebutkan sebagai yang "tidak bisa diperbaiki," atau tak tertolong lagi. Apa yang membuatnya tidak bisa diperbaiki bukanlah karena Dia mengkhianati Tuhan, tapi karena dia menggantung dirinya sendiri.  
Kita semua telah mengkhianati Tuhan karena Dia berkata bahwa sebagaimana kita telah memperlakukan kepada umat-Nya yang paling kecil dan rendah, kita juga telah melakukannya kepada-Nya.  (lihat Matius 25:40). 

Yudas bisa saja diampuni, tetapi bukannya lari kepada Tuhan untuk diampuni, dia mencoba membayar harga untuk dosanya sendiri.  Dengan melakukan itu, dia berada di luar pertolongan Tuhan.  Kita, juga, berada di luar pertolongan-Nya ketika kita menutupi dosa kita dan berpura-pura bahwa itu tidak ada, atau bersikeras membayar harga untuk itu sendiri.  Ini adalah penghinaan terhadap salib Yesus, yang dengan sendirinya dapat membayar dosa-dosa kita.

 Yakobus 3: 2 berkata, "Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal;"

Janganlah kita menanggapi dosa dengan mencoba untuk menutupinya, atau "menggantung diri kita sendiri", tetapi dengan melarikan diri pada kasih karunia Allah di kayu salib.  Yesus mati untuk membayar dosa itu.

Tidak mengizinkan Dia membayar harga dosa kita berarti menolak kasih karunia-Nya yang besar. Jika kita ingin bebas, dan tumbuh dalam kepercayaan, yang merupakan dasar semua hubungan, kita harus percaya kepada salib.

Diterjemahkan secara bebas dari salah satu bab dari buku Unshakable Faith tulisan Rick Joyner

Comments

Popular posts from this blog

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

SIKAP DAN PANDANGAN KITA YANG SEHARUSNYA TERHADAP NUBUAT /PENGLIHATAN: MENANGGAPI PESAN PROFETIK YANG DISAMPAIKAN OLEH CINDY JACOB DI MEDIA SOSIAL

Oleh: Didit I. Beberapa hari ini saya mendapatkan kiriman cukup banyak dari rekan-rekan di media sosial tentang nubuatan dari Cindy Jacob terkait Bapak Ahok. Menanggapi pesan nubuatan dari Cindy Jacob yang disebarkan di media sosial tersebut, Tuhan menggerakkan saya untuk mengajak rekan-rekan dan seluruh umat Tuhan untuk bersama menguji pesan yang disampaikan oleh Cindy Jacob dan mencari kehendak Tuhan dalam pesan tersebut. Pesan profetik yang disampaikan oleh Cindy Jacob seperti gambar di bawah ini: Sesuai dengan 1Tesalonika 5:19-22, kita tidak boleh memandang rendah setiap nubuatan namun juga tidak boleh langsung menerimanya mentah-mentah, sebaliknya kita harus mengujinya. Ini berarti sikap kita terhadap setiap nubuatan/penglihatan adalah menampungnya untuk kemudian diuji sesuai dengan cara dan prinsip Firman Tuhan dan mencari maksud serta tujuan pesan nubuatan/penglihatan tersebut. Penting di sini untuk bersikap netral/tidak berprasangka terlebih dahulu terhadap setiap pesan nubuata