Skip to main content

PENYEBAB KECEMARAN DI SUATU BANGSA (BAGIAN 3)

Oleh : Peter B

Sebagaimana telah kita ketahui, suatu negeri menjadi cemar dan najis karena penduduknya. Menjadi cemar dan najis di pandangan Tuhan berarti menjadi sesuatu yang tidak disukai, tidak disenangi di hadapan Tuhan, bahkan menimbulkan rasa jijik bagi Tuhan. 

Namun, apakah sebenarnya yang dilakukan oleh penduduk suatu negeri yang menyebabkan negeri itu kemudian menjadi cemar di hadapan Tuhan? Perbuatan macam apakah yang menajiskan suatu bangsa sehingga menyulut kegeraman ilahi itu?

Yesus mengatakan bahwa orang atau manusia menjadi najis berasal dari apa yang keluar dari hatinya. Apa yang dihasilkan dan yang timbul dari dalam hati seseorang, itulah yang menjadi penilaian Tuhan apakah ia hidup dalam kenajisan atau berkenan di hadapan Tuhan

Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya,
sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan.
perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.
Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."
~ Markus 7:20-23

Sekali lagi, najis adalah keadaan yang tidak layak atau tidak berkenan di hadapan Tuhan. Itu seperti keadaan seseorang yang kotor, berlumuran lumpur dan sampah, dengan bau yang menyengat yang tidak layak masuk ke tempat yang bersih dan pribadi seperti ruangan istana yang bersih dan rapi. Contoh lainnya, seseorang dengan pakaian gembel, kumal, bernoda di sana sini, tidak pantas menghadap seorang raja di kediamannya. Orang itu harus memperbaiki keadaannya dahulu supaya ia bisa diterima raja.

Hal serupa terjadi antara kita dengan Tuhan. Dalam kenajisan, kita tak dapat berhubungan secara dekat apalagi intim dengan Tuhan. Tuhan kita bergelar Yang Mahakudus (2 Raja-raja19:22; Amsal 9:10). Takhta-Nya disebut takhta yang kudus (Mazmur 47:9). Dan Ia mencari, berkenan dan mencintai kekudusan, Itulah mengapa kita diperintahkan untuk datang pada Tuhan berhiaskan kekudusan (2 Tawarikh 16:29; Mazmur 29:2; 96:9). Bahkan tanpa kekudusan, mustahil orang melihat Allah (Ibrani 12:24). Oleh karena Allah kita kudus, kitapun dipanggil untuk tinggal dan hidup kudus, turut mengambil bagian dalam kebenaran dan kekudusan ilahi (lihat Lukas 1:74-75; Efesus 4:24; Ibrani 12:10). 
"Kuduslah kamu, sebab Aku ini kudus" adalah kehendak Tuhan yang utama bagi umat-Nya. Allah yang kudus harus memililki umat yang kudus, Sebab bukan saja akan merupakan sesuatu yang aneh dan memalukan apabila Tuhan yang kudus mempunyai umat yang cemar, namun hanya di dalam kekudusan Tuhan dimungkinkan terhubung dengan umat-Nya karena disatukan oleh sifat yang sama. 

Untuk memiliki kekudusan ini, kita tidak boleh menyukai apalagi menghidupi apa yang menjadikan kita najis dan cemar di hadapan Tuhan. Dan yang membuat kita najis dan cemar, sehingga kehilangan kekudusan kita di hadapan Tuhan adalah hal-hal yang jahat di mata Tuhan yang ada di hati kita, yaitu maksud-maksud hati yang menentang kehendak Tuhan, keinginan-keinginan dosa yang siap diwujudkan dalam berbagai perbuatan dosa.
Jadi, di hadapan Tuhan, sekalipun itu masih di dalam hati, maksud-maksud serta rancangan-rancangan yang jahat serta melawan sifat maupun perintah Tuhan TELAH DAPAT MENAJISKAN ORANG ITU DI HADAPAN TUHAN.

Dari sini saja, kita dapat membayangkan betapa tidak layak dan najisnya kita di hadapan Tuhan waktu demi waktu. Sebab siapakah yang dapat benar-benar setiap waktu bebas dari kekotoran dalam hati, pikiran, perasaan dan kehendak di hadapan Sang Mahakudus Yang Mahatahu itu? 
Sesungguhnya kita tidak pernah layak datang menghadap di hadirat-Nya. Itulah sebabnya, jika kita rindu dekat dan berjalan bersama-sama Dia, kita harus memiliki sikap  hormat dan takut akan Dia, namun juga sekaligus memiliki keberanian (lihat Ibrani 4:16), bukan berdasar kebenaran dan kesalehan kita, tetapi oleh karena darah Kristus yang mampu menyucikan kita, jika kita bersedia merendahkan diri dan mengaku dosa-dosa kita di hadapan Tuhan (1 Yohanes 1:9). 

Adalah dosa yang menyebabkan kecemaran di hadapan Tuhan. Keinginan-keinginan dosa mencemari diri orang. Dan jika keinginan-keinginan yang melawan Allah itu diwujudkan dalam perbuatan-perbuatan dosa, itulah yang menajiskan suatu tempat, kota, teritorial tertentu, hingga seluruh negeri. 

Negeri yang cemar adalah negeri yang penduduknya sarat dengan perbuatan-perbuatan dosa. Mereka melakukannya hari demi hari. Mereka tidak menahan dirinya dari melakukan hal-hal yang jahat. Makin hari mereka makin terlatih, terbiasa dan makin mahir berbuat dosa. Rasa takut akan Tuhan lenyap. Digantikan sikap kurang ajar dan lancang pada Tuhan dengan mencobai Tuhan atau memanfaatkan nama Tuhan untuk mencapai kepentingan-kepentingan egois dan duniawi. Ketika kefasikan tidak lagi disadari, namun telah menjadi sesuatu yang normal dan wajar terjadi, sedangkan yang benar dan kudus menjadi tertawaan dan keanehan, maka itulah pertanda bahwa kecemaran telah melanda seluruh negeri. Negeri itu telah najis. Menjadi sesuatu yang memuakkan dan menjijikkan hati Tuhan. Jika waktu kasih karunia Tuhan dilampaui, murka Tuhan pasti dilampiaskan pada negeri itu. 

Pada dasarnya, kecemaran suatu bangsa dimulai dari tercemarnya umat Tuhan atau gereja Tuhan di tengah-tengah negeri itu. Pada mulanya, terang bangsa menjadi makin redup dan garam negeri itu menjadi tawar. JIka tembok-tembok pertahanan terhadap serangan dan invasi kuasa kegelapan ini telah runtuh, maka kerusakan lebih lanjut dan lebih masif atas negeri itu dapat dipastikan terjadi dengan segera. Keadaan gereja adalah indikasi keadaan suatu bangsa. Gereja yang kuat dan bersinar menandakan wajah Tuhan yang bersinar dan berkenan atas suatu bangsa. Gereja yang lemah, penuh kompromi terhadap dosa dan perkara-perkara dunia, penuh permainan kekuasaan dan keserakahan menunjukkan betapa gelapnya kondisi suatu bangsa.
 
Dan inilah perbuatan-perbuatan dosa yang menajiskan suatu bangsa di hadapan Tuhan : 


(1) Baik orang-orang Kristen maupun yang tidak mengenal Kristus, hidup tanpa takut akan Tuhan. Tidak ada perbedaan jelas antara mana umat Tuhan dan mana yang bukan umat Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Semuanya hidup dalam hawa nafsu, keduniawian dan dalam berbagai perbuatan-perbuatan dosa,
     • Yehezkiel 7; Yeremia 2:7-13; 13:15-27; Kejadian 6:5-6; Imamat 18:3-4;24-25
     • Salah satu sebab mengapa Tuhan melarang keras perkawinan campur antara Israel dan bangsa-bangsa Kanaan adalah karena melalui perkawinan itulah umat Tuhan terseret dalam pengaruh kehidupan yang tidak takut akan Tuhan, melupakan hukum dan perintah Tuhan bahkan turut serta dalam cara hidup yang berdosa dan menyembah ilah-ilah yang sebenarnya tak layak disembah.


(2) Berbagai penyimpangan dan penyalahgunaan ibadah dan tujuan ibadah
     • Yehezkiel 8; 1 Samuel 2:27-36; Amos 5:21-24; Yesaya 1 
     • Murka Tuhan tidak dapat dicegah betapapun umat-Nya tampak giat beribadah. Ketika intisari dan tujuan ibadah itu tidak dilakukan sesuai kehendak Tuhan, maka semua itu menjemukan hati Tuhan, menjadikannya semakin murka alih-alih mencurahkan berkat-Nya bagi suatu bangsa.


(3) Maraknya penyembahan berhala
     • Amos 5:26-27; 2 Raja-raja 17:6-18; Yehezkiel 36:17-18; 22:1-4
     • Menyembah berhala sama dengan memberikan kemuliaan kepada kuasa-kuasa gelap yang jahat dan tidak kudus, yang sebenarnya tidak layak menerima penyembahan sebagai pencipta dan penguasa langit dan bumi. Menyembah oknum-oknum atau roh-roh jahat yang sejatinya memperalat, menipu dan hendak membinasakan manusia adalah suatu hal yang teramat sangat mendukakan hati Tuhan sehingga Ia menempatkan hukum pertama dalam Sepuluh Perintah supaya tidak menyembah ilah apapun selain menyembah Dia.
     • Penyembahan berhala modern tampak dalam berbagai pemujaan, pengaguman dan penundukan pada semua hal yang lain kecuali kepada keilahian Tritunggal yang kudus. Itu bisa berbentuk penyembahan secara tidak langsung kepada mamon/harta benda, kepada ketenaran, kepada kebiasaan tertentu, pada figur tokoh atau pemimpin tertentu namun juga dapat berupa pengabdian yang besar kepada suatu agama atau kepercayaan tertentu, yang menyembah suatu figur tuhan yang berbeda dengan yang dinyatakan dalam pribadi Kristus. 


(4) adanya ketidakadilan dan penindasan terhadap sesama
     • Yesaya 10:1; Habakuk 1; 2:1-15; Yehezkiel 22:7-31
     • Allah yang kasih lagi adil tidak mungkin berdiam diri dan tetap tenang melihat semua ketidakadilan dan kekerasan yang terjadi di tengah-tengah suatu bangsa. Dialah yang akan bangkit dan menghakimi ketidakadilan di setiap bangsa   


(5) berbagai bentuk penyimpangan seksual atau hubungan seks yang tidak wajar
     • Imamat 18:6-30; 20:10-21; Ulangan 27:20-23; Kejadian 19:1-9
     • Berbagai penyimpangan perilaku seksual menjadi kejijikan bagi Tuhan karena pada dasarnya merupakan penyimpangan yang luar biasa akan penetapan kodrat manusia sebagai makhluk seksual. Perilaku-perilaku semacam itu juga menyatakan ketidakpedulian manusia akan Tuhan dan hukum-hukum-Nya sekaligus perhatian yang sangat besar untuk kepentingan dan hawa nafsunya sendiri.Secara besar-besaran, ini merupakan pelanggaran berat terhadap kekudusan yang dicari dan diharapkan Tuhan dari manusia terhadap-Nya.


(6) berbagai perbuatan jahat yang amat keji dan kekejaman yang luar biasa
     • Imamat 20:1-5,9; Hakim-hakim 19; Mazmur 106:37-39
     • Perbuatan-perbuatan jahat yang bukan lahir dari sifat manusia yang diciptakan segambar dan serupa dengan Tuhan merupakan kebalikan dari tujuan penciptaan manusia itu sendiri. Manusia yang seharusnya diciptakan untuk mengasihi, namun berubah menjadi pembenci, pembunuh sadis, pembantai, yang tak segan berlaku tega dan keji kepada sesamanya, lebih-lebih kepada orang tua maupun anak-anaknya sendiri (baik yang baru lahir atau bahkan di dalam kandungan dengan melakukan aborsi terhadapnya) sungguh teramat sangat mendukakan hati Tuhan. Semua perbuatan semacam itu hanya menghasilkan kutuk daripada berkat atas tanah di mana mereka berada. 


(7) adanya penumpahan darah besar-besaran atau secara masif, khususnya terhadap orang-orang yang tidak melakukan kesalahan yang pantas diganjar dengan perlakuan tersebut
     • 2 Samuel 21:1-2; Bilangan 35:33-34
     • Jika satu orang saja seperti Habel, yang darahnya berseru-seru kepada Tuhan meminta keadilan sehingga tanah terkutuk bagi Kain yang membunuh adiknya itu, maka betapa kutuk akan menimpa suatu negeri yang penuh dengan hutang darah akibat banyaknya nyawa orang dikorbankan dalam tindakan penuh kekejaman dan kesewenang-wenangan semacam pembersihan etnis atau pembantaian massal antara satu kelompok terhadap kelompok lain di masyarakat. Tidak akan ada ketenangan dan damai di tanah tersebut selain kekacauan, perseteruan, huru hara dan kutuk yang menyengsarakan negeri itu. 


Merenungkan ini semua, mari memeriksa diri dengan jujur. Mari melihat sejarah dan menelisik apakah bangsa kita telah melakukan berbagai hal yang mencemari suatu negeri. 
Dari pengakuan akan adanya masalah atau keadaan yang sakit, maka kita lebih mudah menjalani pemeriksan lebih lanjut, pengobatan dan proses pemulihannya. Sayangnya, kebalikan dari itu pun akan terjadi jika kita menolak mengoreksi diri atas setiap tindakan kita sebagai satu bangsa, baik yang kita lakukan sekarang ini maupun yang dilakukan oleh pendahulu kita di negeri ini. Kutuk Tuhan pasti berlaku dan murka Tuhan akan menyala atas bangsa yang menegarkan tengkuk dan mengeraskan hati. Israel, bangsa pilihan Tuhan secara jasmani, pernah mengalaminya dan sangat mengerikan mengetahui apa yang mereka alami. Jangan sampai itu terjadi menimpa negeri kita. 

Ketika Tuhan menghakimi kita, biarlah kita didapati sebagai bangsa yang mengoyakkan hati dan berbalik dengan sepenuh hati untuk melakukan apa yang berkenan di hadapan Tuhan. 

Dia mencarinya orang-orang yang mau merendahkan diri dan bertobat itu, terlebih dulu dari Anda dan saya.
Dia mencari orang-orang yang berani mengakui dosa dan kesalahan serta bertekad mengubahnya bersama-sama dengan Tuhan.

Adakah orang itu Anda?

(Bersambung di tulisan selanjutnya)

Comments

Popular posts from this blog

DUA GOLONGAN ORANG DALAM AMSAL 17:10

Oleh Sharon R.  Amsal 17:10 (TB)    Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian dari pada seratus pukulan pada orang bebal.  Amsal 17:10 (VMD)   Orang cerdas belajar lebih banyak dari satu teguran daripada orang bodoh belajar melalui 100 pukulan. Ada dua golongan orang yang disebutkan dalam nats diatas. Orang berpengertian dan orang bebal. Kita akan melihat ciri masing² orang tersebut melalui respon mereka terhadap teguran dari Tuhan. Orang berhikmat atau berpengertian menghargai dan belajar dari setiap teguran kepada dirinya. Ketika hal buruk terjadi dengan bersegera ia introspeksi diri dan tidak mencari kambing hitam di luar dirinya. Hatinya terbuka untuk setiap koreksi dari Tuhan. Ia menyadari dirinya lemah, mudah sesat dan perlu selalu koreksi dan perbaikan untuk kebaikan dan pertumbuhan karakter dan rohaninya. Ia tidak pernah mencari² alasan untuk membenarkan diri. Ia selalu menyediakan hati yang remuk bagi Tuhan. Juga hati seorang murid yang rela dan rindu untuk bel

HIKMAT DAN KUTIPAN

HIKMAT DAN KUTIPAN MENGENAI MENDIDIK VS MEMANJAKAN

Oleh: Bpk. Peter B, MA Orang tua yang memanjakan anak-anaknya justru menjerumuskan sang anak dalam kebodohan dan kehancuran. Jika kita mendidik anak-anak kita, pasti TUHAN lebih lagi. Dia tidak akan begitu saja memberikan apa yang diinginkan anak-anak-Nya sehingga mereka malahan justru makin mudah ditipu dan disesatkan iblis. Jerat-jerat iblis dipasang melalui berbagai pengajaran yang hampir benar untuk menyimpangkan anak-anak Tuhan dari apa yang benar.... #Waspadalah #CariPesanYangMurni #YangBenarVsYangHampirBenar